Selasa, 23 Juni 2009

ANTARA LUMPIA DAN BUKU

Pendahuluan

Marilah kita perhatikan keadaan sekitar ---di pasar, di perempatan lampu merah, di terminal, di dalam bis kota ataupun bis antar kota--- ada banyak sekali anak-anak usia sekolah yang sedang “bekerja” baik di jam sekolah ataupun di luar jam sekolah. Di antara anak-anak tersebut ada yang mengamen, berjualan makanan dan minuman dan bahkan ada yang mengemis. Sekadar berbagi cerita mengenai pengalaman pribadi, saya sering merasa berlaku tidak adil kepada mereka. Seperti umumnya, kita cenderung memberi uang kepada pengamen dan pengemis yang menghampiri kita, namun kita cenderung tidak membeli “barang dagangan” yang dijajakan oleh pedagang asongan karena merasa tidak membutuhkan barang tersebut. Untuk meminimalisasi perasaan bersalah tersebut saya berusaha membeli dagangan yang dijajakan pedagang asongan untuk selanjutnya diberikan kepada pengamen yang datang kemudian. Untuk keperluan tersebut, biasanya saya membeli buku, permen atau kacang yang dijual di dalam bis. Buku yang sering saya beli adalah Tuntunan Sholat, Kumpulan Doa dan Buku Cerita. Kepada pengamen dewasa biasanya saya berikan permen yang saya beli dari pedagang asongan dan pernah aqua gela bekal saya naik bis. Hal ini saya lakukan karena saya pernah melihat sekelompok pengamen sedang “minum minuman keras” di depan pasar di siang hari pada bulan Ramadhan. Sedangkan kepada pengamen anak-anak, sejak dulu sebelum memberikan sesuatu kepada mereka saya selalu bertanya, apakah dia masih sekolah atau tidak. Kepada mereka yang masih sekolah saya biasanya mengingatkan agar rajin sekolah dan memberi uang lebih dengan harapan dia tidak menjadi pengamen lagi karena saya mengkhawatirkan perkembangan mereka jika terus hidup di jalanan. Namun rupanya harapan saya sulit terwujud, karena apa yang saya lakukan belum memadai untuk membantu mereka keluar dari masalah keuangan. Dan saya sering terkaget-kaget mendapati pengamen yang tadinya “anak manis” menjadi “anak yang perlu perhatian khusus”. Oleh karena itu, saya mengganti model tersebut karena berkesimpulan bahwa cara saya perlu diperbaiki. Saat ini, apabila ketemu pengamen anak-anak saya menambah pertanyaan saya “apakah kamu suka membaca? mau apa tidak kalau diberi buku?”. Biasanya mereka menganggukkan kepala dan mau menerima buku yang saya berikan. Namun suatu saat, saya sangat kaget karena dijawab tidak mau diberi buku dan dia hanya mengambil sepotong lumpia yang saya ulurkan kepadanya bersamaan saya menawarkan buku tersebut.

Kejadian di atas sangat membekas di ingatan saya dan saya selalu bertanya di dalam hati, Pertanda apakah ini? Apakah kebutuhan anak tersebut masih sebatas makan? Apakah budaya membaca belum menyentuh anak tersebut? Pembaca, marilah kita tumbuhkan budaya membaca di lingkungan sekitar kita, membaca Al-Quran, buku pelajaran, artikel yang mendidik di majalah, koran dan internet. Yang tidak kalah pentingnya adalah membaca tanda-tanda Kebesaran Allah dari setiap hal yang terhampar di depan mata kita.

Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu kebutuhan jasmani dan rohani. Hal-hal yang dapat digolongkan kebutuhan jasmani adalah makanan dan minuman, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan. Sedangkan kebutuhan rohani meliputi pendidikan, kasih sayang dan keamanan. Lalu kebutuhan mana yang harus didahulukan? Apakah kebutuhan jasmani dulu atau rohani dulu? Alangkah baiknya kalau keduanya diselaraskan, antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani diupayakan bersamaan agar kita tumbuh menjadi pribadi yang seimbang. Dalam kisah di atas, lumpia merepresentasikan kebutuhan jasmani dan buku merepresentasikan kebutuhan rohani kita. Dan pengamen anak tersebut belum mengerti bahwa dia selain harus memenuhi kebutuhan makan bagi perutnya juga harus memikirkan makanan yang cocok bagi otaknya.

