Jumat, 31 Desember 2010

DO’A DAN PENGHARAPAN RAKYAT

Allah, Tuhanku yang penuh kasih, ijinkan kami untuk menjadi kekasih-MU,
Karena Engkau pun Maha Penyayang, pilihlah kami untuk menjadi kesayangan,

Cerdikkan akal kami untuk lebih mengenal-Mu,
Mengenal Kemahabesaran-Mu, kebaikan-Mu, kekuasaan-Mu,
Agar kami lebih mengerti akan keterbatasan dan ketakberdayaan kami,

Santunkan tutur kami agar tiada lagi pertikaian terjadi karenanya,
Satukanlah kami dalam kebaikan,
Agar tidak ada lagi pertentangan antara Muslim dan Nasrani,
Antara Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah,

Terangkanlah hati para pemimpin kami,
Agar mereka lebih memikirkan kondisi negara dan bangsa kami,
Membangun sistem pemerintahan yang akuntabel,
Mencari solusi akan kemiskinan dan pengangguran,
Menghapuskan kesenjangan,
Menjaga hutan, laut, sungai dan tanah kami,
Membangun sistem pendidikan yang baik,
Menghapuskan buta huruf dan angka,

Tuhanku yang Maha Pengatur,
Mudahkanlah segala urusan kami,
Agar kami sejahtera dan bahagia di dunia,
Dan mencukupkan bekal kami untuk menghadap-Mu,

Tuhanku yang Maha Pemurah,
Limpahilah kami dengan rizki-Mu yang halal, rizki-Mu yang barokah,
Sehatkanlah tubuh kami, agar memiliki tenaga untuk menjemputnya,

Tuhanku Sang Maha Penolong,
Hanya kepada-Mu kami menyembah,
Dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan,
Kabulkanlah do’a dan pengharapan kami ya Allah,
Karena hanya Engkaulah yang dapat mengabulkan segala do’a
Amiiin (ESR).

BELAJAR DARI KEMELARATAN, PENDERITAAN DAN COBAAN

Pendahuluan (Fakta dan Data)
Tak ada selembar pun daun yang jatuh tanpa ijin-Nya. Dan apapun yang terjadi tujuannnya adalah untuk memuliakan kita. Di ujung tahun 2010 ini, saat yang baik untuk mengingat kembali beberapa pelajaran hidup yang diberikan-Nya bagi kebaikan umat manusia. Masih belum hilang dari ingatan kita beberapa pelajaran penting yang dapat kita petik dari bencana yang terjadi di Indonesia, mulai dari Gempa dan Tsunami di Aceh, 26 Desember 2004 yang menghentakkan kemapanan, Gempa di Yogjakarta, 27 Mei 2006, Kelaparan di Yahukimo pada September 2009, Gempa di Padang, 30 September 2009 dan yang masih segar dari ingatan kita adalah Banjir di Wasior, 4 Oktober 2010, Gempa dan Tsunami di Mentawai, 25 Oktober 2010 dan erupsi Gunung Merapi 26 Oktober 2010, serta yang sampai saat ini masih tetap berlangsung adalah erupsi Gunung Bromo. Bahkan Kepala BNPB, seperti yang kusaksikan di Kabar Siang tvOne, hari ini, 31 desember 2010 memprediksi bahwa di Bulan Januari – Maret 2011 masih sangat dimungkinkan terjadinya banjir bandang, putting beliung dan sejenisnya akibat dari anomali musim akibat pemanasan global.

Pelajaran yang Dapat Dipetik
Kerusakan yang ditimbulkan oleh kemelaratan, penderitaan dan cobaan tersebut meliputi harta dan nyawa yang sudah tak terbilang jumlahnya. Ribuan orang meregang nyawa, infrastruktur dan lahan porak poranda. Maka, kiranya kita dapat mengambil banyak pelajaran, betapa kekuasan Allah, Tuhan Pencipta Alam ini sangat besar. Karenanya tidak layak bagi kita, ---manusia--- untuk menyombongkan diri, terlalu congkak untuk bersyukur, tidak mau bersujud di hadapan-Nya, menggunakan kekuasaan untuk berlaku sewenang-wenang, merusak alam, mengkorupsi hak orang lain, menggunakan sedikit kecerdasan yang dipinjamkan Allah untuk menipu orang-orang yang tidak berdaya, dan tidak peduli lagi akan penderitaan orang-orang di sekitar.
Tuhan, mengijinkan kemelaratan, penderitaan dan bencana untuk mengajari kita tentang bagaimana seharusnya memperlakukan alam, mengasihi sesama, bekerja sama dalam mengatasi masalah, dan menggunakan kekuasaan secara bijak. Oleh karenanya kita harus ikhlas menerima semuanya. Karena hal-hal tersebut yang menjadikan kita lebih mulia sebagai manusia yang seutuhnya. Kita harus tetap belajar, berkarya untuk menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan kita sebagai pribadi dan menebarkan kebaikan bagi terciptanya kehidupan masyarakat yang saling peduli dan menyayangi. Maka kedamaian akan tercipta. Dalam suasana damai, akan lebih dimungkinkan bagi dilakukannya ibadah, upaya berdialog dengan Sang pencipta, untuk mengerti tentang tujuan penciptaan kita. Jika Allah menghendaki, maka kasih sayang-Nya akan mengijinkan kita untuk berpulang ke surga yang dijanjikan-Nya.

Dasar Hukum
Ada baiknya kita manfaatkan detik-detik terakhir menutup tahun 2010 ini dengan membuka kembali apa yang diwahyukan-Nya mengenai hal ini. Dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 213 – 214:
213. Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-NYA bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian diantara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.
214. Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.

Dalam ketundukan (ketakutan) dan kepatuhan kepada-Nya, kita harus tetap optimis, ---terus belajar dan berkarya dengan ikhlas--- yakin bahwa dalam kemelaratan, penderitaan dan cobaan yang terjadi ada banyak hikmah yang dapat dijadikan pelajaran hidup bagi kita. Dan Allah, telah berjanji bahwa sesudah kesulitan pasti ada kemudahan sebagaimana tertuang dalam QS. Alam Nasyrah (94) ayat 5 – 8:
5. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
6. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
7. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
8. Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

Bahkan menurut M. Quraish Shihab, penulis Tafsir Al Misbah, karena jaraknya sangat dekat dapat diartikan sebagai “sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. Jadi janganlah kita berputus asa, mari kumandangkan syair-syair doa yang mengagungkan dan menyucikan nama-Nya sembari terus belajar dan berkarya. Detik-detik tahun baru 2011 akan segera datang, mari kita sambut dengan penuh syukur dan pengharapan, semoga hari esok lebih baik! Amiiin (ESR).

Kamis, 30 Desember 2010

SATU HARI TANPA NASI (ONE DAY NO RICE)

Sekarang ini ---tahun 2010--- pemerintah gencar-gencarnya menggalakkan Gerakan Sehari Tanpa Nasi atau yang lebih dikenal sebagai one day no rice. Meskipun sangat terlambat, gerakan ini patut didukung. Mengingat masyarakat Indonesia sudah sangat tergantung terhadap nasi. Bahkan sudah umum jika ada yang bilang “serasa belum kenyang kalau belum makan nasi”, meskipun sudah mengkonsumsi sumber karbohidrat yang lain seperti roti, kentang dan mie. Ketergantungan terhadap nasi diawali sekitar tahun 1970-an dimana pemerintah menggalakkan budidaya padi. Pada saat itu pemerintah sampai memanfaatkan keberadaan mahasiswa KKN untuk mengawal penanaman padi berumur pendek. Bahkan menurut Prof. Hari Purnomo, yang pada saat itu KKN di Malang Selatan, petani juga ditunggui tentara agar mau menanam padi tersebut. Petani yang awalnya enggan, setelah 3 tahun merasakan manfaatnya, sehingga sewaktu beliau pulang KKN sampai diarak naik cikar dengan dibawakan hasil panen petani.
Sejak produksi padi mulai melimpah, masyarakatpun menggantungkan sumber pangan hanya pada beras. Bahkan diungkapkan atau tidak, ada faham bahwa yang belum mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya sama dengan belum sejahtera, belum merasakan hidup berkecukupan. Fakta ini penulis temukan di tahun 1995, seorang anak bernama Ning, yang tinggal di sebelah Pondok tempat kami ---penulis dan teman--- bakti sosial, di Desa Purworejo, Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur sampai tidak menghiraukan kami, yang menyapanya sewaktu dia sedang makan. Ketika penulis tanyakan kenapa Ning seolah tak menghiraukan kami ke teman tersebut, dia menjawab, “iya, soalnya dia sedang makan nasi putih, biasanya dia makan tiwul dan jagung”. Jawaban yang mencengangkan, padahal yang kulihat si Ning makan nasi putih dengan lauk sambal cabe yang masih hijau dan daun singkong rebus saja.
Kehidupan terus berjalan, dan pergeseran pola konsumsi dari tiwul dan jagung ke beras terus berlangsung. Apa yang terjadi dengan sagu, ganyong, ubi jalar, dan sejenisnya juga tidak berbeda jauh. Tiba-tiba kita tersentak ketika melihat data pada tahun 2010. Konsumsi beras ---termasuk untuk jajanan dan lontong--- pada tahun ini telah mencapai 139 kg/kapita/tahun dan mencapai 100 ribu ton per hari atau mencapai 92 – 95% dari total karbohidrat yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Dalam setahun kebutuhan beras mencapai 34 juta ton. Kondisi ini tidak dapat dibiarkan, mengingat peningkatan produksi padi dalam 3 tahun terakhir hanya sekitar 4,49%, sehingga pada akhir tahun ini Perum BULOG akan mengimpor beras dari Thailand sebanyak 300 ribu ton untuk memenuhi stok sebesar 1,5 juta ton.
Untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, tidak ada pilihan lain selain mengupayakan diversifikasi pangan. Namun harus tetap diingatkan bahwa masyarakat sebaiknya tidak beralih mengkonsumsi makanan berbahan baku gandum, seperti roti dan mie. Kenapa? Karena gandum harus diimpor dari luar negeri juga.
Diversifikasi pangan harusnya dilakukan dengan mensubstitusi beras dengan produk pangan lokal seperti singkong, ubi jalar, ganyong, sagu dan jagung. Jika setiap orang melakukan free rice day sebulan sekali maka terjadi penurunan konsumsi beras 1,2 jt ton per tahun. Dan potensi ekonomi non beras yang dapat dikelola sekitar Rp. 6 trilyun. Itu yang dikatakan Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurti.
Menyadari kenyataan di atas, marilah kita dukung gerakan one day no rice. Caranya dengan mengawali dari dapur kita sendiri, yaitu menyiapkan penganan non beras seperti singkong, waluh, ganyong, jelarut, talas, bentol baik yang dikukus saja ataupun diolah lebih lanjut. Banyak kreasi makanan yang dapat diolah dari bahan-bahan lokal tersebut, misalnya singkong karamel, bakpau waluh/ubi jalar, biskuit ganyong/jelarut, keripik talas/bentol, dan sebagainya.
Jika ditinjau dari biaya yang harus dikeluarkan, memanfaatkan bahan-bahan potensi lokal tersebut jauh lebih murah dibandingkan dengan beras ataupun gandum. Untuk menambahkan cita rasa pada makanan yang kita olah kita dapat memanfaatkan bahan lokal yang lain seperti susu segar dan ikan lele sebagai bahan isian.
Memanfaatkan apa yang terserak di sekitar dengan mengoptimalkan potensi yang ada di dalam diri kita adalah salah satu perwujudan rasa syukur kepada Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh karenanya, dalam rangka mensyukuri nikmat kesehatan, kecerdasan dan keterampilan serta dalam rangka mendukung Gerakan Sehari Tanpa Nasi, marilah kita memberikan sumbangsih kita kepada kebaikan ummat manusia. Bagi anda yang seorang peneliti, sudah selayaknya menyempatkan diri melakukan banyak penelitian tentang bagaimana cara yang paling tepat mengolah bahan-bahan lokal tersebut menjadi makanan siap saji yang diminati konsumen. Bagi yang usahawan, tidak ada salahnya menggarap potensi pengembangan produk-produk tersebut mulai dari budidaya sampai dengan membuka restoran siap saji berbahan produk lokal. Bagi ibu-ibu rumah tangga mulailah dengan berbelanja bahan-bahan lokal tersebut daripada harus membeli roti-roti merek impor berbahan impor. Mari mulai dari diri sendiri, sejak saat ini (ESR).

