Kamis, 07 Januari 2010

BERSYUKUR ALA SEMUT

Assalamualaikum Pembaca,
Sering kita lupa bahwa ada banyak hal yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita dengan gratis. Misalnya udara yang kita hirup, mata yang dapat melihat warna-warni dedaunan dan gemerlap lampu kota, kaki yang sanggup mengantar kita menempuh jarak ribuan kilometer sejak dipinjamkan kepada kita, dan masih banyak lagi. Dan setiap saat kita menengadahkan tangan mengajukan permohonan ini dan itu, namun kita sering lupa untuk duduk bersimpuh mengagungkan nama-NYA dan bersujud untuk meninggikan kesucian-NYA. Maka dari itu marilah kita saling mengingatkan satu dengan yang lain untuk senantiasa bersyukur atas apa yang Allah anugerahkan kepada kita. Dalam Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, Volume 10, Cetakan IX, Mei 2008 QS. An-Naml (27) : 19 dicontohkan do’a Nabi Sulaiman sebagai berikut:
“Tuhanku, anugerahilah aku kemampuan untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.
Doa tersebut dipanjatkan oleh Nabi Sulaiman agar kiranya Allah SWT menganugerahkan dorongan kepada beliau kebutuhan, kesenangan dan ketertarikan untuk bersyukur. Marilah kita menghimpun seluruh kemampuan, anggota badan, perasaan, lidah, hati, pikiran, kalimat serta redaksi yang terungkap, amalan dan arah yang kita tuju semuanya untuk mensyukuri nikmat yang Allah limpahkan kepada kita dan orang tua kita. Allah SWT berjanji dalam QS. Ibrahim (14) : 7 sebagai berikut:
“Kalau kamu bersyukur pastilah Kutambah untuk kamu (nikmat-Ku) dan bila kamu kafir, maka sesungguhnya siksa-Ku pastilah sangat pedih”.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengajak mensyukuri apa yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita. Lalu bagaimanakah cara bersyukur yang benar? Marilah kita belajar kepada semut untuk mengetahui cara bersyukur ala mereka. Semoga apa yang kita pelajari membawa pencerahan kepada pemahaman kita tentang bersyukur dalam arti yang sesungguhnya. Wassalam,
Redaksi

Pendahuluan
Semut merupakan jenis hewan yang hidup bermasyarakat (berkelompok). Hewan ini memiliki ketajaman indera dan sikapnya sangat berhati-hati, serta memiliki etos kerja yang tinggi. Dengan bekerja dalam tim, mereka mampu bertanam jamur dan membangun jalan-jalan panjang yang dibutuhkan oleh kelompoknya. Mereka bekerja sama dengan penuh kesabaran dan ketabahan, setahap demi setahap sepanjang hari sampai mereka mampu mewujudkan apa yang mereka putuskan bersama. Semut mampu mengangkat beban yang jauh melebihi berat tubuhnya. Jika ia merasa berat membawa dengan mulutnya, maka ia akan menggerakkan barang itu dengan dorongan kaki belakang dan mengangkatnya dengan lengannya. Biji-bijian yang mereka akan simpan dilubanginya terlebih dahulu, serta dipecahkannya bila terlalu besar. Makanan yang yang basah mereka keluarkan agar dapat diterpa sinar matahari sehingga kering kembali. Kelompok-kelompok semut menentukan waktu-waktu tertentu untuk bertemu dan saling menukar makanan. Keunikan semut lainnya adalah menguburkan anggotanya yang mati. Yang tidak kalah pentingnya semut adalah binatang yang berpengetahuan dan selalu berprasangka baik terhadap apa yang terjadi, sebagaimana tersebut dalam QS. An-Naml (27): 18 sebagai berikut:
“… berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarang kamu, agar kamu tidak dibinasakan oleh Sulaiman dan tentara-tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”

Nilai-nilai Hidup ala Semut
1. Bersyukur dengan penciptaannya. Sampai dengan saat ini penulis belum menemukan kisah yang menyebutkan bahwa semut protes karena diciptakan dengan tubuh yang jauh lebih kecil dibandingkan gajah ataupun manusia. Apabila kita menyadari bahwa semua yang telah dianugerahkan kepada kita adalah untuk memuliakan derajat kita sebagai manusia, maka tidak usah berpanjang waktu dalam mengeluh. Bahkan jika kita menyadari bahwa penyakit yang diderita manusia dapat menghapuskan dosa-dosa apabila kita ikhlas menerimanya. Yang paling penting dalam hal ini adalah manajemen hati.