Pemenuhan kebutuhan dasar manusia harus diupayakan sekuat tenaga seakan-akan kita akan hidup selamanya. Kita harus rajin menjemput rejeki yang dihamparkan oleh Allah di bumi dan menjauhkan diri dari sikap lemah dan malas. Allah memberikan tuntunan di dalam QS. Ar-Ra’d (13) ayat 11 yang berbunyi :

...Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...

Karena itu kita harus menanamkan semangat kepada diri sendiri, keluarga dan orang-orang sekitar kita untuk selalu kerja keras dan cerdas. Pekerjaan apapun yang kita jalani sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran agama adalah baik, upayakan selalu melakukan perbaikan-perbaikan cara kerja agar lebih efisien dan mencapai hasil yang memuaskan. Setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan dengan sepenuh hati dan cinta, InsyaAllah akan memberikan imbal balik yang lebih kepada kita, baik dalam bentuk materiil ataupun non materiil (kepuasan, perasaan berguna, dan lain sebagainya). Terpenuhinya kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat tinggal secara langsung berdampak terhadap kesehatan. Terpenuhinya ketiga hal tersebut secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama akan meningkatkan derajat kesehatan kita.

Pemenuhan kebutuhan rohani seperti pendidikan, kasih sayang dan keamanan harus diupayakan berjalan seiring dengan pemenuhan kebutuhan jasmani. Pendidikan, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum akan menyempurnakan upaya kita dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan memberikan makanan bagi jiwa kita. Pendidikan agama akan memberikan rambu-rambu bagi kita untuk melangkahkan kaki dan setiap upaya bagi kita untuk menjemput rejeki dari Allah. Pendidikan agama juga mengantarkan kita untuk mengenal Tuhan, perlu kita sadari bahwa kebutuhan akan Tuhan termasuk kebutuhan dasar. Sudah menjadi kodrat manusia selalu butuh Tuhan sebagi tempat menggantungkan segala harapan dan mengeluhkan segala persoalan hidup, karenanya kita selalu memanjatkan doa-doa kepada-NYA. Pendidikan agama juga mengajarkan kita bagaimana bersikap sebagai hamba kepada Tuhan, sebagai anak kepada orang tua serta bagaimana memperlakukan sudara, teman, tetangga dan alam sekitar kita. Sedangkan pendidikan umum memberikan pengetahuan dan keterampilan bagaimana menjalani hidup ini dari tahap satu ke tahap berikutnya tentang bagaimana melakukan suatu pekerjaan, menyiapkan makanan, menjahit baju, membangun rumah, mencegah dan mengobati penyakit dan lain sebagainya.

Perlu kita sadari, bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani diperlukan ilmu. Jika kita ingin mendapatkan (kemakmuran) dunia maka harus dengan ilmu begitupun jika kita ingin mendapatkan (keselamatan) akhirat harus dengan ilmu. Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu sebagaimana tertuang dalam QS. Al-Mujãdalah (58) ayat 11 :

...Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...

Ilmu pengetahuan dan keterampilan dapat kita peroleh melalui pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal terikat dengan persyaratan menyangkut kurikulum dan standart dari setiap jenjang, selain itu peserta didik harus memenuhi kriteria tertentu sehingga tidak setiap orang mendapatkan pendidikan formal sesuai dengan yang diinginkan. Namun tidak perlu khawatir karena kita tetap memiliki kesempatan yang besar untuk mengaktualisasi diri agar pengetahuan dan keterampilan kita dapat memenuhi tuntutan jaman.