Rabu, 29 Desember 2010

BIO GAS SEBAGAI ALTERNATIF ENERGI DI PEDESAAN

Pendahuluan
Sejak harga minyak tanah tidak disubsidi lagi, bio gas menjadi idola baru di pedesaan. Kebijakan pemerintah yang melakukan konversi minyak tanah ke elpiji telah mendorong duplikasi instalasi biogas di pedesaan. Sebenarnya saya mengenal tentang teknologi bio gas sejak jaman masih kuliah sekitar tahun 1991 – 1995. Sebagai mahasiswa Jurusan Mekanisasi Pertanian atau yang sekarang lebih dikenal dengan Teknik pertanian kami diperkenalkan dengan teknologi bio gas. Pihak kampus juga telah membangun percontohan di pedesaan. Namun karena saat itu harga minyak tanah masih murah sekali ---sangat terjangkau oleh kantong masyarakat pedesaan, tidak sampai Rp. 2.000,-/liter--- maka tidak ada yang berminat menduplikasi instalasi bio gas tersebut, meskipun banyak potensi untuk mengembangkannya.
Sejak konversi minyak tanah telah dijalankan sampai ke pedesaan, masyarakat tidak punya pilihan lain untuk tidak memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk memberikan solusi bagi pengurangan biaya hidupnya. Harga minyak tanah telah mencapai Rp. 7.100/liter, sedangkan di pedagang eceran telah mencapai Rp. 8.000,-/liter. Harga tersebut sudah tidak terbeli oleh buruh tani yang bergaji Rp. 20.000,-/hari untuk pekerjaan yang dimulai jam 7 pagi dan berakhir jam 12.00 siang. Karena di saat yang bersamaan, harga beras telah mencapai Rp. 7.000,-/kg.

Bahan Baku
Bahan baku yang umum digunakan di pedesaan adalah limbah padat peternakan sapi. Sebagaimana di ketahui, hampir setiap rumah tangga di pedesaan memelihara sapi, baik sapi potong maupun sapi perah. Di sekitar Nongkojajar, Kabupaten pasuruan pada saat ini telah terbangun lebih dari 600 unit instalasi biogas, bahkan ada desa yang telah 100%. Bahan baku diperoleh dari kandang ternak mereka sendiri. Perlu diketahui bahwa di area tersebut terdapat KPSP Setia kawan, yaitu koperasi peternak sapi perah dengan populasi sapi perah lebih dari 13.000 ekor. Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya susu bagi pemenuhan gizi keluarga, khususnya anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, maka instalasi bio gas masih mungkin untuk terus dikembangkan. Hal ini terbukti dari permintaan susu segar oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) masih sangat terbuka, artinya penambahan populasi sapi perah masih sangat memungkinkan, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan kehabisan bahan baku.

Pembangunan Instalasi Bio Gas
Pembangunan instalasi bio gas di daerah Nongkojajar dilakukan oleh sekelompok tukang yang telah mendapatkan pelatihan khusus dari lembaga yang berpusat di Belanda. Pelatihan ini penting, mengingat keamanan pengguna harus tetap menjadi pertimbangan utama. Selain itu juga untuk menjamin bahwa instalasi yang dibangun benar, sehingga gas yang dihasilkan optimal. Sebenarnya mudah saja mencari gambar instalsi biogas di berbagai literatur, namun tanpa praktek, para tukang tidak dapat mengantisipasi kebocoran instalasi. Pihak Belanda juga menjanjikan subsidi Rp. 2 jt/unit jika tukang yang membangun adalah mereka yang telah memiliki sertifikat pelatihan dari mereka.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membangun instalasi bio gas juga sangat mudah didapat, misalnya batu bata, semen dan paralon, serta kompor gas. Hampir di semua daerah di Indonesia dapat dengan mudah menjumpai bahan tersebut. Peralatan yang dibutuhkan juga tidak lebih dari cangkul, cethok dan timba kecil untuk membuat adonan semen.

Biaya
Biaya pembangunan instalasi sekitar Rp. 5 jt/unit, jika mendapatkan subsidi dari Belanda sebanyak Rp. 2 jt/unit, peternak tinggal mengeluarkan biaya Rp. 3jt/unit. Untuk peternak anggota KPSP Setia Kawan, biaya tersebut dapat dipinjam dari lembaga tersebut. KPSP Setia Kawan mendapatkan kredit tanpa bunga dari PT. Nestle Indonesia untuk mendukung pembangunan instalasi biogas di tingkat peternak.

Pemanfaatan Bio Gas
Pemanfaatan bio gas di daerah nongkojajar masih terbatas untuk memasak dan penerangan. Sebenarnya gas yang dihasilkan masih mencukupi jika dimanfaatkan juga untuk keperluan industri kecil seperti pengeringan keripik umbi-umbian, penggorengan kopi ataupun keripik buah-buahan. Sejauh ini kelebihan gas masih terbuang sia-sia.

Pembangunan Instalasi Di Luar Wilayah
Pembangunan instalasi bio gas di wilayah lain dimungkinkan sepanjang potensi bahan bakunya tersedia. Calon pengguna secara sendiri atau berkelompok dapat menghubungi H. Hariyanto, salah seorang pengurus KPSP Setia Kawan Nongkojajar Pasuruan Jawa Timur. Para tukang yang bersertifikat tersebut akan dikirim ke daerah tujuan untuk membangun instalasi yang diinginkan.

Manfaat
Dari beberapa kali kunjungan lapangan, dapat diketahui bahwa rumah tangga yang telah menggunakan bio gas sangat merasakan manfaatnya karena biaya hidupnya berkurang. Mereka rata-rata sangat bersyukur karena tidak perlu lagi membeli minyak tanah yang harganya mahal ataupun menggunakan tabung LPG 3 kg yang sangat beresiko karena sering meledak ---akibat kecurangan beberapa oknum yang sering mengoplos LPG bersubsidi dan non subsidi. Manfaat lainnya adalah tersedianya pupuk organik yang “sudah matang” karena limbah padat peternakan yang masih baru belum dapat langsung diaplikasikan ke tanaman. Lebih jauh, dengan dibangunnya bio gas dapat mengurangi gas metan yang terkandung dalam limbah padat peternakan tersebut.

Kesimpulan
Bio gas merupakan salah satu energi alternatif yang sangat cocok untukditerapkan di pedesaan. Manfaat biogas sangat banyak diantaranya, menghemat biaya hidup, mengurangi emisi gas metan dan memungkinkan terbangunnya sistem pertanian yang efisien (ESR).

PERTANIAN TERPADU DAN BERKELANJUTAN

Pendahuluan
Menjalankan usaha pertanian di Indonesia semakin lama semakin sulit. Hal ini penulis rasakan benar setelah terjun langsung menjadi petani. Kesulitan paling besar yang penulis rasakan adalah ketiadaan ketentuan harga dasar bagi setiap komoditas. Sejauh ini yang telah ditetapkan harga dasarnya hanyalah gabah. Komoditas lain diserahkan kepada mekanisme pasar. Pemerintah sama sekali tidak melakukan perlindungan bagi petani, termasuk peternak dan nelayan. Di sisi lain, pemerintah seringkali dengan tiba-tiba mengurangi subsidi pupuk sehingga kehidupan petani sangat tidak menentu karena tidak adanya perlindungan.
Sebagai peternak sapi potong, penulis telah merasakan betapa kebijakan pemerintah tidak menguntungkan petani. Harga sapi potong hidup tiba-tiba turun drastis, dari harga bobot hidup yang dulu sebesar Rp. 25 – 26 rb/kg sekarang hanya berkisar Rp. 22 rb/kg. Ada beberapa hal yang mungkin jadi penyebab, yaitu diijinkannya impor sapi dari Australia tanpa memperhitungkan populasi sapi di dalam negeri dan kebutuhan daging. Lebih aneh lagi karena harga daging tetap tinggi, yaitu berkisar Rp. 60 rb/kg. Berarti ada yang perlu diperbaiki dalam sistem tata niaga daging ini.
Petani tebu juga tidak memiliki peruntungan yang baik. Pada musim penghujan sepanjang tahun seperti tahun 2010 sekarang ini, rendemen tebu sangat rendah. Di sisi lain pemerintah membuka kran impor, terlebih akan menerapkan kebijakan baru yaitu gula rafinasi dapat dijual bebas di pasaran. Tanpa pembebasan peredaran gula rafinasi saja, di pasar banyak beredar gula tersebut.
Nasib peternak sapi perah juga tidak berbeda jauh, sama-sama ditentukan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) tanpa perlindungan. Pemilik IPS rata-rata adalah industri besar dengan modal yang kuat sehingga mereka mampu impor dari luar negeri jika petani menolak harga yang ditetapkan oleh IPS. Sementara di sisi lain petani belum memiliki kemampuan untuk mendistribusikan produksi susu mereka ke pembeli yang lebih memperhatikan nasib mereka. Beruntung peternak sapi perah yang tergabung dalam koperasi yang telah memiliki IPS sendiri. Di Kabupaten Pasuruan terdapat PKIS Sekar Tanjung. Koperasi Sekunder yang didirikan oleh 6 koperasi primer dari Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang. PKIS Sekar Tanjung menghasilkan susu UHT (Ultra High Temperature) dengan merek sendiri seperti Indola, StarKid, Sekar dan Juara serta bekerjasama dengan perusahaan lain untuk memproduksi merek mereka.
Menyikapi beberapa kenyataan di atas, maka menjadi petani di Indonesia harus memiliki banyak akal untuk menyiasati tingginya biaya produksi dan tidak adanya jaminan harga jual komoditas. Oleh karena itu pada kesempatan ini tidak ada salahnya kita mendiskusikan tentang Pertanian terpadu dan Berkelanjutan.

