Sabtu, 29 Mei 2010

MIKROBIOLOGI DAN KERUSAKAN MAKANAN

Buah, sayur, daging, unggas, makanan laut, susu dan produk turunan susu serta jenis makanan lain berbeda komposisi biokimianya, oleh karena itu kerusakannya juga dipicu oleh populasi mikrobial yang berbeda.
Beberapa perubahan tergantung kepada mikrobia yang secara alami terlibat dalam kerusakan. Dengan demikian degradasi jus apel oleh yeast (kapang) memberikan aroma alcohol terhadap jus. Kapang merubah karbohidrat menjadi alkohol.
Bakteria yang menyerang protein makanan akan mengubahnya menjadi asam amino yang akan diubah lebih lanjut menjadi produk-produk akhir yang berbau. Kerusakan sistein, sebagai contoh, menghasilkan hidrogen sulfida, membuat telur busuk sangat berbau. Kerusakan tryptophan menghasilkan indole dan skatole yang menyebabkan makanan berbau kotoran.
Dua produk lain dari metabolisme mikrobial karbohidrat adalah: (1) asam yang menyebabkan makanan menjadi kecut; (2) gas yang menyebabkan kaleng makanan tertutup menjadi kembung (mengembang). Kerusakan lemak, seperti butter yang rusak, akan menghasilkan asam-asam lemak yang berbau tengik. Makanan mungkin seperti berlumpur karena pembentukan capsule bakteri. Ada pembentukan pigmen yang memberikan beberapa warna terhadap makanan.

Daging dan Ikan
Mikroorganisme, yang menyebabkan kerusakan daging dan ikan kemungkinan terkena pada saat penanganan, pengolahan, pengemasan dan penyimpanan. Sebagai contoh, jika sepotong daging diletakkan di lantai, organisme-organisme yang terdapat di permukaan dan bercampur debu akan menempel. Bakteri dari tangan pekerja atau dari bersin mereka akan menambah jumlah mikroba. Daging yang sudah diolah kemungkinan terkontaminasi selama penanganan.
Beberapa sosis dan lain lain utamanya yang berasal dari saluran pencernaan hewan ternak mungkin mengandung sisa bakteri, khususnya spora-spora botulisme. Daging-daging organ seperti hati, jantung, dan lain-lain rusak dengan cepat, dan mungkin mengandung bakteri-bakteri yang terjebak di dalam jaringan filter mereka. Warna kehijauan pada permukaan daging selalu disebabkan oleh batang gram-positive, Lactobacillus, atau atau gram-positive, coccus, Leuconostoc.

Unggas dan Telur
Species dari Salmonella menyebabkan penyakit pada ayam dan kalkun, menular ke manusia melalui daging unggas dan telur. Telur mungkin terkontaminasi Proteus menyebabkan batang hitam (di sini H2S terakumulasi akibat pencernaan dari sistein telur), oleh Pseudomonas menyebabkan batang hijau, dan oleh Serratia marcescens, menyebabkan batang merah. Bagian utama yang terkontaminasi adalah kuning telur (putih telur menghambat pertumuhan gram-positive, karena keberadaan enzyme inhibitor, lysozyme).

Roti dan Produk-produk Roti
Kandungan roti adalah tepung, telur, gula dan telur yang selalu merupakan sumber dari kerusakan mikroorganisme. Beberapa bakteri dan jamur dapat bertahan dari temperature pembuatan roti. Beberapa species Bacillus memberikan tekstur yang lunak dan kurang baik, dengan benang-benang berserabut. Beberapa jenis roti berikut disebut ropy. Creams rools, custards dari telur keseluruhan dan whipped cream merupakan media yang baik untuk pertumbuhan species Salmonella, Lactobacillus and Streptococcus yang menghasilkan asam-asam.