Kita harus banyak membaca untuk menambah pengetahuan kita di semua bidang kehidupan. Apa yang harus dibaca? Mengingat apa yang kita baca akan berpengaruh terhadap kualitas pribadi kita dikarenakan intisari dari setiap bacaan merupakan nutrisi bagi jiwa, maka harus dipilih bacaan yang baik bagi diri dan keluarga kita. Kita tidak hanya belajar membaca dari apa yang sudah tertulis di Al-Qur’an, buku dan majalah, namun kita juga harus membaca tanda-tanda kebesaran Sang Pencipta yang bertebaran di muka bumi ini. Kita dapat belajar dari setiap kejadian yang kita dan orang-orang sekitar alami, serta dari fenomena alam yang berlangsung terus-menerus tanpa henti. Coba kita renungkan, siapakah yang mengatur alam semesta ini sehingga planet-planet tidak saling bertabrakan? siapa yang mewarnai bunga sehingga keindahannya mampu menepis lara? Siapa pula yang memberi anugerah kepada burung-burung sehingga suaranya merdu bak bulu perindu? Tiada lain yang mampu melakukannya kecuali Allah Yang Maha Kuasa dan tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tertidur. Ayat-ayat Al-Qur’an yang turun pertama kali menekankan hal ini, sebagaimana tersebut dalam QS. Al-’Alaq (96) ayat 1 – 5 :

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Belajar dapat dilakukan melalui interaksi dengan orang-orang di sekitar kita. Carilah lingkungan yang baik, tidak peduli miskin ataupun kaya, memiliki kedudukan yang tinggi ataupun tidak yang penting mereka memegang teguh kejujuran dan aqidah. Hal ini perlu diperhatikan karena dalam interaksi sosial, disadari atau tidak kita akan saling memberikan pengaruh. Jauhilah lingkungan pergaulan yang mendewakan harta dan gemerlap dunia tanpa memperdulikan bekal akhirat (ESR).

Pesan Kebaikan bulan ini:

Tanamkan niat, luangkan waktu dan sisihkan rejeki ! Tengok kanan dan kiri, buatlah dirimu berarti…


Minggu, 07 Juni 2009

BERBUAT BAIK KEPADA KEDUA ORANG TUA

Pendahuluan

Pernahkah Pembaca merenungkan tentang apa yang telah dilakukan oleh orang tua kita sejak kita di dalam kandungan sampai dengan sekarang? Ibu telah melahirkan, merawat dan mendidik kita semampu mereka. Ayah telah bekerja keras untuk mencarikan makanan, pakaian dan tempat tinggal yang nyaman serta membayari biaya sekolah kita. Meski kita sadari bahwa orang tua ---ayah dan ibu--- tidaklah “sempurna” namun cobalah untuk berbesar hati menerima keterbatasan dan memaafkan kesalahan mereka, apabila mungkin akibat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan mereka telah menyebabkan Pembaca “pernah” tidak mendapatkan apa yang Pembaca cita-citakan, atau mungkin akibat keputusan mereka “yang kurang tepat” berdampak terus terhadap kehidupan kita sekarang. Akan lebih bijaksana jika Pembaca lebih mengingat kebaikan yang telah dengan optimal mereka upayakan daripada mengungkit apa yang tidak kita dapatkan. Betapa susah payahnya seorang ibu mengandung karena pada saat tersebut sering mual, tubuhnya menjadi lemah, lekas lelah, sulit tidur dan pada saat melahirkan seorang ibu mempertaruhkan kesehatan mereka. Yang dilakukan seorang ayah tidak kalah beratnya karena mereka tetap harus mencari nafkah untuk keluarga meski cuaca sedang hujan badai ataupun terik matahari menyengat kulit. Mari kita ingat, berapa kali sepanjang usia kita, merepotkan orang tua dan membuat kesalahan kepada mereka? Mereka tetap saja memaafkan tanpa syarat.  