Kenapa Terpadu dan Berkelanjutan?
Pertanian terpadu secara sederhana dapat dimaknai sebagai pertanian yang menggabungkan berbagai subsektor (pertanian, peternakan dan perikanan) dalam satu area dengan luasan tertentu sehingga lebih efisien dan tidak menghasilkan limbah yang tidak dapat didaur ulang. Pertanian terpadu menjadi efisien karena relatif tidak membuang limbah. Sebagai contoh: Pertanian Terpadu di Lembah Hijau Sragen Jawa tengah. Jerami limbah dari budidaya padi sawah, dimanfaatkan untuk silase sebagai pakan sapi perah. Kotoran sapi perah dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sedangkan limbah cair dari kandang dialirkan ke kolam ikan patin. Dari proses yang sedang berjalan, petani dapat memanen padi, susu dan ikan patin. Pupuk organik juga dapat diaplikasikan untuk tanaman hias sehingga dapat juga berjualan tanaman hias dan pupuk organik.
Di Kabupaten Pasuruan juga sedang dikembangkan model pertanian terpadu, bahkan diperkaya, karena limbah yang berupa kotoran sapi perah dimanfaatkan dulu untuk pembuatan biogas sebelum dijadikan sebagai pupuk tanaman. Dengan dihasilkannya biogas ada banyak keuntungan yang didapat karena kita tidak perlu membeli minyak tanah atau gas untuk memasak dan penerangan, selain itu juga dapat mengurangi gas metan yang terkandung dalam kotoran ternak.
Penerapan pertanian terpadu akan mendorong pertanian yang berkelanjutan, karena dalam pertanian terpadu kita dapat meminimalkan penggunaan pupuk non organik bahkan menghilangkannya, sehingga tanah tidak menjadi rusak. Di sisi lain, produk yang dihasilkan lebih baik bagi kesehatan karena komoditas tersebut masuk dalam kategori organik. Dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang kesehatan dan trend mengkonsumsi bahan pangan organik, maka petani akan lebih diuntungkan. Hal ini disebabkan karena bahan pangan organik memiliki harga jual yang lebih mahal dibandingkan komoditas yang non organik.

Hambatan Penerapan Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan
Penerapan pertanian terpadu dan berkelanjutan memang tidak semudah kata-kata. Ada beberapa faktor kendala, diantaranya:
1. Kepemilikan lahan petani rata-rata tidak luas dan tidak meyatu.
2. Modal kerja awal yang dimiliki tidak besar.
3. Belum memiliki akses modal dan pasar.
4. Masih bekerja secara individu, belum berkelompok sehingga dengan keterampilan yang terbatas.

Upaya Meminimalisasi Hambatan
1. Bekerjasama dengan pemilik lahan di sekitarnya untuk merealisasikan pertanian terpadu dan berkelanjutan dalam area yang cukup, semakin luas semakin bagus.
2. Melakukan joint modal kerja.
3. Melakukan terobosan pasar dengan mengikuti pasar lelang, pameran dan menjajakan komoditas. Di Jawa Timur, tepatnya di Jemundo Sidoarjo telah dibangun Pasar Puspa Agro, di lahan seluas 50 hektar tersebut petani dapat bertemu dengan para pedagang grosir yang didatangkan oleh pihak pengelola. Di tempat tersebut juga disediakan penginapan bagi petani dengan harga sewa yang relatif murah.
4. Menggalakkan pelatihan-pelatihan tentang penggunaan teknologi tepat guna, pertanian organik, serta upaya mendukung pengurangan efek pemanasan global.
5. Berupaya menertibkan administrasi mulai perjanjian kerja sama, recording ternak, tanaman dan sebagainya, termasuk menghargai setiap individu yang terlibat dengan mengkonversikan ke dalam biaya tenaga kerja. Point nomer 4 merupakan pendukung, namun sangat penting untuk memperlancar kerja sama.

Kesimpulan
Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan harus terus menerus diupayakan agar petani memperoleh hasil yang memadai dari setiap usaha yang dijalankannya. Selain itu akan mendorong kelestarian lingkungan. Namun semua ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa dukungan pemerintah. Pemerintah hendaknya menganalisis semua faktor secara seksama sebelum mengambil kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, termasuk petani (ESR).

Selasa, 28 Desember 2010

PENANGANAN POLONG KAPRI (Pisum sativum L.) SEGAR

Pendahuluan
Polong kapri (Pisum sativum L.) segar merupakan sayuran yang banyak mengandung vitamin. Zat hijau daun (khlorofil) yang terkandung di dalamnya adalah sumber antioksidan yang dapat mencegah terjadinya penyakit degeneratif seperti kanker. Polong kapri segar cocok dicampurkan dengan berbagai masakan seperti cap cay, steak atau bahkan mie instant.
Polong kapri segar termasuk jenis sayuran yang sangat mudah rusak. Dalam satu hari saja apabila tidak diberikan perlakuan apa-apa maka polong kapri akan berubah warna menjadi kekuningan dan kelopak daun berwarna putih.

Sortasi
Sortasi diperlukan untuk memisahkan polong kapri yang busuk, terlalu tua atau yang secara fisik rusak akibat proses pemanenan. Dengan sortasi, maka polong kapri segar akan lebih seragam sehingga nilai jual akan lebih mahal.

Panas Lapangan
Polong kapri segar membawa panas lapangan, apalagi pemanenan dilakukan pada siang hari. Panas lapangan ditambah dengan respirasi yang tinggi dari polong kapri akan mempercepat penyusutan nilai gizi dan bobotnya serta menjadi media yang baik bagi tumbuhnya jamur. Oleh karena itu diperlukan pendinginan pendahuluan (precooling) sebelum disimpan pada suhu dingin. Berdasarkan penelitian yang pernah penulis lakukan dengan melakukan pendinginan pendahuluan menggunakan air yang dicampur dengan bongkahan es sampai suhunya mencapai sekitar 10oC maka umur simpan polong kapri segar akan lebih panjang.

Khlorinasi
Khlorinasi diperlukan untuk meminimalisasi kontaminan mikroniologi yang terbawa polong kapri dari lapangan. Khlorinasi dilakukan dengan mencelupkan polong kapri dalam larutan khlorin. Jika dikombinasi dengan pendinginan pendahuluan maka khlorinasi akan lebih efektif dalam mencegah pembusukan karena faktor mikrobiologi.

Pengemasan dalam Kemasan Berlubang (Perforasi)
Sayuran yang disimpan di dalam pendingin akan mengalami penyusutan. Untuk menghambat laju penyusutan maka perlu dilakukan pengemasan dalam kantung plastik. Namun, kemasan tersebut harus dilubangi untuk mencegah terjadinya reaksi an aerob yang menimbulkan bau yang tidak enak (off odor). Berdasarkan penelitian yang pernah penulis lakukan pada tahun 1998, perforasi yang terbaik untuk polong kapri yang disimpan dalam suhu 10oC adalah 5%.

Penyimpanan Dingin
Setelah dilakukan pendinginan pendahuluan dan khlorinasi maka polong kapri harus segera dikeringanginkan menggunakan kipas angin untuk segera menghilangkan air yang menempel agar tidak memicu pembusukan. Setelah itu polong kapri dikemas menggunakan plastik dengan perforasi sekitar 5%. Selanjutnya polong kapri dalam kemasan tersebut disimpan dalam pendingin dengan suhu 0 - 10 oC. Dalam suhu 10 oC, polong kapri dapat disimpan selama 10 hari. Hal ini menguntungkan untuk kegiatan ekspor dengan menggunakan kapal laut, mengingat pengiriman kontainer sayuran dengan menggunakan pesawat terbang tergolong mahal.

Kesimpulan
Untuk memperpanjang umur simpan polong kapri segar diperlukan berbagai perlakuan, yang dapat dikombinasikan, diantaranya sortasi, khlorinasi, pendinginan pendahuluan, pengeringanginan, pengemasan dalam kantong plastik berperforasi untuk selanjutnya disimpan di dalam pendingin bersuhu 0 – 10oC. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk mempertahankan nilai gizi polong kapri segar. Namun upaya ini kan menjadi sia-sia jika proses pengolahan yang dilakukan tidak benar. Untuk diperhatikan juga bahwa semakin lama proses pengolahan dan semakin tinggi suhunya maka nilai gizinya akan semakin turun (ESR)

Senin, 27 Desember 2010

PENGGUDANGAN BAHAN PANGAN

Pendahuluan
Ajaran yang diturunkan Allah, Tuhan Sang Maha Pencipta adalah tuntunan bagi kebaikan seluruh ummat manusia, bukan hanya segolongan orang dengan agama tertentu saja. Oleh karenanya, kita seyogyanya mempelajari dan menerapkan ajaran tersebut untuk kemakmuran seluruh ummat manusia di bumi. Di dalam Al Qur’an, khususnya Surat Yusuf terdapat tuntunan tentang penggudangan bahan pangan. Hal ini sangat relevan untuk didiskusikan saat ini, mengingat kondisi iklim yang mulai berubah akibat pemanasan global sehingga sepanjang tahun 2010 ini hampir dalam seluruh bulan terdapat hujan. Di tahun-tahun mendatang, sangat mungkin (meskipun saya berdoa dengan sungguh-sungguh agar tidak terjadi) musim kemarau akan sangat panjang.
Sebelum mempelajari lebih detil tentang sistem penggudangan bahan pangan, sekiranya kita perlu melihat kembali tentang tuntunan tersebut. Berawal dari mimpi seorang Raja Mesir sebagaimana tertuang dalam QS. Yusuf (12) ayat 43 seperti berikut:
Dan raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sai betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi.”
Dalam ayat 46 – 49 berbunyi:
46. “Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada oang-orang itu, agar mereka mengetahui.”
47. Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.
48. Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.
49. Setelah itu akan datang tahun, dimana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).

