Jumat, 31 Desember 2010

DO’A DAN PENGHARAPAN RAKYAT

Allah, Tuhanku yang penuh kasih, ijinkan kami untuk menjadi kekasih-MU,
Karena Engkau pun Maha Penyayang, pilihlah kami untuk menjadi kesayangan,

Cerdikkan akal kami untuk lebih mengenal-Mu,
Mengenal Kemahabesaran-Mu, kebaikan-Mu, kekuasaan-Mu,
Agar kami lebih mengerti akan keterbatasan dan ketakberdayaan kami,

Santunkan tutur kami agar tiada lagi pertikaian terjadi karenanya,
Satukanlah kami dalam kebaikan,
Agar tidak ada lagi pertentangan antara Muslim dan Nasrani,
Antara Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah,

Terangkanlah hati para pemimpin kami,
Agar mereka lebih memikirkan kondisi negara dan bangsa kami,
Membangun sistem pemerintahan yang akuntabel,
Mencari solusi akan kemiskinan dan pengangguran,
Menghapuskan kesenjangan,
Menjaga hutan, laut, sungai dan tanah kami,
Membangun sistem pendidikan yang baik,
Menghapuskan buta huruf dan angka,

Tuhanku yang Maha Pengatur,
Mudahkanlah segala urusan kami,
Agar kami sejahtera dan bahagia di dunia,
Dan mencukupkan bekal kami untuk menghadap-Mu,

Tuhanku yang Maha Pemurah,
Limpahilah kami dengan rizki-Mu yang halal, rizki-Mu yang barokah,
Sehatkanlah tubuh kami, agar memiliki tenaga untuk menjemputnya,

Tuhanku Sang Maha Penolong,
Hanya kepada-Mu kami menyembah,
Dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan,
Kabulkanlah do’a dan pengharapan kami ya Allah,
Karena hanya Engkaulah yang dapat mengabulkan segala do’a
Amiiin (ESR).

BELAJAR DARI KEMELARATAN, PENDERITAAN DAN COBAAN

Pendahuluan (Fakta dan Data)
Tak ada selembar pun daun yang jatuh tanpa ijin-Nya. Dan apapun yang terjadi tujuannnya adalah untuk memuliakan kita. Di ujung tahun 2010 ini, saat yang baik untuk mengingat kembali beberapa pelajaran hidup yang diberikan-Nya bagi kebaikan umat manusia. Masih belum hilang dari ingatan kita beberapa pelajaran penting yang dapat kita petik dari bencana yang terjadi di Indonesia, mulai dari Gempa dan Tsunami di Aceh, 26 Desember 2004 yang menghentakkan kemapanan, Gempa di Yogjakarta, 27 Mei 2006, Kelaparan di Yahukimo pada September 2009, Gempa di Padang, 30 September 2009 dan yang masih segar dari ingatan kita adalah Banjir di Wasior, 4 Oktober 2010, Gempa dan Tsunami di Mentawai, 25 Oktober 2010 dan erupsi Gunung Merapi 26 Oktober 2010, serta yang sampai saat ini masih tetap berlangsung adalah erupsi Gunung Bromo. Bahkan Kepala BNPB, seperti yang kusaksikan di Kabar Siang tvOne, hari ini, 31 desember 2010 memprediksi bahwa di Bulan Januari – Maret 2011 masih sangat dimungkinkan terjadinya banjir bandang, putting beliung dan sejenisnya akibat dari anomali musim akibat pemanasan global.