Makanan-makanan Lain
Beberapa serealia, buah-buahan dan sayur-sayuran dirusak oleh mikroorganisme. Jamur dan bakteri perusak menyebabkan bau yang tidak enak. Biji-bijian dirusak oleh Jamur Aspergilius flavus. Jamur tersebut juga terdapat pada produk-produk kacang dan makanan lain. Jamur tersebut menghasilkan racun aflatoksin. Biji-bijian lain kerusakannya disebabkan oleh Claviceps purpurea, dalam biji gandum, sorgum dan barley menyebabkan ergot disease. Racun jamur menyebabkan kejang-kejang dan halusinasi (ESR). (Ditrejemahkan dari www.microbiologyprocedure.com)

Jumat, 28 Mei 2010

MIKROBIOLOGI MAKANAN

Kebanyakan makanan merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, terutama yang mengandung banyak bahan organik, kadar airnya cukup dengan PH netral atau kadar asamnya rendah. Makanan yang dikonsumsi oleh manusia dan hewan merupakan ekosistem dimana mikroorganisme bakteri dan jamur yang ada di makanan dalam jumlah kecil, meski tidak berbahaya, tidak dapat dicegah untuk tumbuh, membuat makanan tidak baik untuk dikonsumsi dan menyebabkan kerusakan.
Beberapa organisme tumbuh dan menghasilkan metabolit yang mempengaruhi kualitas makanan yang diperhitungkan dan tidak diperhitungkan. Sebagai contoh, fermentasi laktat susu merupakan sebuah perubahan kerusakan yang diperhitungkan, sementara pengasaman wine merupakan kerusakan mikrobiologi yang tidak diperhitungkan. Beberapa kerusakan mikrobiologi juga menghasilkan metabolit yang sangat beracun bagi manusia dan hewan. Misalnya racun yang dihasilkan oleh clostridia dalam makanan yang berprotein serta aflatoksin yang dihasilkan oleh aspergilli dalam beberapa jenis makanan.
Secara umum, makanan membawa mikroorganisme yang umumnya bersifat saprofit. Keberadaan mikroorganisme di dalam makanan tidak dapat dihindari, mereka ada sejak terkontaminasi oleh lingkungan dimana makanan dipersiapkan dan diproses. Penghilangan secara total juga sangat sulit dilakukan. Bagaimanapun pengurangan jumlah dan penurunan aktivitas mikroorganism dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi lingkungan. Pengetahuan mengenai faktor-faktor yang sesuai dan yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme penting untuk mengerti prinsip-prinsip kerusakan dan pengawetan makanan.

Kontaminasi Awal Bahan Makanan Segar
Makanan yang dikonsumsi oleh manusia dan hewan dapat diklasifikasikan menjadi 8 (delapan) kelompok diantaranya serealia dan produk-produk serealia, sayuran, buah, susu dan produk susu, daging dan unggas, telur, makanan laut, gula dan produk-produk gula. Kadang hanya dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu produk tanaman dan hewan.
Makanan juga dapat dikelompokkan berdasarkan stabilitas dasarnya, menjadi:
1. Makanan yang mudah rusak (perishable) seperti daging dan ikan.
2. Makanan yang agak mudah rusak (semiperishable) seperti kentang.
3. Makanan yang stabil seperti serealia, tepung dan gula.
Beberapa makanan yang stabil dan semi stabil menjadi makanan yang mudah rusak dibawah kondisi lembab.