Faktor-faktor Yang Menentukan Umur Simpan
Diskusi kali ini difokuskan pada penyimpanan bahan pangan khususnya biji-bijan seperti padi, jagung, kedelai dan kacang hijau. Terdapat beberapa hal yang penting untuk diperhatikan sebelum dilakukan penyimpanan biji-bijian. Diantaranya:
1. Kadar Air Bahan
Kadar air biji-bjian setelah panen harus diturunkan sampai berkisar antara 9 sampai dengan 14%. Kadar air yang tinggi akan memungkinkan tumbuhnya jamur, sehingga bahan pangan akan berbau apek. Jika faktor lain (suhu dan kelembaban gudang) tetap maka semakin rendah kadar air, umur simpan biji-bijian akan semakin panjang.
2. Suhu (temperatur) Udara di Ruang Penyimpanan
Suhu sangat berpengaruh terhadap umur simpan suatu bahan pangan. Suhu yang tinggi akan menyebabkan biji-bijian cepat rusak karena terjadinya kondensasi uap air di dalam ruang penyimpanan. Uap air yang terkumpul akan mendorong tumbuhnya jamur dan pembusukan. Suhu yang rendah akan memperpanjang umur simpan. Untuk itu diperlukan pertukaran udara, yaitu mengeluarkan udara panas dari dalam gudang dan menggantinya dengan udara yang dingin, misalnya udara pagi. Hal ini perlu dilakukan mengingat biji-bijian juga akan melakukan respirasi yang menghasilkan panas, sehingga suhu udara di sekitarnya meningkat.
3. Kelembaban Udara (Relatif Humidity) di Ruang Penyimpanan
Udara yang lembab mengandung uap air yang tinggi, sehingga sangat berkorelasi terhadap tumbuhnya jamur. Oleh karena itu perlu adanya penurunan kelembaban udara di ruang penyimpanan. Hal-hal yang dapat digunakan untuk menurunkan kelembaban udara adalah dengan melewatkan udara yang akan masuk ke ruang penyimpanan melalui absorben, misalnya silica gel. Dengan menggunakan silica gel maka kelembaban udara relatif kering, sehingga umur simpan biji-bijian akan lebih panjang.
Berdasarkan pada point 2 dan 3 maka seyogyanya setiap pagi hari dilakukan pertukaran udara di dalam gudang dengan udara luar yang dingin, namun telah diturunkan kelembabannya menggunakan absorben.
4. Hama Gudang
Sebelum dilakukan penyimpanan biji-bijian, maka harus dipastikan bahwa gudang terbebas dari hama. Semua lubang yang memungkinkan hama masuk ke dalam gudang harus ditutup sehingga tidak terjadi kontaminasi selama penyimpanan berlangsung. Adanya hama di dalam gudang akan meningkatkan resiko penularan suatu penyakit yang dibawa oleh hama tersebut.

First In First Out
Hal yang juga penting untuk diperhatikan adalah bahwa bahan pangan yang pertama kali dimasukkan harus dikeluarkan lebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan agar tidak ada bahan yang terlalu lama disimpan di gudang sehingga menjadi rusak dan menyebabkan bahan yang baru dimasukkan ikut menjadi rusak. Penataan barang di dalam gudang harus diatur sedemikian rupa dan diberi kode tanggal bahan tersebut dimasukkan sehingga dapat diterapkan first in first out.

Kesimpulan
Penggudangan bahan pangan sangat perlu untuk dilakukan agar dapat digunakan sebagai cadangan makanan pada saat dibutuhkan. Musim penghujan yang berlangsung sepanjang tahun dapat dimanfaatkan untuk menanam padi 3x setahun ---tentunya dengan menambahkan nutrisi bagi tanah secukupnya--- agar jika nantinya terjadi musim kemarau telah tersedia bahan pangan yang cukup (ESR).

CITA-CITA DAN KEHIDUPAN PENGAMEN CILIK (CATATAN ATAS DIALOG DI BIS ANTAR KOTA)

Sepulang kerja, di bis Jurusan Banyuwangi - Malang ---pada hari itu, Rabu tanggal 15 Desember 2010 sekitar jam 15.30--- aku berdialog dengan 2 anak perempuan, yang nota bene adalah pengamen cilik, Keduanya naik dari Wonorejo Pasuruan. Setelah mereka menyanyi dan mengedarkan kantongya, mereka duduk di deretanku, satu di sebelahku dan satunya di seberang kami. Anak yang duduk di sebelahku rambutnya dimasukkan ke topi, memegang gitar mini dan kelihatan lebih muda ketimbang yang di seberang. Keduanya memakai celana selutut dan asesoris gelang" ala ABG. Sepintas tidak ada yang istimewa!
Seperti biasa, aku tergoda untuk mengajak anak yang disebelahku untuk berbincang. Seperti inilah petikan dialog kami:
Aku: "Gak sekolah?"
Pengamen cilik: "Sekolah"
Aku: "Kelas berapa?"
Pengamen cilik: "Satu SMP"
Aku: "Rumahnya dimana?"
Pengamen cilik: "Pandaan"
Aku: "Uangnya buat apa?"
Pengamen cilik: "Bayar sekolah, sekalian beli LKS adik"
Aku: "Bapaknya kerja apa?"
Pengamen cilik: "Bapak menikah lagi, di rumah cuma tinggal sama ibu, kakek, nenek dan adik. Bapak pergi waktu adikku berumur 10 bulan"
Aku: "Ibumu kerja apa?"
Pengamen cilik: "Ibu jualan, kadang-kadang ngamen"
Aku: "Ngamen sampai jam berapa?"
Pengamen cilik: "jam 5"
Aku: "Sehari dapat berapa?"
Pengamen cilik: "Lima belas ribu berdua"
Aku: "Berarti kalau dapat uang dibagi dua?"
Pengamen cilik: "saudara, dia kakakku, kelas 3 SMP"
Kebetulan hari itu ada rejeki yang dititipkan padaku, inilah jawabannya (Sudah menjadi kelemahanku bahwa aku tidak memberi lebih untuk pengamen yang bertato dan kelihatan jarang mandi, karena aku pernah menyaksikan mereka mabok di Depan Pasar Warungdowo di Bulan Ramadhan).
Mendengar dirinya dibicarakan sang kakak berhenti bernyanyi (selama aku berbincang dia terus saja menghafal lagu dengan suaranya yang apa adanya).
Aku: "Kapan belajarnya?"
pengamen cilik: "Tadi les dulu"
Aku: "Gak ngaji?"
Pengamen cilik: "Nyampai rumah Maghrib, terus habis Isya' ngaji, nanti Diba'an di Rumahnya ...."
Setelah lelah berbincang, si adik sama kakaknya bergurau. Dan aku cuma bisa mengamati polah mereka yang saling "mengejek" (sebagai cara mereka bergurau).
Setelah itu si adik memetik gitarnya dengan tetap duduk di sebelahku sambil menyanyi lagu cinta.
Aku bilang, "belajaro lagu Bendera - Coklat itu loh"
Si adik menjawab: "Iya, Coklat"
Dia memetik gitar lagi, kali ini lagu spirit untuk para pengamen, entah lagu siapa, barangkali hasil kolaborasi para pengamen. Aku tidak hafal lagunya, tapi sepotong-sepotong sempat kudengar syairnya:
"Kami anak jalanan, tapi kami punya cita-cita
.... kena kotoran jalanan
Kami memang anak jalanan, tapi jangan hina harga diri kami..."
Sang kakak pun ikutan bernyanyi sampai tiba di pertigaan Purwosari, tempat mereka harus turun"
Aku berharap kepada para pengambil kebijakan di negeri ini, alokasikanlah dana pendidikan yang cukup untuk mereka sehingga masa depan negeri ini akan jauh lebih baik.
Ya Allah, lindungilah mereka, dari kejahatan di jalanan, Jauhkan mereka dari perbuatan-perbuatan yang dapat menghambat pencapaian cita-citanya. Amiin (ESR).

Selasa, 19 Oktober 2010

Masih Banyak Orang Baik Di Negeri Ini - Berharap Menjadi Bangsa Yang Lebih Baik

Di bis jurusan Malang - Pasuruan, hari ini Minggu, 17 Oktober 2010, aku bertemu orang" baik. Meski hari libur aku tetap harus ke Pasuruan, karena hari ini kesempatan terakhirku untuk silaturrahim dengan pakde+bude yang mau pergi ke Tanah Suci. Setelah menunggu sekitar 30 menit di pintu keluar Terminal Arjosari, barulah ada bis jurusan Banyuwangi yang lewat. Penumpangnya hampir penuh. Satu-satunya tempat kosong yang masih tersisa adalah di sebelah seorang ibu berjilbab yang duduk di depan pintu belakang bis. Setelah permisi aku langsung duduk di sebelahnya dan kamipun mengobrol. Ternyata beliau sedang mengirim bekal untuk anaknya yang mondok di Podo Katon Pasuruan. Setelah beberapa kali berhenti untuk mengambil penumpang, bis melaju kencang, dengan penumpang sampai berdiri di lorong" dan karena gerah dan tidak ada AC, semua kaca dibuka lebar. Alhasil, aku langsung batuk". Hampir bersamaan, ibu yang duduk di sebelah kiriku ini dan kondektur yang berdiri di belakang kursiku bertanya, "tidak kuat angin, ya?" Dan ibu ini langsung memberiku minyak kayu putih & kondektur minta bapak yang duduk 2 bangku di depanku untuk menutup kaca yang anginnya langsung mengenaiku sambil bilang , "tolong ditutup jendelanya, ini ga kuat angin" sembari memberiku 2 biji permen pereda tenggorokan.

Di ujung perjalanan, ibu ini sudah dekat tempat seharusnya beliau turun, namun uang kembaliannya belum diberikan. Rupanya bapak kondektur terjebak di pintu depan, tidak leluasa bergerak ke bagian belakang karena penumpang yang berdiri berjubel di lorong. Setelah aku memberitahu kernet yang berdiri di pintu belakang, ternyata orang" yang berdiri di lorong ikut kernet memanggil kondektur di pintu depan. Beberapa orang bahkan membantu ibu ini dengan mengangkat tas-tas dan 2 kardus bawaan ibu tersebut. Ibu yang baik, menginginkan anaknya menjadi orang baik. Kondektur yang baik, menginspirasi para penumpang untuk berbuat baik. Andai saja semua orang menjadi lebih manusiawi seperti mereka, bertegur sapa dan saling membantu. Tidak seperti orang-orang di dalam lift, yang hemat kata. Alangkah baiknya, pastilah kita menjadi bangsa yang ramah dalam arti yang sesungguhnya, tidak hanya seperti gambaran dalam teks pelajaran PMP.

Alhamdulillah! Masih banyak orang baik di negeri ini...

Orang baik sebarkan virus kebaikan.

Jumat, 09 Juli 2010

SEPENGGAL KISAH-KISAH KEHIDUPAN

Perempuan Muda Peminta
Pagi ini, tanggal 9 Juli 2010, di pintu keluar bis Terminal Arjosari, ketika aku sedang menunggu teman yang mengajak barengan berangkat kerja ke Pasuruan, seperti biasa banyak orang yang lalu lalang di depanku. Tiba-tiba ada seorang perempuan seumuranku yang mendekatiku sambil bilang “minta uang buat beli beras”. Mendengar intonasi suaranya aku jadi ingat sepenggal kisah peminta-minta di Kampus UB yang dulu selalu bilang “mbak, mau beli baju, buat beli obat nenek saya yang sedang sakit”. Aku ingat betul wajah mbak tersebut, karena sejak aku Maba di S-1 sampai lulus S-2 dia sering beroperasi di sekitar Laboratorium Biologi dengan kata-kata yang sama. Seorang perempuan muda berambut seperti ombak (andan-andan = Bahasa Jawa) yang selalu membawa kresek hitam berisi ‘sesuatu’ yang aku tidak pernah tahu. Perempuan itulah yang kutemui pagi ini. Setelah memberi sekedarnya aku tergelitik untuk tanya “ga kerja ta?” Namun jawabannya tetap sama, “minta uang buat beli beras”. Pikiran nakalku sempat bilang, “waduh kok kayak komputer yang sudah diprogram bilang gitu”. Padahal aku pengin mengajaknya mengobrol, barangkali dia mau bekerja mencuci baju, setrika atau bersih-bersih rumah. Cukup lama aku menunggu temanku sehingga cukup waktu untuk melihat bahwa mbak-mbak di kampus UB yang telah menua tanpa bermetamorfosa itu terus menghampiri para calon penumpang yang sedang menunggu bis, dengan tetap mengucapkan, “minta uang buat beli beras”.