2. Memaksimalkan potensi yang dimiliki. Kita harus dapat menggali potensi diri, apa hal-hal positif yang kita miliki dan hal-hal negatif yang biasa kita lakukan. Memaksimalkan kelebihan yang dianugerahkan kepada kita dengan senantiasa berupaya membuang pikiran dan kebiasaan buruk kita akan menghasilkan sesuatu yang bermakna. Dengan percaya bahwa tidak ada hal yang tidak mampu dilakukan oleh Allah SWT, maka tugas kita adalah berupaya semampu yang kita bisa, dan selebihnya biarkan kuasa Allah SWT yang bekerja. Tugas kita saat ini adalah melakukan kerja keras, kerja cerdas dan kerja hati, maka urusan sukses atau tidaknya pasrahkanlah pada-NYA. Ada banyak kisah sukses yang dapat dipetik dari sekitar kita diantaranya Ucok Baba yang bertubuh kecil namun dapat menjadi host di beberapa acara dan hidupnya lebih baik dari kebanyakan orang bertubuh normal lain.

3. Etos Kerja Tinggi. Hanya orang-orang yang memiliki etos kerja yang tinggilah yang akan meraih sukses, apapun karya yang sedang mereka garap. Maka setelah kita menetapkan visi dan misi hidup maka kita harus mengupayakan secara konsisten dan dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Tentu saja hal ini tidak akan mudah, karena kita akan mengalami hambatan yang datangnya dari dalam diri pribadi maupun dari sekitar kita. Yang terpenting adalah ketika kita jatuh 7 kali maka kita harus bangun 8 kali agar kita mampu mewujudkan visi hidup kita. Selalu ingatlah bahwa tetesan air yang berulang-ulang mampu melubangi sebuah batu.

4. Menggunakan akalnya untuk menyusun strategi dalam menyiasati sesuatu yang di luar kemampuannya untuk melakukan. Pembaca, marilah kita niatkan bahwa penggunaan akal dalam menyusun strategi yang kita butuhkan untuk memudahkan kita dalam mewujudkan visi hidup tetap harus dalam koridor tidak bertentangan dengan norma agama, tidak menabrak aturan dan merugikan pihak lain. Akhir-akhir ini banyak sekali orang yang istilahnya ‘ngrumat akal’ (Bahasa Jawa: menggunakan akal) ---menyalahgunakan amanah yang dipercayakan padanya--- untuk memperkaya diri pribadi dengan mengabaikan norma yang berlaku serta mengabaikan kepentingan orang lain. Maka marilah kita mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat dalam keseharian mereka baik dalam menghadapi musuh maupun dalam menyebarkan ajaran kebaikan.

5. Silaturrahim. Menjaga silaturrahim dalam istilah sekarang dapat diartikan dengan membangun networking ---jejaring kerja---. Dengan menjaga hubungan baik dengan siapapun yang pernah kita kenal dan orang-orang di sekitar, maka kita akan dapat melihat bahwa di sana banyak sekali potensi masyarakat yang apabila kita hubungkan akan menjadi kekuatan ekonomi dan persaudaraan yang akan mampu menyaingi ekonomi liberal yang memandang tenaga kerja hanya sebagai faktor produksi saja. Misalnya, para ibu rumah tangga yang pintar memasak, maka tidak ada salahnya bekerja sama dengan pengusaha catering untuk memasok kebutuhan makan siang di sekolah-sekolah, pabrik-pabrik ataupun di kantor-kantor. Kenyataannya sekarang banyak pekerja dan anak-anak sekolah yang sering jajan fried chicken ataupun pizza merk luar negeri yang kita tidak tahu apakah ayam atau daging yang dipakai telah diproses secara benar sehingga halal untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, kita harus membangun jejaring kerja dengan semua komponen agar apa yang kita makan, sebagai sumber energi dalam berkarya adalah makanan yang halal sehingga pemikiran dan karya yang dihasilkan juga akan baik. Prinsip ini harus diupayakan untuk diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan.