Produk-produk Tanaman
Jaringan dalam keseluruhan, tanaman-tanaman yang sehat serta buah-buahan selalu bebas oleh mikroorganisme. Bagaimanapun, permukaan luar dari produk-produk tanaman dikontaminasi oleh mikroorganisme yang berasal dari tanah, udara, serangga, manusia yang menangani produk serta kemasan-kemasan. Serealia, sepanjang dalam kondisi kering, dapat disimpan untuk waktu yang cukup lama, asalkan tidak ada serangga.
Produk-produk gula mengandung kadar air rendah umumnya cukup menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sirup, madu, dan sebagainya relatif stabil, namun jika dilarutkan dalam air dalam volume yang sama akan dengan mudah menjadi rusak.
Tanaman-tanaman akar seperti kentang, beet dan wortel ditempeli mikroorganisme dari tanah, namun selama kulitnya tidak terkelupas dan mengalami kerusakan sel akan relatif stabil. Sayuran daun seperti selada, bayam dan kobis juga sangat terkontaminasi. Sayuran jenis ini memiliki daun yang lebih lembut dan sangat mudah dirusak oleh mikroorganisme.
Buah-buahan yang tumbuh jauh dari tanah terkontaminasi oleh serangga dan mikroorganisme dari udara dan yang terakhir adalah mikroorganisme dari tanah. Secara umum buah-buahan kadar gulanya tinggi dan mengandung asam. Dengan demikian, dekomposisi umumnya oleh yeast (kapang), seperti pada anggur dan oleh jamur, seperti pada jeruk.

Produk-produk Hewan
Produk-produk hewan terkontaminasi oleh lingkungan dan manusia. Bagian dalam daging bebas dari mikroorganisme, selama ternak yang disembelih sehat, namun akan segera terkontaminasi oleh mikroorganisme yang berasal dari udara, bulu, maupun saluran pencernakannya. Begitu pula pada unggas, sejak masih hidup telah mengandung microbial flora. Sedangkan pada ikan, kontaminasi dapat berasal dari air darimana ikan tersebut ditangkap. Makanan laut tertentu sangat potensial dalam menyebarkan beberapa jenis mikroorganisme pathogen. Ketika ikan dibersihkan dan dipotong dalam kondisi yang buruk maka akan mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme, contohnya filet ikan. Sedangkan telur yang tidak pecah akan terlindungi dari kontaminasi mikroorganisme oleh cangkangnya. Bagian dalam telur akan terkontaminasi mikroorganisme dibawah penyimpanan yang buruk. Bagian cangkang yang bersentuhan dengan darah, bulu, telur yang pecah dan bahan sarang sangat rawan kontaminasi mikroorganisme yang kemudian masuk ke dalam telur melalui pori-pori (ESR). (Sumber: www.microbiologyprocedure.com)