Kakek Tua Penjual Roti Bolu
Dahulu di kampus UB saya juga sering menemui kakek tua penjual roti bolu, yang selalu berteriak “roti, rotiiii”. Seorang kakek yang suka memakai baju hitam dan setiap hari jualan di kampus. Ketika aku menginjak kuliah S-2 di kampus yang sama, aku menemukan kakek tersebut duduk di antara laboratorium Kimia dan Fisika menjadi peminta-minta. Ketika aku dan mbak Aas melewatinya, mbak Aas bilang, “gimana ya, barangkali dia memang sudah tidak kuat untuk bekerja”. Namun setelah beberapa tahun aku lulus dan main-main ke eks tempat kos, sekitar pukul 19.30 WIB di Jl. Watu Gong aku dan dik Lilis menemukan kakek tua tersebut sedang berjualan roti bolu. Setelah cukup main, pada pukul 21.30 WIB kami pulang dengan melewati Jl. Kerto Raharjo. Betapa kagetnya aku karena kakek tersebut masih berjalan tertatih-tatih sambil membawa kotak rotinya di dada. Aku trenyuh, melihat perjuangan kakek tersebut dalam menafkahi dirinya. Mungkin, memang jiwanya bukan peminta-minta, makanya dia rela bekerja hingga larut malam karena untuk sekedar melangkahkan kakinya saja dia sudah kesulitan. Padahal jarak antara rumahnya yang di seputaran Mergosono ke Ketawang Gede butuh waktu sekitar 1 jam dengan naik mikrolet.

Pengamen Balita
Kamis, 8 Juli 2010 di bis Pasuruan – Malang yang kunaiki sepulang kerja, ada seorang balita mengamen menyanyikan lagu Gaby atau apa judulnya, kalau ga salah lagunya ada syair “… pernah ada, rasa cinta…”. Ketika aku mleihatnya, aku tahu bahwa balita itu dulunya adalah bayi yang digendong seorang pengamen perempuan yang selalu mendangkan lagu dangdut “… sungguh terpaksa, aku menyanyi….” Aku hhafal mereka, kerena hamper tiap hari ketemu di bis. Ketika aku melirik ke belakang, ternyata ibunya ikut naik ke bis, namun dia tidak menyanyi karena telah menurunkan profesinya kepada anaknya, semacam regenerasi. Balita itu adalah balita yang sama, yang dulu pernah duduk di kursi di sebelahku sementara ibunya mengamen. Balita yang dulu hanya mengenal kata “nyuwun” setelah bertanya barang apa yang kubawa. Sekarang balita itu telah bermetamorfosa menjadi pengamen cilik.
Menyimak penggalan kisah-kisah tersebut di atas, aku tidak tahu apa yang mesti kulakukan, apakah aku hanya akan menjadi pengamat atau melakukan sesuatu yang lebih bermakna untuk orang-orang yang kutemui setiap harinya. Tidakkah sebenarnya setiap pribadi berhak atas penghidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Jujur aku tidak tahu persis apa kendala mereka, apakah karena tidak adanya kemauan untuk berubah atau tiadanya akses untuk memperbaiki penghidupan mereka. Yang dapat kulakukan saat ini hanyalah berinteraksi dengan mereka, mengajaknya bicara dan hal-hal kecil sekedarnya.

Sabtu, 29 Mei 2010

MIKROBIOLOGI DAN KERUSAKAN MAKANAN

Buah, sayur, daging, unggas, makanan laut, susu dan produk turunan susu serta jenis makanan lain berbeda komposisi biokimianya, oleh karena itu kerusakannya juga dipicu oleh populasi mikrobial yang berbeda.
Beberapa perubahan tergantung kepada mikrobia yang secara alami terlibat dalam kerusakan. Dengan demikian degradasi jus apel oleh yeast (kapang) memberikan aroma alcohol terhadap jus. Kapang merubah karbohidrat menjadi alkohol.
Bakteria yang menyerang protein makanan akan mengubahnya menjadi asam amino yang akan diubah lebih lanjut menjadi produk-produk akhir yang berbau. Kerusakan sistein, sebagai contoh, menghasilkan hidrogen sulfida, membuat telur busuk sangat berbau. Kerusakan tryptophan menghasilkan indole dan skatole yang menyebabkan makanan berbau kotoran.
Dua produk lain dari metabolisme mikrobial karbohidrat adalah: (1) asam yang menyebabkan makanan menjadi kecut; (2) gas yang menyebabkan kaleng makanan tertutup menjadi kembung (mengembang). Kerusakan lemak, seperti butter yang rusak, akan menghasilkan asam-asam lemak yang berbau tengik. Makanan mungkin seperti berlumpur karena pembentukan capsule bakteri. Ada pembentukan pigmen yang memberikan beberapa warna terhadap makanan.

Daging dan Ikan
Mikroorganisme, yang menyebabkan kerusakan daging dan ikan kemungkinan terkena pada saat penanganan, pengolahan, pengemasan dan penyimpanan. Sebagai contoh, jika sepotong daging diletakkan di lantai, organisme-organisme yang terdapat di permukaan dan bercampur debu akan menempel. Bakteri dari tangan pekerja atau dari bersin mereka akan menambah jumlah mikroba. Daging yang sudah diolah kemungkinan terkontaminasi selama penanganan.
Beberapa sosis dan lain lain utamanya yang berasal dari saluran pencernaan hewan ternak mungkin mengandung sisa bakteri, khususnya spora-spora botulisme. Daging-daging organ seperti hati, jantung, dan lain-lain rusak dengan cepat, dan mungkin mengandung bakteri-bakteri yang terjebak di dalam jaringan filter mereka. Warna kehijauan pada permukaan daging selalu disebabkan oleh batang gram-positive, Lactobacillus, atau atau gram-positive, coccus, Leuconostoc.

Unggas dan Telur
Species dari Salmonella menyebabkan penyakit pada ayam dan kalkun, menular ke manusia melalui daging unggas dan telur. Telur mungkin terkontaminasi Proteus menyebabkan batang hitam (di sini H2S terakumulasi akibat pencernaan dari sistein telur), oleh Pseudomonas menyebabkan batang hijau, dan oleh Serratia marcescens, menyebabkan batang merah. Bagian utama yang terkontaminasi adalah kuning telur (putih telur menghambat pertumuhan gram-positive, karena keberadaan enzyme inhibitor, lysozyme).

Roti dan Produk-produk Roti
Kandungan roti adalah tepung, telur, gula dan telur yang selalu merupakan sumber dari kerusakan mikroorganisme. Beberapa bakteri dan jamur dapat bertahan dari temperature pembuatan roti. Beberapa species Bacillus memberikan tekstur yang lunak dan kurang baik, dengan benang-benang berserabut. Beberapa jenis roti berikut disebut ropy. Creams rools, custards dari telur keseluruhan dan whipped cream merupakan media yang baik untuk pertumbuhan species Salmonella, Lactobacillus and Streptococcus yang menghasilkan asam-asam.

Makanan-makanan Lain
Beberapa serealia, buah-buahan dan sayur-sayuran dirusak oleh mikroorganisme. Jamur dan bakteri perusak menyebabkan bau yang tidak enak. Biji-bijian dirusak oleh Jamur Aspergilius flavus. Jamur tersebut juga terdapat pada produk-produk kacang dan makanan lain. Jamur tersebut menghasilkan racun aflatoksin. Biji-bijian lain kerusakannya disebabkan oleh Claviceps purpurea, dalam biji gandum, sorgum dan barley menyebabkan ergot disease. Racun jamur menyebabkan kejang-kejang dan halusinasi (ESR). (Ditrejemahkan dari www.microbiologyprocedure.com)

Jumat, 28 Mei 2010

MIKROBIOLOGI MAKANAN

Kebanyakan makanan merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, terutama yang mengandung banyak bahan organik, kadar airnya cukup dengan PH netral atau kadar asamnya rendah. Makanan yang dikonsumsi oleh manusia dan hewan merupakan ekosistem dimana mikroorganisme bakteri dan jamur yang ada di makanan dalam jumlah kecil, meski tidak berbahaya, tidak dapat dicegah untuk tumbuh, membuat makanan tidak baik untuk dikonsumsi dan menyebabkan kerusakan.
Beberapa organisme tumbuh dan menghasilkan metabolit yang mempengaruhi kualitas makanan yang diperhitungkan dan tidak diperhitungkan. Sebagai contoh, fermentasi laktat susu merupakan sebuah perubahan kerusakan yang diperhitungkan, sementara pengasaman wine merupakan kerusakan mikrobiologi yang tidak diperhitungkan. Beberapa kerusakan mikrobiologi juga menghasilkan metabolit yang sangat beracun bagi manusia dan hewan. Misalnya racun yang dihasilkan oleh clostridia dalam makanan yang berprotein serta aflatoksin yang dihasilkan oleh aspergilli dalam beberapa jenis makanan.
Secara umum, makanan membawa mikroorganisme yang umumnya bersifat saprofit. Keberadaan mikroorganisme di dalam makanan tidak dapat dihindari, mereka ada sejak terkontaminasi oleh lingkungan dimana makanan dipersiapkan dan diproses. Penghilangan secara total juga sangat sulit dilakukan. Bagaimanapun pengurangan jumlah dan penurunan aktivitas mikroorganism dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi lingkungan. Pengetahuan mengenai faktor-faktor yang sesuai dan yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme penting untuk mengerti prinsip-prinsip kerusakan dan pengawetan makanan.

Kontaminasi Awal Bahan Makanan Segar
Makanan yang dikonsumsi oleh manusia dan hewan dapat diklasifikasikan menjadi 8 (delapan) kelompok diantaranya serealia dan produk-produk serealia, sayuran, buah, susu dan produk susu, daging dan unggas, telur, makanan laut, gula dan produk-produk gula. Kadang hanya dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu produk tanaman dan hewan.
Makanan juga dapat dikelompokkan berdasarkan stabilitas dasarnya, menjadi:
1. Makanan yang mudah rusak (perishable) seperti daging dan ikan.
2. Makanan yang agak mudah rusak (semiperishable) seperti kentang.
3. Makanan yang stabil seperti serealia, tepung dan gula.
Beberapa makanan yang stabil dan semi stabil menjadi makanan yang mudah rusak dibawah kondisi lembab.