Pelajaran yang Dapat Dipetik
Kerusakan yang ditimbulkan oleh kemelaratan, penderitaan dan cobaan tersebut meliputi harta dan nyawa yang sudah tak terbilang jumlahnya. Ribuan orang meregang nyawa, infrastruktur dan lahan porak poranda. Maka, kiranya kita dapat mengambil banyak pelajaran, betapa kekuasan Allah, Tuhan Pencipta Alam ini sangat besar. Karenanya tidak layak bagi kita, ---manusia--- untuk menyombongkan diri, terlalu congkak untuk bersyukur, tidak mau bersujud di hadapan-Nya, menggunakan kekuasaan untuk berlaku sewenang-wenang, merusak alam, mengkorupsi hak orang lain, menggunakan sedikit kecerdasan yang dipinjamkan Allah untuk menipu orang-orang yang tidak berdaya, dan tidak peduli lagi akan penderitaan orang-orang di sekitar.
Tuhan, mengijinkan kemelaratan, penderitaan dan bencana untuk mengajari kita tentang bagaimana seharusnya memperlakukan alam, mengasihi sesama, bekerja sama dalam mengatasi masalah, dan menggunakan kekuasaan secara bijak. Oleh karenanya kita harus ikhlas menerima semuanya. Karena hal-hal tersebut yang menjadikan kita lebih mulia sebagai manusia yang seutuhnya. Kita harus tetap belajar, berkarya untuk menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan kita sebagai pribadi dan menebarkan kebaikan bagi terciptanya kehidupan masyarakat yang saling peduli dan menyayangi. Maka kedamaian akan tercipta. Dalam suasana damai, akan lebih dimungkinkan bagi dilakukannya ibadah, upaya berdialog dengan Sang pencipta, untuk mengerti tentang tujuan penciptaan kita. Jika Allah menghendaki, maka kasih sayang-Nya akan mengijinkan kita untuk berpulang ke surga yang dijanjikan-Nya.

Dasar Hukum
Ada baiknya kita manfaatkan detik-detik terakhir menutup tahun 2010 ini dengan membuka kembali apa yang diwahyukan-Nya mengenai hal ini. Dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 213 – 214:
213. Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-NYA bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian diantara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.
214. Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.

Dalam ketundukan (ketakutan) dan kepatuhan kepada-Nya, kita harus tetap optimis, ---terus belajar dan berkarya dengan ikhlas--- yakin bahwa dalam kemelaratan, penderitaan dan cobaan yang terjadi ada banyak hikmah yang dapat dijadikan pelajaran hidup bagi kita. Dan Allah, telah berjanji bahwa sesudah kesulitan pasti ada kemudahan sebagaimana tertuang dalam QS. Alam Nasyrah (94) ayat 5 – 8:
5. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
6. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
7. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
8. Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

Bahkan menurut M. Quraish Shihab, penulis Tafsir Al Misbah, karena jaraknya sangat dekat dapat diartikan sebagai “sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. Jadi janganlah kita berputus asa, mari kumandangkan syair-syair doa yang mengagungkan dan menyucikan nama-Nya sembari terus belajar dan berkarya. Detik-detik tahun baru 2011 akan segera datang, mari kita sambut dengan penuh syukur dan pengharapan, semoga hari esok lebih baik! Amiiin (ESR).

Kamis, 30 Desember 2010

SATU HARI TANPA NASI (ONE DAY NO RICE)