  Pembaca, mari kita tinjau kembali apa yang telah kita perbuat untuk orang tua sebagai wujud bakti kepada mereka. Seberapa sering kita menjenguk untuk memastikan bahwa mereka cukup makan dan sehat? Kita seringkali disibukkan urusan pekerjaan dan diri sendiri sehingga tidak ingat bahwa setidaknya kita meluangkan waktu untuk sekadar menelepon menanyakan keadaan mereka. Allah SWT sebagaimana tertuang di dalam Al-Qur’an berulangkali memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Untuk mengingat kembali tuntunan tersebut kita akan mempelajari apa-apa yang “seharusnya” dan “tidak seharusnya” kita lakukan kepada kedua orang tua serta dampak yang ditimbulkan apabila kita tidak mengindahkan tuntunan tersebut.  

Referensi Al Qur’an

  1. QS. Al-Baqarah (2) ayat 83: Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil,”Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah sholat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.  
  2. QS. Al-Baqarah (2) ayat 215: Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah,”Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
  3. QS. An-Nisa (4) ayat 36: Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.  
  4. QS. Al-Isra (17) ayat 23 -25: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ”ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ”Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang yang baik, maka sungguh, Dia Maha Pengampun kepada orang yang bertobat.  
  5. QS. Al-’Ankabūt (29) ayat 8: Dan kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.  
  6. QS. Lukman (31) ayat 14 - 15: Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.  
  7. QS. Al-Ahqāf (46) ayat 15 – 18: Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tua. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa, ”ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau Ridlo’i; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” Mereka itulah orang-orang yang Kami terima amal baiknya yang telah mereka kerjakan, dan (orang-orang) yang Kami maafkan kesalahan-kesalahanya, (mereka akan menjadi) penghuni-penghuni surga. Itu janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, ”Ah”. Apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan (dari kubur), padahal beberapa umat sebelumku telah berlalu? Lalu kedua orang tuanya itu memohon pertolongan kepada Allah (seraya berkata), ”Celakalah kamu, berimanlah! Sungguh, janji Allah itu benar.” Lalu dia (anak itu) berkata,” Ini hanyalah dongeng orang-orang dahulu. Mereka itu orang-orang yang telah pasti terkena ketetapan (azab) bersama umat-umat dahulu sebelum mereka, dari (golongan) jin dan manusia. Mereka adalah orang-orang yang rugi.  

Ujian dari Orang Tua?

Berbuat baik kepada orang tua membutuhkan ”pengertian” yang besar. Orang tua seringkali meminta kita melakukan sesuatu hal di saat kita sedang dikejar deadline pekerjaan atau saat sedang dituntut konsentrasi 100% karena menghadapi masalah yang pelik di kantor ataupun di rumah tangga. Sebelum kita menolak permintaan orang tua, alangkah bijaksana jika kita merenungkan apa yang dulu dilakukan orang tua kita di saat mereka sedang makan lalu kita mengganggunya dengan minta dilayani ini dan itu, mereka segera menghentikan makannya dan dengan sabar melayani kita. Kita seringkali banyak alasan untuk tidak mengabulkan apa yang diinginkan orang tua. Ketika kita masih sekolah atau kuliah kita sering memakai alasan ”harus mengerjakan PR” untuk menolak permintaan ibu untuk membeli keperluan dapur di warung. Ketika sudah kerja dan tinggal di luar kota kita seringkali memakai alasan ”tidak libur dan takut lelah kalau harus pulang balik” ketika orang tua meminta kita mudik karena mereka kangen. Kita mungkin merasa risih karena orang tua sering menelepon kita untuk sekedar menanyakan urusan ini dan itu yang menurut kita ”remeh” dan tidak harus merepotkan kita. Di saat orang tua menyuruh kita segera menikah, kita sering menjawab sekenanya saja atau bahkan menggerutu ”memang mudah mencari pasangan”. Astaghfirullah! Ampunkan kami ya Allah, karena hati kami yang lemah dan kerdil ini seringkali dipenuhi nafsu untuk ”tetap menjadi anak yang nakal, suka merajuk dan selalu ingin diperhatikan orang tua”, sehingga kami sering membuat ulah yang merepotkan orang tua.