Produk-produk Tanaman
Jaringan dalam keseluruhan, tanaman-tanaman yang sehat serta buah-buahan selalu bebas oleh mikroorganisme. Bagaimanapun, permukaan luar dari produk-produk tanaman dikontaminasi oleh mikroorganisme yang berasal dari tanah, udara, serangga, manusia yang menangani produk serta kemasan-kemasan. Serealia, sepanjang dalam kondisi kering, dapat disimpan untuk waktu yang cukup lama, asalkan tidak ada serangga.
Produk-produk gula mengandung kadar air rendah umumnya cukup menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sirup, madu, dan sebagainya relatif stabil, namun jika dilarutkan dalam air dalam volume yang sama akan dengan mudah menjadi rusak.
Tanaman-tanaman akar seperti kentang, beet dan wortel ditempeli mikroorganisme dari tanah, namun selama kulitnya tidak terkelupas dan mengalami kerusakan sel akan relatif stabil. Sayuran daun seperti selada, bayam dan kobis juga sangat terkontaminasi. Sayuran jenis ini memiliki daun yang lebih lembut dan sangat mudah dirusak oleh mikroorganisme.
Buah-buahan yang tumbuh jauh dari tanah terkontaminasi oleh serangga dan mikroorganisme dari udara dan yang terakhir adalah mikroorganisme dari tanah. Secara umum buah-buahan kadar gulanya tinggi dan mengandung asam. Dengan demikian, dekomposisi umumnya oleh yeast (kapang), seperti pada anggur dan oleh jamur, seperti pada jeruk.

Produk-produk Hewan
Produk-produk hewan terkontaminasi oleh lingkungan dan manusia. Bagian dalam daging bebas dari mikroorganisme, selama ternak yang disembelih sehat, namun akan segera terkontaminasi oleh mikroorganisme yang berasal dari udara, bulu, maupun saluran pencernakannya. Begitu pula pada unggas, sejak masih hidup telah mengandung microbial flora. Sedangkan pada ikan, kontaminasi dapat berasal dari air darimana ikan tersebut ditangkap. Makanan laut tertentu sangat potensial dalam menyebarkan beberapa jenis mikroorganisme pathogen. Ketika ikan dibersihkan dan dipotong dalam kondisi yang buruk maka akan mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme, contohnya filet ikan. Sedangkan telur yang tidak pecah akan terlindungi dari kontaminasi mikroorganisme oleh cangkangnya. Bagian dalam telur akan terkontaminasi mikroorganisme dibawah penyimpanan yang buruk. Bagian cangkang yang bersentuhan dengan darah, bulu, telur yang pecah dan bahan sarang sangat rawan kontaminasi mikroorganisme yang kemudian masuk ke dalam telur melalui pori-pori (ESR). (Sumber: www.microbiologyprocedure.com)

PENGKAYAAN NUTRISI (FORTIFIKASI) MAKANAN

Sabtu, 1 Mei 2010 dan 4 (empat) Sabtu berikutnya yang diadakan dengan selang 2 minggu sekali adalah waktu yang kami nikmati bersama penduduk Desa Tempursari Kecamatan Donomulyo yang merupakan wilayah yang relatif miskin di daerah Malang Selatan. Pertemuan di Masjid Mujahidin dan mushola di sekitarnya yang dimulai pada jam 13.00 WIB dihadiri oleh pengurus Muslimat NU Ranting Tempursari dan penduduk sekitar diisi dengan transfer pengetahuan pangan mengenai pengayaan nutrisi (fortifikasi) pada produk Olahan Berbahan Dasar Singkong disertai praktek.
Singkong merupakan tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, seperti kawasan Donomulyo. Mayoritas penduduk Donomulyo pedesaan mengkonsumsi singkong dan jagung sebagai makanan pokok mereka. Singkong dikeringkan menjadi gaplek untuk selanjutnya diolah menjadi nasi thiwul. Sejak pertama penulis mengenal masyarakat Donomulyo pada tahun 1995 masyarakat Donomulyo pedesaan mengkonsumsi nasi tiwul dengan lauk sayur cabe, sayur buah pepaya muda, kulit belinjo dan daun singkong. Rata-rata pola makan masyarakat Donomulyo pedesaan kekurangan protein. Hal ini disebabkan karena rata-rata penduduk memiliki daya beli yang rendah, selain itu lokasi tempat tinggal mereka jauh dari pasar. Untuk memenuhi kebutuhan protein, mereka sering mengolah kepompong ulat pohon alpukat dan laron. Namun kepompong dan laron hanya ada dalam waktu tertentu saja. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya pengkayaan nutrisi protein pada singkong.
Komponen utama singkong adalah karbohidrat, oleh karena itu diperlukan pengkayaan nutrisi dengan protein, lemak, vitamin (A, B, C, D, E, K) dan mineral (yodium, calcium dan magnesium) agar makanan olahan singkong mengandung nutrisi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Protein dan lemak diperlukan sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral meskipun termasuk unsur mikro namun keberadaannya sangat penting bagi kesehatan. Sebagai contoh, kekurangan yodium dapat menyebabkan penyakit gondok, kretin (kerdil) dan tidak cerdas, sedangkan kekurangan calcium dan magnesium menyebabkan tulang keropos (osteophorosis). Pengkayaan nutrisi dapat dilakukan dengan menambahkan bahan makanan yang tersedia di sekitar lokasi tempat tinggal seperti kacang hijau, kacang kedelai, ikan, teri, udang, telur, ayam, daging, belalang, laron, kepompong dan lain-lain.
Singkong dapat dimanfaatkan sebagai makanan pokok maupun jajanan. Begitupun pengkayaan nutrisi dapat dilakukan terhadap olahan singkong sebagai makanan pokok maupun jajanan. Sebagai contoh, pengkayaan nutrisi gethuk singkong dengan kacang hijau, wijen, margarine, susu, coklat bubuk dan sebagainya. Pengkayaan nutrisi juga dapat dilakukan bersamaan dengan membuat inovasi produk olahan singkong seperti brownies singkong keju dan sebagainya. Sedangkan sebagai makanan pokok, misalnya nasi thiwul (berasal dari singkong kering yang ditepungkan kemudian dikukus) atau nasi sawut (berasal dari singkong yang dipasrah kemudian dikukus) dapat diperkaya dengan ikan, telur, daging,
Untuk mempermudah proses penambahan nutrisi serta mempercepat waktu pengolahan singkong perlu dilakukan beberapa trik, yaitu dengan memperkecil ukuran singkong (misalnya dengan disawut) sehingga luas permukaan singkong semakin besar, luas sentuh uap panas dengan singkong semakin banyak dan singkong cepat masak. Selain itu, semakin kecil ukuran singkong akan semakin mudah menghaluskannya, sehingga mempercepat proses pengolahan lanjutan.
Pengkayaan nutrisi juga dapat dilakukan terhadap bahan pangan lainnya, dengan memperhatikan kandungan unsur nutrisi bahan tersebut dan menambahkan unsur lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Misalnya, karena tubuh kita membutuhkan yodium, maka kita perlu menambahkan yodium dari luar. Hal ini perlu dilakukan karena yodium yang terkandung di dalam bahan pangan secara alami tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Penambahan yodium sebenarnya dapat dilakukan terhadap bahan pangan apapun, namun karena pertimbangan akan terjadinya perubahan rasa makanan tersebut maka penambahan yodium dilakukan terhadap garam. Hampir setiap makanan selalu ditambah garam yang dikombinasikan dengan gula untuk memperkuat rasa makanan tersebut.
Kita perlu melakukan inovasi terhadap makanan kita sehari-hari agar asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh lengkap sesuai kebutuhan tubuh dan menimbulkan kebosanan terhadap makanan tertentu. Misalnya dengan menambakan biji kapri dan sosis pada dadar jagung dan menyajikan jus buah-buahan dalam menu sehari-hari. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah meneliti apakah makanan yang kita konsumsi telah mengandung serat yang berfungsi untuk membantu pencernaan. Untuk itu ada baiknya kita menambahkan agar-agar ketika memasak nasi sehingga nasi yang kita konsumsi telah mengandung karbohidrat dan serat. Hal ini untuk menjaga agar asupan nutrisi yang kita konsumsi lengkap mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat (ESR).

Senin, 15 Februari 2010

CATATAN DARI PENJARA WANITA - MALANG

Hari Sabtu, 13 Pebruari 2010 merupakan hari yang telah kami tetapkan untuk berkunjung ke penjara wanita dengan maksud untuk melakukan pertemuan pendahuluan dengan para pengelola guna meminta ijin untuk melakukan pengabdian di sana. Dengan optimis kami janjian berangkat jam 8 pagi, kami akan berangkat dari rumah masing-masing dan bertemu langsung di lokasi. Pagi itu, ketika aku belum keluar rumah, tiba-tiba hp-ku berbunyi, ternyata temanku yang sedang naik mikrolet menelepon karena dia telah sampai di Kacuk, kebalasan karena tidak tahu dimana lokasi penjara wanita yang sebenarnya. Ketika aku balik bertanya, apakah bukan yang di dekat RS. Lavalette, dia bilang itu penjara laki-laki. Lalu dia bilang akan naik becak untuk menemukan lokasi penjara wanita.
Untuk menyusul temanku, aku memutuskan untuk naik ojek. Ketika aku bilang ke penjara wanita, tukang ojeknya kelihatan ragu-ragu, kemudian dia bertanya, apakah aku sudah pernah ke sana, ketika kujawab belum, tapi saya tahu kalau lokasinya di daerah Kacuk. Lalu tukang ojek tersebut bertanya kepada teman-temanya, dimana lokasi penjara wanita, segerombolan tukang ojek pun memandang aneh padaku, kemuadian salah seorang memberitahu bahwa itu lokasinya di Kacuk, kalau tidak tahu tempatnya, dia bersedia mengangkutku. Namun tukang ojek pertama memutuskan menstarter motornya dan kami pun berangkat. Setelah kami sampai di daerah Kacuk, barulah kami bertanya-tanya. Di depan sebuah rumah kami berhenti. Di depan rumah ada seorang bapak yang sedang memperbaiki pintu depan. Setelah aku permisi dan bertanya dimanakah lokasi penjara wanita, orang tersebut memandang aneh kepada kami, setelah dia menunjukkan arah penjara, dia pun bertanya kepada kami. Dari mana? Ketika kami jawab “Arjosari” dia pun diam, dengan ekspresi yang tak dapat kuterjemahkan.
Setelah sempat kebablasan, kami pun memutar dan aku melihat temanku berdiri di pinggir jalan, depan penjara wanita. Setelah ojek yang kutumpangi berhenti di halaman depan penjara wanita, aku mendatangi temanku untuk kuajak masuk. Sesaat kami saling berpandangan, karena kami sama-sama tidak tahu bagaimana prosedur berkunjung ke penjara dan tidak dapat menduga bakal seperti apa penerimanaan mereka, mengingat kami tidak membawa surat pengantar dari manapun.