Sekarang ini ---tahun 2010--- pemerintah gencar-gencarnya menggalakkan Gerakan Sehari Tanpa Nasi atau yang lebih dikenal sebagai one day no rice. Meskipun sangat terlambat, gerakan ini patut didukung. Mengingat masyarakat Indonesia sudah sangat tergantung terhadap nasi. Bahkan sudah umum jika ada yang bilang “serasa belum kenyang kalau belum makan nasi”, meskipun sudah mengkonsumsi sumber karbohidrat yang lain seperti roti, kentang dan mie. Ketergantungan terhadap nasi diawali sekitar tahun 1970-an dimana pemerintah menggalakkan budidaya padi. Pada saat itu pemerintah sampai memanfaatkan keberadaan mahasiswa KKN untuk mengawal penanaman padi berumur pendek. Bahkan menurut Prof. Hari Purnomo, yang pada saat itu KKN di Malang Selatan, petani juga ditunggui tentara agar mau menanam padi tersebut. Petani yang awalnya enggan, setelah 3 tahun merasakan manfaatnya, sehingga sewaktu beliau pulang KKN sampai diarak naik cikar dengan dibawakan hasil panen petani.
Sejak produksi padi mulai melimpah, masyarakatpun menggantungkan sumber pangan hanya pada beras. Bahkan diungkapkan atau tidak, ada faham bahwa yang belum mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya sama dengan belum sejahtera, belum merasakan hidup berkecukupan. Fakta ini penulis temukan di tahun 1995, seorang anak bernama Ning, yang tinggal di sebelah Pondok tempat kami ---penulis dan teman--- bakti sosial, di Desa Purworejo, Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur sampai tidak menghiraukan kami, yang menyapanya sewaktu dia sedang makan. Ketika penulis tanyakan kenapa Ning seolah tak menghiraukan kami ke teman tersebut, dia menjawab, “iya, soalnya dia sedang makan nasi putih, biasanya dia makan tiwul dan jagung”. Jawaban yang mencengangkan, padahal yang kulihat si Ning makan nasi putih dengan lauk sambal cabe yang masih hijau dan daun singkong rebus saja.
Kehidupan terus berjalan, dan pergeseran pola konsumsi dari tiwul dan jagung ke beras terus berlangsung. Apa yang terjadi dengan sagu, ganyong, ubi jalar, dan sejenisnya juga tidak berbeda jauh. Tiba-tiba kita tersentak ketika melihat data pada tahun 2010. Konsumsi beras ---termasuk untuk jajanan dan lontong--- pada tahun ini telah mencapai 139 kg/kapita/tahun dan mencapai 100 ribu ton per hari atau mencapai 92 – 95% dari total karbohidrat yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Dalam setahun kebutuhan beras mencapai 34 juta ton. Kondisi ini tidak dapat dibiarkan, mengingat peningkatan produksi padi dalam 3 tahun terakhir hanya sekitar 4,49%, sehingga pada akhir tahun ini Perum BULOG akan mengimpor beras dari Thailand sebanyak 300 ribu ton untuk memenuhi stok sebesar 1,5 juta ton.
Untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, tidak ada pilihan lain selain mengupayakan diversifikasi pangan. Namun harus tetap diingatkan bahwa masyarakat sebaiknya tidak beralih mengkonsumsi makanan berbahan baku gandum, seperti roti dan mie. Kenapa? Karena gandum harus diimpor dari luar negeri juga.
Diversifikasi pangan harusnya dilakukan dengan mensubstitusi beras dengan produk pangan lokal seperti singkong, ubi jalar, ganyong, sagu dan jagung. Jika setiap orang melakukan free rice day sebulan sekali maka terjadi penurunan konsumsi beras 1,2 jt ton per tahun. Dan potensi ekonomi non beras yang dapat dikelola sekitar Rp. 6 trilyun. Itu yang dikatakan Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurti.
Menyadari kenyataan di atas, marilah kita dukung gerakan one day no rice. Caranya dengan mengawali dari dapur kita sendiri, yaitu menyiapkan penganan non beras seperti singkong, waluh, ganyong, jelarut, talas, bentol baik yang dikukus saja ataupun diolah lebih lanjut. Banyak kreasi makanan yang dapat diolah dari bahan-bahan lokal tersebut, misalnya singkong karamel, bakpau waluh/ubi jalar, biskuit ganyong/jelarut, keripik talas/bentol, dan sebagainya.
Jika ditinjau dari biaya yang harus dikeluarkan, memanfaatkan bahan-bahan potensi lokal tersebut jauh lebih murah dibandingkan dengan beras ataupun gandum. Untuk menambahkan cita rasa pada makanan yang kita olah kita dapat memanfaatkan bahan lokal yang lain seperti susu segar dan ikan lele sebagai bahan isian.
Memanfaatkan apa yang terserak di sekitar dengan mengoptimalkan potensi yang ada di dalam diri kita adalah salah satu perwujudan rasa syukur kepada Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh karenanya, dalam rangka mensyukuri nikmat kesehatan, kecerdasan dan keterampilan serta dalam rangka mendukung Gerakan Sehari Tanpa Nasi, marilah kita memberikan sumbangsih kita kepada kebaikan ummat manusia. Bagi anda yang seorang peneliti, sudah selayaknya menyempatkan diri melakukan banyak penelitian tentang bagaimana cara yang paling tepat mengolah bahan-bahan lokal tersebut menjadi makanan siap saji yang diminati konsumen. Bagi yang usahawan, tidak ada salahnya menggarap potensi pengembangan produk-produk tersebut mulai dari budidaya sampai dengan membuka restoran siap saji berbahan produk lokal. Bagi ibu-ibu rumah tangga mulailah dengan berbelanja bahan-bahan lokal tersebut daripada harus membeli roti-roti merek impor berbahan impor. Mari mulai dari diri sendiri, sejak saat ini (ESR).