PENGKAYAAN NUTRISI (FORTIFIKASI) MAKANAN

Sabtu, 1 Mei 2010 dan 4 (empat) Sabtu berikutnya yang diadakan dengan selang 2 minggu sekali adalah waktu yang kami nikmati bersama penduduk Desa Tempursari Kecamatan Donomulyo yang merupakan wilayah yang relatif miskin di daerah Malang Selatan. Pertemuan di Masjid Mujahidin dan mushola di sekitarnya yang dimulai pada jam 13.00 WIB dihadiri oleh pengurus Muslimat NU Ranting Tempursari dan penduduk sekitar diisi dengan transfer pengetahuan pangan mengenai pengayaan nutrisi (fortifikasi) pada produk Olahan Berbahan Dasar Singkong disertai praktek.
Singkong merupakan tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, seperti kawasan Donomulyo. Mayoritas penduduk Donomulyo pedesaan mengkonsumsi singkong dan jagung sebagai makanan pokok mereka. Singkong dikeringkan menjadi gaplek untuk selanjutnya diolah menjadi nasi thiwul. Sejak pertama penulis mengenal masyarakat Donomulyo pada tahun 1995 masyarakat Donomulyo pedesaan mengkonsumsi nasi tiwul dengan lauk sayur cabe, sayur buah pepaya muda, kulit belinjo dan daun singkong. Rata-rata pola makan masyarakat Donomulyo pedesaan kekurangan protein. Hal ini disebabkan karena rata-rata penduduk memiliki daya beli yang rendah, selain itu lokasi tempat tinggal mereka jauh dari pasar. Untuk memenuhi kebutuhan protein, mereka sering mengolah kepompong ulat pohon alpukat dan laron. Namun kepompong dan laron hanya ada dalam waktu tertentu saja. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya pengkayaan nutrisi protein pada singkong.
Komponen utama singkong adalah karbohidrat, oleh karena itu diperlukan pengkayaan nutrisi dengan protein, lemak, vitamin (A, B, C, D, E, K) dan mineral (yodium, calcium dan magnesium) agar makanan olahan singkong mengandung nutrisi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Protein dan lemak diperlukan sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral meskipun termasuk unsur mikro namun keberadaannya sangat penting bagi kesehatan. Sebagai contoh, kekurangan yodium dapat menyebabkan penyakit gondok, kretin (kerdil) dan tidak cerdas, sedangkan kekurangan calcium dan magnesium menyebabkan tulang keropos (osteophorosis). Pengkayaan nutrisi dapat dilakukan dengan menambahkan bahan makanan yang tersedia di sekitar lokasi tempat tinggal seperti kacang hijau, kacang kedelai, ikan, teri, udang, telur, ayam, daging, belalang, laron, kepompong dan lain-lain.
Singkong dapat dimanfaatkan sebagai makanan pokok maupun jajanan. Begitupun pengkayaan nutrisi dapat dilakukan terhadap olahan singkong sebagai makanan pokok maupun jajanan. Sebagai contoh, pengkayaan nutrisi gethuk singkong dengan kacang hijau, wijen, margarine, susu, coklat bubuk dan sebagainya. Pengkayaan nutrisi juga dapat dilakukan bersamaan dengan membuat inovasi produk olahan singkong seperti brownies singkong keju dan sebagainya. Sedangkan sebagai makanan pokok, misalnya nasi thiwul (berasal dari singkong kering yang ditepungkan kemudian dikukus) atau nasi sawut (berasal dari singkong yang dipasrah kemudian dikukus) dapat diperkaya dengan ikan, telur, daging,
Untuk mempermudah proses penambahan nutrisi serta mempercepat waktu pengolahan singkong perlu dilakukan beberapa trik, yaitu dengan memperkecil ukuran singkong (misalnya dengan disawut) sehingga luas permukaan singkong semakin besar, luas sentuh uap panas dengan singkong semakin banyak dan singkong cepat masak. Selain itu, semakin kecil ukuran singkong akan semakin mudah menghaluskannya, sehingga mempercepat proses pengolahan lanjutan.
Pengkayaan nutrisi juga dapat dilakukan terhadap bahan pangan lainnya, dengan memperhatikan kandungan unsur nutrisi bahan tersebut dan menambahkan unsur lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Misalnya, karena tubuh kita membutuhkan yodium, maka kita perlu menambahkan yodium dari luar. Hal ini perlu dilakukan karena yodium yang terkandung di dalam bahan pangan secara alami tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Penambahan yodium sebenarnya dapat dilakukan terhadap bahan pangan apapun, namun karena pertimbangan akan terjadinya perubahan rasa makanan tersebut maka penambahan yodium dilakukan terhadap garam. Hampir setiap makanan selalu ditambah garam yang dikombinasikan dengan gula untuk memperkuat rasa makanan tersebut.
Kita perlu melakukan inovasi terhadap makanan kita sehari-hari agar asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh lengkap sesuai kebutuhan tubuh dan menimbulkan kebosanan terhadap makanan tertentu. Misalnya dengan menambakan biji kapri dan sosis pada dadar jagung dan menyajikan jus buah-buahan dalam menu sehari-hari. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah meneliti apakah makanan yang kita konsumsi telah mengandung serat yang berfungsi untuk membantu pencernaan. Untuk itu ada baiknya kita menambahkan agar-agar ketika memasak nasi sehingga nasi yang kita konsumsi telah mengandung karbohidrat dan serat. Hal ini untuk menjaga agar asupan nutrisi yang kita konsumsi lengkap mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat (ESR).