Kami pun memutuskan untuk bertanya pada petugas loket, tentang bagaimana caranya kalau kami ingin bertemu dengan humas. Setelah ditanya kami dari mana dan temanku menyebutkan nama kampus yang mempekerjakannya dan menjelaskan tujuan kami datang, petugas tersebut lantas menelepon, rupanya orang yang di ujung telepon mempersilahkan kami masuk. Pintu gerbangpun dibuka oleh petugas, dan kami dipersilahkan menyimpan tas dan hp di loker. Petugas tersebut juga menyuruh kami memakai identitas tamu dan berkata “supaya tidak sama dengan yang di belang sana”. Dia pun mempersilahkan kami menemui ibu Martiningsih, pegawai yang menangani Bimkemaswat. Selagi temanku menjelaskan maksud kedatangan kami, mataku jelalatan membaca papan-papan yang tertempel di dinding ruangan tersebut. Di sana tertulis jumlah tahanan kemarin 259, hari ini keluar 2 dan tersisa 257 orang. Sekitar 5 menit berbincang, kamipun diajak menghadap kepala penjara. Ternyata disana juga sedang ada tamu, dari segaramnya aku mengira dia pegawai kejaksaan. Penerimaan yang sangat baik. Ibu kepala penjara menjelaskan bahwa penjara wanita ini telah memperoleh ISO pada tahun 2008 dan beliau memberi tanggapan baik tentang maksud kami untuk mengadakan pengabdian kepada warga binaannya. Beliau berjanji akan meminta ibu Martiningsih untuk mengajak kami keliling untuk mengetahui keadaan penjara yang sebenarnya. Beliau bilang “Ibu-ibu akan lihat bahwa suasananya tidak akan seseram yang dibayangkan orang, seperti tidak sedang berada di penjara”, katanya. Dan beliau pun meminta kami untuk menunggu di lobi, sementara beliau berdialog dengan tamu lain dan ibu Martiningsih.
Selama menunggu di lobi, mataku sibuk merekam suasana di sekitarku, beberapa orang perempuan lalu lalang dengan seragam kaos merah muda, beberapa petugas laki-laki dan perempuan keliling membawa radio panggil. Sementara di sana-sini kulihat tanaman hias yang terawat baik yang di pot maupun yang di tanam di tanah, ada melati air, gelombang cinta, anggrek, adenium dan lain sebagainya. Taman-taman sangat terawat dan bersih, mulai selokan air, rumput penutup sampai bunganya.
Setelah menunggu dalam waktu sekitar 15 menit, kamipun diajak ibu Martiningsih masuki pintu yang menghubungkan ruang kantor dan area lain. Di balik pintu itu ternyata terbentang pemandangan yang luas, ada lapangan voli, salon untuk praktek, perpustakaan, ruang kerja, bengkel, ruang musik, dapur, ruang makan dan kamar-kamar warga binaan. Di setiap lorong ada petugas penjaga yang memeriksa bawaan yang dibawa oleh warga binaan yang keluar masuk.
Di dalam sedang ada kegiatan pengajian, sementara di ruang kerja beberapa warga binaan sedang berkarya, ada yang merajut syal, ada yang meraut sapu lidi, ada yang membordir dan di luar ruang kerja ada 2 orang yang sedang membatik. Cukup lama kami berdiskusi di ruang kerja, dari ibu pembina di sana aku bisa tahu bahwa para pengelola penjara wanita ini adalah orang-orang yang sabar, disiplin, optimis dan melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati. Mereka begitu mengenal karakter binaan orang per orang dan tahu bagaimana mengajarkan tanggung jawab dan memperlakukan mereka seperti anak sendiri. Petugas tahu benar bagaimana memperlakukan warga binaan yang ceria ataupun pendiam dan melakukan pendekatan sesuai karakter mereka. Perhatian petugas pembina sampai ke hal yang detil seperti rambut yang merah ataupun bedak yang tidak rata dari para penghuni.
Dari ruang kerja, melewati ruangan yang difungsikan sebagai gereja, kami menuju dapur. Di sana aku terheran-heran melihat pisang-pisang yang ditulisi dengan spidol dengan angka 1, 2, sampai 5. Ketika kutanyakan ke seorang ibu yang sedang menata makanan di sana, katanya pisang tersebut ditulisi sesuai nama blok, dimasukkan ke dalam wadah sesuai jumlah penghuni supaya tidak tertukar. Di dapur ada beberapa orang yang sedang memasukkan makanan ke dalam rantang-rantang yang telah ditulisi nama dan blok masing-masing. Tujuan pemberian nama di rantang menurut ibu Martiningsih, agar tidak hilang, karena meski mereka sudah dewasa kadang suka seperti anak kecil. Sungguh, layaknya layanan katering untuk anak kos, sangat jauh dari bayanganku seperti yang kulihat di film-film, dimana tahanan berebut makanan mungkin tidak akan terjadi di sini.
Di utara dapur, aku melihat tempat tidur besi yang ditumpuk di luar, ternyata tempat tidur tersebut tidak dapat dimanfaatkan lagi karena warga binaan melebihi kapasitas penjara. Sehingga warga binaan yang tadinya tidur di tempat tidur seperti pasien di rumah sakit sekarang langsung tidur di kasur karena kapasitas penjara yang hanya 150 orang sekarang harus di huni 259 orang. Dari yang tadinya 9 orang per kamar sekarang harus dihuni 12 orang per kamar. Pemanfaatan ruang makan juga harus digilir, kapasitasnya tidak mencukupi kalau harus makan bersama. Blok yang sedang tidak mendapat giliran makan di ruang makan, akan makan di blok-nya masing-masing.
Dari dialog-dialog kami mendapat informasi bahwa kebanyakan yang masuk adalah orang baru, dan hanya beberapa saja yang berstatus ex penghuni. Kalau melihat expresi para warga binaan, kelihatannya mereka baik-baik, tulus dan apa adanya. Kata ibu Martiningsih, mungkin keterpaksaan akibat himpitan hidup yang membuat mereka harus mondok di tempat itu.
Di perpustakaan, kami mendapati 2 orang berseragam merah muda ---seorang berjilbab dan seorang lagi tidak berjilbab--- yang sedang berbenah, menata koleksi buku, novel dan majalah. Di tembok-tembok perpustakaan penuh dengan tempelan puisi karya para warga binaan, ada banyak kata-kata bijak yang tertuang di dinding tersebut. Dari jendela belanag perpustakaan terlohat kebun adenium berbagai warna dan di lorong depan banyak terdapat anggrek. Ternyata bunga-bunga tersebut hasil budidaya yang dilakukan warga binaan. Masih banyak lagi produk yang dihasilkan oleh warga binaan, mulai kecap sampai kerajinan. Keterempilan tersebut mereka dapatkan dari pelatihan-pelatihan oleh lembaga yang bekerja sama dengan LP maupun yang diajarkan sesama penghuni. Keterampilan warga binaan sangat beragam karena keberagaman latar belakang pendidikan formal dan pengalaman mereka, bahkan ada yang lulusan S2 dan pandai berbahasa Inggris.
Ketika temanku bertanya kepadaku, “Ngapain ya mbak S2 di sini, apa karena korupsi?” Aku hanya bisa tersenyum kecut. Aku sadar bahwa keadilan di negeri ini memang belum sepenuhnya ditegakkan. Ada yang jelas-jelas seseorang tidak melakukan tindakan korupsi masuk penjara karena dianggap salah admninistrasi. Ada yang karena haus setelah berjalan kaki mencuri semangka di kebun, belum sampai dimakan telah dianiaya dan dimasukkan tahanan. Sementara di luar sana para pembunuh dan koruptor berdasi tidak terusik oleh hukum dan keadilan.
Kami mendapat informasi bahwa para pekerja di perpustakaan, di dapur, di koperasi dan tempat lain yang memakai baju merah muda adalah warga binaan yang telah lolos evaluasi, sehingga mereka dikaryakan. Evaluasi terhadap tingkah laku dilakukan setiap minggu dan setiap warga binaan dibina oleh seorang wali. Di tiap dekat blok di tempeli foto, nama, register, hukuman dan denda serta nama wali setiap penghuni yang ditempelkan berdasarkan kriteria hasil evaluasi, mulai maximum security sampai minimum security.
Setelah membicarakan materi yang akan kami latihkan dan jadual yang mungkin dipadukan dengan kegiatan yang telah ada, kami pun berpamitan. Di lorong menuju pintu keluar, aku sempatkan berdoa, “Ya Allah, betapa pun tempat ini bagus, aku tidak ingin menjadi penghuninya, aku hanya akan datang sebagai orang yang memberi. Amiin”.
Yang ingin kami bagi dari pengalaman kami mengunjungi penjara wanita adalah bahwa warga binaan LP adalah manusia, yang mungkin karena kesalahan ataupun keterpaksaan, mereka harus tinggal di sana. Janganlah karena itu kita menghakimi mereka, bukan tidak mungkin mereka lebih mulia dari kita yang merasa dirinya terhormat dan suci. Anggap saja mereka adalah orang-orang yang diberi kesempatan untuk menebus kesalahannya di dunia, sehingga kelak akan menghadap penciptanya dalam keadaan telah bertobat (ESR).

To: Mbak Aas
Terima kasih karena mengajakku dalam pembelajaran tentang sisi lain kehidupan ini.

Kamis, 07 Januari 2010

BERSYUKUR ALA SEMUT

Assalamualaikum Pembaca,
Sering kita lupa bahwa ada banyak hal yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita dengan gratis. Misalnya udara yang kita hirup, mata yang dapat melihat warna-warni dedaunan dan gemerlap lampu kota, kaki yang sanggup mengantar kita menempuh jarak ribuan kilometer sejak dipinjamkan kepada kita, dan masih banyak lagi. Dan setiap saat kita menengadahkan tangan mengajukan permohonan ini dan itu, namun kita sering lupa untuk duduk bersimpuh mengagungkan nama-NYA dan bersujud untuk meninggikan kesucian-NYA. Maka dari itu marilah kita saling mengingatkan satu dengan yang lain untuk senantiasa bersyukur atas apa yang Allah anugerahkan kepada kita. Dalam Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, Volume 10, Cetakan IX, Mei 2008 QS. An-Naml (27) : 19 dicontohkan do’a Nabi Sulaiman sebagai berikut:
“Tuhanku, anugerahilah aku kemampuan untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.
Doa tersebut dipanjatkan oleh Nabi Sulaiman agar kiranya Allah SWT menganugerahkan dorongan kepada beliau kebutuhan, kesenangan dan ketertarikan untuk bersyukur. Marilah kita menghimpun seluruh kemampuan, anggota badan, perasaan, lidah, hati, pikiran, kalimat serta redaksi yang terungkap, amalan dan arah yang kita tuju semuanya untuk mensyukuri nikmat yang Allah limpahkan kepada kita dan orang tua kita. Allah SWT berjanji dalam QS. Ibrahim (14) : 7 sebagai berikut:
“Kalau kamu bersyukur pastilah Kutambah untuk kamu (nikmat-Ku) dan bila kamu kafir, maka sesungguhnya siksa-Ku pastilah sangat pedih”.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengajak mensyukuri apa yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita. Lalu bagaimanakah cara bersyukur yang benar? Marilah kita belajar kepada semut untuk mengetahui cara bersyukur ala mereka. Semoga apa yang kita pelajari membawa pencerahan kepada pemahaman kita tentang bersyukur dalam arti yang sesungguhnya. Wassalam,
Redaksi