Rabu, 29 Desember 2010

BIO GAS SEBAGAI ALTERNATIF ENERGI DI PEDESAAN

Pendahuluan
Sejak harga minyak tanah tidak disubsidi lagi, bio gas menjadi idola baru di pedesaan. Kebijakan pemerintah yang melakukan konversi minyak tanah ke elpiji telah mendorong duplikasi instalasi biogas di pedesaan. Sebenarnya saya mengenal tentang teknologi bio gas sejak jaman masih kuliah sekitar tahun 1991 – 1995. Sebagai mahasiswa Jurusan Mekanisasi Pertanian atau yang sekarang lebih dikenal dengan Teknik pertanian kami diperkenalkan dengan teknologi bio gas. Pihak kampus juga telah membangun percontohan di pedesaan. Namun karena saat itu harga minyak tanah masih murah sekali ---sangat terjangkau oleh kantong masyarakat pedesaan, tidak sampai Rp. 2.000,-/liter--- maka tidak ada yang berminat menduplikasi instalasi bio gas tersebut, meskipun banyak potensi untuk mengembangkannya.
Sejak konversi minyak tanah telah dijalankan sampai ke pedesaan, masyarakat tidak punya pilihan lain untuk tidak memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk memberikan solusi bagi pengurangan biaya hidupnya. Harga minyak tanah telah mencapai Rp. 7.100/liter, sedangkan di pedagang eceran telah mencapai Rp. 8.000,-/liter. Harga tersebut sudah tidak terbeli oleh buruh tani yang bergaji Rp. 20.000,-/hari untuk pekerjaan yang dimulai jam 7 pagi dan berakhir jam 12.00 siang. Karena di saat yang bersamaan, harga beras telah mencapai Rp. 7.000,-/kg.

Bahan Baku
Bahan baku yang umum digunakan di pedesaan adalah limbah padat peternakan sapi. Sebagaimana di ketahui, hampir setiap rumah tangga di pedesaan memelihara sapi, baik sapi potong maupun sapi perah. Di sekitar Nongkojajar, Kabupaten pasuruan pada saat ini telah terbangun lebih dari 600 unit instalasi biogas, bahkan ada desa yang telah 100%. Bahan baku diperoleh dari kandang ternak mereka sendiri. Perlu diketahui bahwa di area tersebut terdapat KPSP Setia kawan, yaitu koperasi peternak sapi perah dengan populasi sapi perah lebih dari 13.000 ekor. Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya susu bagi pemenuhan gizi keluarga, khususnya anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, maka instalasi bio gas masih mungkin untuk terus dikembangkan. Hal ini terbukti dari permintaan susu segar oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) masih sangat terbuka, artinya penambahan populasi sapi perah masih sangat memungkinkan, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan kehabisan bahan baku.

Pembangunan Instalasi Bio Gas
Pembangunan instalasi bio gas di daerah Nongkojajar dilakukan oleh sekelompok tukang yang telah mendapatkan pelatihan khusus dari lembaga yang berpusat di Belanda. Pelatihan ini penting, mengingat keamanan pengguna harus tetap menjadi pertimbangan utama. Selain itu juga untuk menjamin bahwa instalasi yang dibangun benar, sehingga gas yang dihasilkan optimal. Sebenarnya mudah saja mencari gambar instalsi biogas di berbagai literatur, namun tanpa praktek, para tukang tidak dapat mengantisipasi kebocoran instalasi. Pihak Belanda juga menjanjikan subsidi Rp. 2 jt/unit jika tukang yang membangun adalah mereka yang telah memiliki sertifikat pelatihan dari mereka.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membangun instalasi bio gas juga sangat mudah didapat, misalnya batu bata, semen dan paralon, serta kompor gas. Hampir di semua daerah di Indonesia dapat dengan mudah menjumpai bahan tersebut. Peralatan yang dibutuhkan juga tidak lebih dari cangkul, cethok dan timba kecil untuk membuat adonan semen.

Biaya
Biaya pembangunan instalasi sekitar Rp. 5 jt/unit, jika mendapatkan subsidi dari Belanda sebanyak Rp. 2 jt/unit, peternak tinggal mengeluarkan biaya Rp. 3jt/unit. Untuk peternak anggota KPSP Setia Kawan, biaya tersebut dapat dipinjam dari lembaga tersebut. KPSP Setia Kawan mendapatkan kredit tanpa bunga dari PT. Nestle Indonesia untuk mendukung pembangunan instalasi biogas di tingkat peternak.

Pemanfaatan Bio Gas
Pemanfaatan bio gas di daerah nongkojajar masih terbatas untuk memasak dan penerangan. Sebenarnya gas yang dihasilkan masih mencukupi jika dimanfaatkan juga untuk keperluan industri kecil seperti pengeringan keripik umbi-umbian, penggorengan kopi ataupun keripik buah-buahan. Sejauh ini kelebihan gas masih terbuang sia-sia.