Doa dan Harapan Orang Tua bagi Anaknya  

Secara umum orang tua tidak pernah mengharapkan anak mereka membalas kebaikannya dengan materi yang berlimpah. Mereka cukup puas melihat anak mereka hidup berdasar ajaran agama yang telah diteladankan sejak kecil, sehat dan memiliki pekerjaan yang baik. Mereka tidak melihat anaknya melanggar ajaran agama dan direpoti dengan segala permasalahan ekonomi anaknya saja, rata-rata sudah sangat bersyukur, karena hal itu menandakan keberhasilan mereka mengantar anak-anaknya mandiri.


Apa yang Sebaiknya Dilakukan Terhadap orang Tua

Mengingat jerih payah orang tua dalam mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh, mendidik dan membiayai kita, maka tidak akan pernah ada kata “cukup” untuk membalas kebaikan mereka. Setidaknya ada beberapa hal yang dapat kita lakukan:

  1. Memastikan bahwa orang tua cukup makan. Sudah menjadi kewajiban anak untuk memastikan bahwa orang tua kita terpenuhi kebutuhan makan dalam jumlah yang cukup dengan nutrisi lengkap agar kesehatan mereka terjaga. Wahai para menantu, jangan pernah lupa bahwa anda mendapati pasangan hidup anda dalam keadaan telah dewasa, terdidik dan memiliki pekerjaan yang layak, ---itu semua adalah hasil jerih payah mertua anda---, karenanya jangan pernah lupa bahwa di dalam penghasilan pasangan hidup anda terkandung kewajiban untuk menafkahi orang tuanya.  
  2. Memastikan bahwa orang tua tinggal di tempat yang layak dan aman. Keadaan sekarang seringkali “memaksa” kita untuk tinggal terpisah dengan orang tua. Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi kita untuk bisa selalu mengetahui keadaan kesehatan dan keamanan orang tua kita. Meski komunikasi dapat dilakukan melalui telepon tetapi ada hal-hal yang tidak dapat kita lakukan dengan segera ketika mereka membutuhkan bantuan kita, misalnya ketika mereka mendadak sakit. Oleh karena itu, jika karena keadaan sehingga kita “tidak mampu” melakukannya sendiri setiap harinya, alangkah baiknya kita membayar orang untuk menemani, membantu pekerjaan rumah dan merawat orang tua kita. Namun hal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk kita tidak rajin menelepon dan mengunjungi orang tua.  
  3. Memastikan bahwa orang tua kita mengisi hari tuanya dengan kegiatan yang bermanfaat. Mungkin ketika muda orang tua kita sibuk bekerja mencari nafkah sehingga tidak sempat memperdalam pengetahuan dan pengamalan agamanya, maka alangkah baiknya jika kita mendorong orang tua untuk memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melakukannya. Jika orang tua memiliki keterbatasan ilmu, sudah selayaknya kita memanggilkan guru bagi mereka. Kegiatan tersebut dapat diselingi dengan mengerjakan hobi yang mereka sukai, misalnya berkebun sayur mayur, bunga, buah atau memelihara ikan. Jika orang tua memiliki hobi membaca, alangkah senangnya mereka jika kita bisa membayarkan langganan majalah ataupun koran yang mereka sukai. Jangan biarkan orang tua kita menghabiskan sisa umurnya dengan menonton sinetron yang kurang bermutu setiap hari.  
  4. Bagi Pembaca yang memiliki rejeki yang cukup, alangkah senangnya jika orang tua kita diajak untuk menunaikan ibadah umroh atau haji bersama. Ibadah umroh atapun haji mensyaratkan kemampuan fisik dan materi, oleh karenya jika kita berangkat ke tanah suci bersama, maka kita dapat menjalankan Rukun Islam kelima sekaligus mendampingi orang tua menunaikannya juga (ESR).  
       

Pesan Kebaikan bulan ini:

Cintai, hormati dan penuhi hak-hak orang tua kita sebelum kesempatan itu tertutup untuk selamanya