Pendahuluan
Semut merupakan jenis hewan yang hidup bermasyarakat (berkelompok). Hewan ini memiliki ketajaman indera dan sikapnya sangat berhati-hati, serta memiliki etos kerja yang tinggi. Dengan bekerja dalam tim, mereka mampu bertanam jamur dan membangun jalan-jalan panjang yang dibutuhkan oleh kelompoknya. Mereka bekerja sama dengan penuh kesabaran dan ketabahan, setahap demi setahap sepanjang hari sampai mereka mampu mewujudkan apa yang mereka putuskan bersama. Semut mampu mengangkat beban yang jauh melebihi berat tubuhnya. Jika ia merasa berat membawa dengan mulutnya, maka ia akan menggerakkan barang itu dengan dorongan kaki belakang dan mengangkatnya dengan lengannya. Biji-bijian yang mereka akan simpan dilubanginya terlebih dahulu, serta dipecahkannya bila terlalu besar. Makanan yang yang basah mereka keluarkan agar dapat diterpa sinar matahari sehingga kering kembali. Kelompok-kelompok semut menentukan waktu-waktu tertentu untuk bertemu dan saling menukar makanan. Keunikan semut lainnya adalah menguburkan anggotanya yang mati. Yang tidak kalah pentingnya semut adalah binatang yang berpengetahuan dan selalu berprasangka baik terhadap apa yang terjadi, sebagaimana tersebut dalam QS. An-Naml (27): 18 sebagai berikut:
“… berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarang kamu, agar kamu tidak dibinasakan oleh Sulaiman dan tentara-tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”

Nilai-nilai Hidup ala Semut
1. Bersyukur dengan penciptaannya. Sampai dengan saat ini penulis belum menemukan kisah yang menyebutkan bahwa semut protes karena diciptakan dengan tubuh yang jauh lebih kecil dibandingkan gajah ataupun manusia. Apabila kita menyadari bahwa semua yang telah dianugerahkan kepada kita adalah untuk memuliakan derajat kita sebagai manusia, maka tidak usah berpanjang waktu dalam mengeluh. Bahkan jika kita menyadari bahwa penyakit yang diderita manusia dapat menghapuskan dosa-dosa apabila kita ikhlas menerimanya. Yang paling penting dalam hal ini adalah manajemen hati.

2. Memaksimalkan potensi yang dimiliki. Kita harus dapat menggali potensi diri, apa hal-hal positif yang kita miliki dan hal-hal negatif yang biasa kita lakukan. Memaksimalkan kelebihan yang dianugerahkan kepada kita dengan senantiasa berupaya membuang pikiran dan kebiasaan buruk kita akan menghasilkan sesuatu yang bermakna. Dengan percaya bahwa tidak ada hal yang tidak mampu dilakukan oleh Allah SWT, maka tugas kita adalah berupaya semampu yang kita bisa, dan selebihnya biarkan kuasa Allah SWT yang bekerja. Tugas kita saat ini adalah melakukan kerja keras, kerja cerdas dan kerja hati, maka urusan sukses atau tidaknya pasrahkanlah pada-NYA. Ada banyak kisah sukses yang dapat dipetik dari sekitar kita diantaranya Ucok Baba yang bertubuh kecil namun dapat menjadi host di beberapa acara dan hidupnya lebih baik dari kebanyakan orang bertubuh normal lain.

3. Etos Kerja Tinggi. Hanya orang-orang yang memiliki etos kerja yang tinggilah yang akan meraih sukses, apapun karya yang sedang mereka garap. Maka setelah kita menetapkan visi dan misi hidup maka kita harus mengupayakan secara konsisten dan dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Tentu saja hal ini tidak akan mudah, karena kita akan mengalami hambatan yang datangnya dari dalam diri pribadi maupun dari sekitar kita. Yang terpenting adalah ketika kita jatuh 7 kali maka kita harus bangun 8 kali agar kita mampu mewujudkan visi hidup kita. Selalu ingatlah bahwa tetesan air yang berulang-ulang mampu melubangi sebuah batu.

4. Menggunakan akalnya untuk menyusun strategi dalam menyiasati sesuatu yang di luar kemampuannya untuk melakukan. Pembaca, marilah kita niatkan bahwa penggunaan akal dalam menyusun strategi yang kita butuhkan untuk memudahkan kita dalam mewujudkan visi hidup tetap harus dalam koridor tidak bertentangan dengan norma agama, tidak menabrak aturan dan merugikan pihak lain. Akhir-akhir ini banyak sekali orang yang istilahnya ‘ngrumat akal’ (Bahasa Jawa: menggunakan akal) ---menyalahgunakan amanah yang dipercayakan padanya--- untuk memperkaya diri pribadi dengan mengabaikan norma yang berlaku serta mengabaikan kepentingan orang lain. Maka marilah kita mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat dalam keseharian mereka baik dalam menghadapi musuh maupun dalam menyebarkan ajaran kebaikan.

5. Silaturrahim. Menjaga silaturrahim dalam istilah sekarang dapat diartikan dengan membangun networking ---jejaring kerja---. Dengan menjaga hubungan baik dengan siapapun yang pernah kita kenal dan orang-orang di sekitar, maka kita akan dapat melihat bahwa di sana banyak sekali potensi masyarakat yang apabila kita hubungkan akan menjadi kekuatan ekonomi dan persaudaraan yang akan mampu menyaingi ekonomi liberal yang memandang tenaga kerja hanya sebagai faktor produksi saja. Misalnya, para ibu rumah tangga yang pintar memasak, maka tidak ada salahnya bekerja sama dengan pengusaha catering untuk memasok kebutuhan makan siang di sekolah-sekolah, pabrik-pabrik ataupun di kantor-kantor. Kenyataannya sekarang banyak pekerja dan anak-anak sekolah yang sering jajan fried chicken ataupun pizza merk luar negeri yang kita tidak tahu apakah ayam atau daging yang dipakai telah diproses secara benar sehingga halal untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, kita harus membangun jejaring kerja dengan semua komponen agar apa yang kita makan, sebagai sumber energi dalam berkarya adalah makanan yang halal sehingga pemikiran dan karya yang dihasilkan juga akan baik. Prinsip ini harus diupayakan untuk diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan.

6. Berpengetahuan ---tidak berhenti belajar dan saling berbagi informasi--- Dari sepenggal kisah semut di atas dapat diketahui bahwa semut termasuk makhluk yang berpengetahuan. Semut tahu bahwa yang datang adalah pasukan dibawah pimpinan seorang yang bernama Sulaiman. Mungkin semut mengamati kejadian di sekitarnya dan memperhatikan ciri-ciri setiap elemen di lingkungan tersebut. Oleh karena itu kita tidak seharusnya berhenti belajar baik secara otodidak maupun kepada yang lebih dahulu tahu agar tidak gagap teknologi dan ketinggalan informasi. Informasi merupakan hal yang paling penting di era globalisasi seperti sekarang. Siapa yang lebih dahulu menguasai informasi, dialah yang akan menguasai dunia.

7. Berbaik sangka. Alangkah indahnya dunia jika kita selalu berbaik sangka terhadap apapun yang terjadi terhadap kita. Meski sulit, namun bukan berarti hal ini tidak mungkin untuk dilakukan. Seperti dicontohkan semut dalam dialog yang tersebut pada QS. An-Naml (27): 18 yang menyebutkan bahwa Sulaiman tidak mungkin sengaja bermaksud buruk bila menggilas dan menginjak mereka. Berbaik sangka akan menjauhkan kita dari bergunjing, iri hati, dengki dan tersia-sianya anugerah waktu dan kesempatan karena melakukan hal-hal yang tidak berguna.

8. Berbagi kenikmatan dengan sesama. Islam mengajarkan kita untuk peduli dengan diri sendiri, bertanggung jawab terhadap keluarga dan peduli dengan penderitaan sesama. Pada saat ini telah berkembang gaya hidup “keren” yang identik dengan wisata kuliner ke restoran mahal, belanja barang-barang bermerk dan mahal serta hiburan yang harga tiketnya puluhan, ratusan bahkan sampai jutaan rupiah untuk sekali show. Meski tidak salah untuk menikmati hasil kerja keras, namun alangkah bijaksananya bila kita selalu ingat untuk menyisihkan zakat, infaq dan sedekah untuk mereka-mereka yang berhak menerimanya. Mari kita ingat bahwa di sekeliling kita masih banyak sekali orang yang tidak bisa makan setiap hari, bahkan ada yang sampai harus meninggalkan 4 orang anaknya karena ketakutan akibat terjerat hutang Rp. 3,5 juta.

9. Bekerja sama. Manusia memiliki kemampuan yang sangat terbatas. Sejak lahir, seorang anak manusia membutuhkan pertolongan orang lain untuk bisa bertahan hidup. Buah kerja sama orang-orang di sekitar kita sejak proses kehlahiran sampai sekarang telah menjadikan kita orang yang sehat fisik dan mental. Bahkan untuk menikmati sepiring nasi saja kita mesti membutuhkan petani, jasa penggilingan gabah, pedagang dan buruh angkut. Maka sudah selayaknya kita menjalin kerja sama dengan semua pihak, karena kita tidak mungkin menjadi siapa kita sekarang dan seperti apa yang kita cita-citakan tanpa kerja sama mereka.

10. Bermusyawarah. Dua kepala lebih baik dari pada satu kepala dalam mencari solusi atas segala permasalahan hidup. Dengan bermusyawarah kita dapat menggali peluang penyelesaian suatu masalah. Bermusyawarah akan menghasilkan sesuatu yang jauh lebih baik dari pada voting. Hal ini terbukti dengan semakin runyamnya keadaan ekonomi Indonesia tercinta sejak dipilihnya voting untuk menentukan para pemimpin negeri ini.

11. Berfikir jauh ke depan. Semut meskipun tubuhnya kecil namun memiliki pemikiran yang luas, pandangan yang jauh ke depan. Hal ini dapat dilihat dari praktek hidup mereka untuk menyimpan cadangan makanan dan bertanam jamur. Maka dapat disimpulkan bahwa semut dengan ilmunya yang didapat dari mengamati tanda-tanda alam, mereka mampu memikirkan segala sesuatu yang kemungkinan terjadi dan berdampak terhadap kehidupan mereka. Terlihat juga bahwa semut sangatlah optimis dalam memandang masa depan mereka sehingga mereka bekerja keras seakan-akan mereka akan hidup selamanya. Optimisme mereka tumbuh karena mereka telah memperhitungkan resiko yang bakal mereka hadapi di masa depan sehingga mereka telah membuat persiapan untuk menghadapinya sejak jauh-jauh hari.

Pesan Kebaikan bulan ini:
Bersyukur kepada Allah ---bersyukur sepanjang waktu dengan menjaga keikhlasannya--- mudah-mudahan menjadikan kita orang yang diberkahi Allah (meminjam syair Opick).