Pembangunan Instalasi Di Luar Wilayah
Pembangunan instalasi bio gas di wilayah lain dimungkinkan sepanjang potensi bahan bakunya tersedia. Calon pengguna secara sendiri atau berkelompok dapat menghubungi H. Hariyanto, salah seorang pengurus KPSP Setia Kawan Nongkojajar Pasuruan Jawa Timur. Para tukang yang bersertifikat tersebut akan dikirim ke daerah tujuan untuk membangun instalasi yang diinginkan.

Manfaat
Dari beberapa kali kunjungan lapangan, dapat diketahui bahwa rumah tangga yang telah menggunakan bio gas sangat merasakan manfaatnya karena biaya hidupnya berkurang. Mereka rata-rata sangat bersyukur karena tidak perlu lagi membeli minyak tanah yang harganya mahal ataupun menggunakan tabung LPG 3 kg yang sangat beresiko karena sering meledak ---akibat kecurangan beberapa oknum yang sering mengoplos LPG bersubsidi dan non subsidi. Manfaat lainnya adalah tersedianya pupuk organik yang “sudah matang” karena limbah padat peternakan yang masih baru belum dapat langsung diaplikasikan ke tanaman. Lebih jauh, dengan dibangunnya bio gas dapat mengurangi gas metan yang terkandung dalam limbah padat peternakan tersebut.

Kesimpulan
Bio gas merupakan salah satu energi alternatif yang sangat cocok untukditerapkan di pedesaan. Manfaat biogas sangat banyak diantaranya, menghemat biaya hidup, mengurangi emisi gas metan dan memungkinkan terbangunnya sistem pertanian yang efisien (ESR).

PERTANIAN TERPADU DAN BERKELANJUTAN

Pendahuluan
Menjalankan usaha pertanian di Indonesia semakin lama semakin sulit. Hal ini penulis rasakan benar setelah terjun langsung menjadi petani. Kesulitan paling besar yang penulis rasakan adalah ketiadaan ketentuan harga dasar bagi setiap komoditas. Sejauh ini yang telah ditetapkan harga dasarnya hanyalah gabah. Komoditas lain diserahkan kepada mekanisme pasar. Pemerintah sama sekali tidak melakukan perlindungan bagi petani, termasuk peternak dan nelayan. Di sisi lain, pemerintah seringkali dengan tiba-tiba mengurangi subsidi pupuk sehingga kehidupan petani sangat tidak menentu karena tidak adanya perlindungan.
Sebagai peternak sapi potong, penulis telah merasakan betapa kebijakan pemerintah tidak menguntungkan petani. Harga sapi potong hidup tiba-tiba turun drastis, dari harga bobot hidup yang dulu sebesar Rp. 25 – 26 rb/kg sekarang hanya berkisar Rp. 22 rb/kg. Ada beberapa hal yang mungkin jadi penyebab, yaitu diijinkannya impor sapi dari Australia tanpa memperhitungkan populasi sapi di dalam negeri dan kebutuhan daging. Lebih aneh lagi karena harga daging tetap tinggi, yaitu berkisar Rp. 60 rb/kg. Berarti ada yang perlu diperbaiki dalam sistem tata niaga daging ini.
Petani tebu juga tidak memiliki peruntungan yang baik. Pada musim penghujan sepanjang tahun seperti tahun 2010 sekarang ini, rendemen tebu sangat rendah. Di sisi lain pemerintah membuka kran impor, terlebih akan menerapkan kebijakan baru yaitu gula rafinasi dapat dijual bebas di pasaran. Tanpa pembebasan peredaran gula rafinasi saja, di pasar banyak beredar gula tersebut.
Nasib peternak sapi perah juga tidak berbeda jauh, sama-sama ditentukan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) tanpa perlindungan. Pemilik IPS rata-rata adalah industri besar dengan modal yang kuat sehingga mereka mampu impor dari luar negeri jika petani menolak harga yang ditetapkan oleh IPS. Sementara di sisi lain petani belum memiliki kemampuan untuk mendistribusikan produksi susu mereka ke pembeli yang lebih memperhatikan nasib mereka. Beruntung peternak sapi perah yang tergabung dalam koperasi yang telah memiliki IPS sendiri. Di Kabupaten Pasuruan terdapat PKIS Sekar Tanjung. Koperasi Sekunder yang didirikan oleh 6 koperasi primer dari Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang. PKIS Sekar Tanjung menghasilkan susu UHT (Ultra High Temperature) dengan merek sendiri seperti Indola, StarKid, Sekar dan Juara serta bekerjasama dengan perusahaan lain untuk memproduksi merek mereka.
Menyikapi beberapa kenyataan di atas, maka menjadi petani di Indonesia harus memiliki banyak akal untuk menyiasati tingginya biaya produksi dan tidak adanya jaminan harga jual komoditas. Oleh karena itu pada kesempatan ini tidak ada salahnya kita mendiskusikan tentang Pertanian terpadu dan Berkelanjutan.