6. Berpengetahuan ---tidak berhenti belajar dan saling berbagi informasi--- Dari sepenggal kisah semut di atas dapat diketahui bahwa semut termasuk makhluk yang berpengetahuan. Semut tahu bahwa yang datang adalah pasukan dibawah pimpinan seorang yang bernama Sulaiman. Mungkin semut mengamati kejadian di sekitarnya dan memperhatikan ciri-ciri setiap elemen di lingkungan tersebut. Oleh karena itu kita tidak seharusnya berhenti belajar baik secara otodidak maupun kepada yang lebih dahulu tahu agar tidak gagap teknologi dan ketinggalan informasi. Informasi merupakan hal yang paling penting di era globalisasi seperti sekarang. Siapa yang lebih dahulu menguasai informasi, dialah yang akan menguasai dunia.

7. Berbaik sangka. Alangkah indahnya dunia jika kita selalu berbaik sangka terhadap apapun yang terjadi terhadap kita. Meski sulit, namun bukan berarti hal ini tidak mungkin untuk dilakukan. Seperti dicontohkan semut dalam dialog yang tersebut pada QS. An-Naml (27): 18 yang menyebutkan bahwa Sulaiman tidak mungkin sengaja bermaksud buruk bila menggilas dan menginjak mereka. Berbaik sangka akan menjauhkan kita dari bergunjing, iri hati, dengki dan tersia-sianya anugerah waktu dan kesempatan karena melakukan hal-hal yang tidak berguna.

8. Berbagi kenikmatan dengan sesama. Islam mengajarkan kita untuk peduli dengan diri sendiri, bertanggung jawab terhadap keluarga dan peduli dengan penderitaan sesama. Pada saat ini telah berkembang gaya hidup “keren” yang identik dengan wisata kuliner ke restoran mahal, belanja barang-barang bermerk dan mahal serta hiburan yang harga tiketnya puluhan, ratusan bahkan sampai jutaan rupiah untuk sekali show. Meski tidak salah untuk menikmati hasil kerja keras, namun alangkah bijaksananya bila kita selalu ingat untuk menyisihkan zakat, infaq dan sedekah untuk mereka-mereka yang berhak menerimanya. Mari kita ingat bahwa di sekeliling kita masih banyak sekali orang yang tidak bisa makan setiap hari, bahkan ada yang sampai harus meninggalkan 4 orang anaknya karena ketakutan akibat terjerat hutang Rp. 3,5 juta.

9. Bekerja sama. Manusia memiliki kemampuan yang sangat terbatas. Sejak lahir, seorang anak manusia membutuhkan pertolongan orang lain untuk bisa bertahan hidup. Buah kerja sama orang-orang di sekitar kita sejak proses kehlahiran sampai sekarang telah menjadikan kita orang yang sehat fisik dan mental. Bahkan untuk menikmati sepiring nasi saja kita mesti membutuhkan petani, jasa penggilingan gabah, pedagang dan buruh angkut. Maka sudah selayaknya kita menjalin kerja sama dengan semua pihak, karena kita tidak mungkin menjadi siapa kita sekarang dan seperti apa yang kita cita-citakan tanpa kerja sama mereka.

10. Bermusyawarah. Dua kepala lebih baik dari pada satu kepala dalam mencari solusi atas segala permasalahan hidup. Dengan bermusyawarah kita dapat menggali peluang penyelesaian suatu masalah. Bermusyawarah akan menghasilkan sesuatu yang jauh lebih baik dari pada voting. Hal ini terbukti dengan semakin runyamnya keadaan ekonomi Indonesia tercinta sejak dipilihnya voting untuk menentukan para pemimpin negeri ini.

11. Berfikir jauh ke depan. Semut meskipun tubuhnya kecil namun memiliki pemikiran yang luas, pandangan yang jauh ke depan. Hal ini dapat dilihat dari praktek hidup mereka untuk menyimpan cadangan makanan dan bertanam jamur. Maka dapat disimpulkan bahwa semut dengan ilmunya yang didapat dari mengamati tanda-tanda alam, mereka mampu memikirkan segala sesuatu yang kemungkinan terjadi dan berdampak terhadap kehidupan mereka. Terlihat juga bahwa semut sangatlah optimis dalam memandang masa depan mereka sehingga mereka bekerja keras seakan-akan mereka akan hidup selamanya. Optimisme mereka tumbuh karena mereka telah memperhitungkan resiko yang bakal mereka hadapi di masa depan sehingga mereka telah membuat persiapan untuk menghadapinya sejak jauh-jauh hari.

Pesan Kebaikan bulan ini:
Bersyukur kepada Allah ---bersyukur sepanjang waktu dengan menjaga keikhlasannya--- mudah-mudahan menjadikan kita orang yang diberkahi Allah (meminjam syair Opick).