Kenapa Terpadu dan Berkelanjutan?
Pertanian terpadu secara sederhana dapat dimaknai sebagai pertanian yang menggabungkan berbagai subsektor (pertanian, peternakan dan perikanan) dalam satu area dengan luasan tertentu sehingga lebih efisien dan tidak menghasilkan limbah yang tidak dapat didaur ulang. Pertanian terpadu menjadi efisien karena relatif tidak membuang limbah. Sebagai contoh: Pertanian Terpadu di Lembah Hijau Sragen Jawa tengah. Jerami limbah dari budidaya padi sawah, dimanfaatkan untuk silase sebagai pakan sapi perah. Kotoran sapi perah dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sedangkan limbah cair dari kandang dialirkan ke kolam ikan patin. Dari proses yang sedang berjalan, petani dapat memanen padi, susu dan ikan patin. Pupuk organik juga dapat diaplikasikan untuk tanaman hias sehingga dapat juga berjualan tanaman hias dan pupuk organik.
Di Kabupaten Pasuruan juga sedang dikembangkan model pertanian terpadu, bahkan diperkaya, karena limbah yang berupa kotoran sapi perah dimanfaatkan dulu untuk pembuatan biogas sebelum dijadikan sebagai pupuk tanaman. Dengan dihasilkannya biogas ada banyak keuntungan yang didapat karena kita tidak perlu membeli minyak tanah atau gas untuk memasak dan penerangan, selain itu juga dapat mengurangi gas metan yang terkandung dalam kotoran ternak.
Penerapan pertanian terpadu akan mendorong pertanian yang berkelanjutan, karena dalam pertanian terpadu kita dapat meminimalkan penggunaan pupuk non organik bahkan menghilangkannya, sehingga tanah tidak menjadi rusak. Di sisi lain, produk yang dihasilkan lebih baik bagi kesehatan karena komoditas tersebut masuk dalam kategori organik. Dengan semakin meningkatnya kesadaran tentang kesehatan dan trend mengkonsumsi bahan pangan organik, maka petani akan lebih diuntungkan. Hal ini disebabkan karena bahan pangan organik memiliki harga jual yang lebih mahal dibandingkan komoditas yang non organik.

Hambatan Penerapan Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan
Penerapan pertanian terpadu dan berkelanjutan memang tidak semudah kata-kata. Ada beberapa faktor kendala, diantaranya:
1. Kepemilikan lahan petani rata-rata tidak luas dan tidak meyatu.
2. Modal kerja awal yang dimiliki tidak besar.
3. Belum memiliki akses modal dan pasar.
4. Masih bekerja secara individu, belum berkelompok sehingga dengan keterampilan yang terbatas.

Upaya Meminimalisasi Hambatan
1. Bekerjasama dengan pemilik lahan di sekitarnya untuk merealisasikan pertanian terpadu dan berkelanjutan dalam area yang cukup, semakin luas semakin bagus.
2. Melakukan joint modal kerja.
3. Melakukan terobosan pasar dengan mengikuti pasar lelang, pameran dan menjajakan komoditas. Di Jawa Timur, tepatnya di Jemundo Sidoarjo telah dibangun Pasar Puspa Agro, di lahan seluas 50 hektar tersebut petani dapat bertemu dengan para pedagang grosir yang didatangkan oleh pihak pengelola. Di tempat tersebut juga disediakan penginapan bagi petani dengan harga sewa yang relatif murah.
4. Menggalakkan pelatihan-pelatihan tentang penggunaan teknologi tepat guna, pertanian organik, serta upaya mendukung pengurangan efek pemanasan global.
5. Berupaya menertibkan administrasi mulai perjanjian kerja sama, recording ternak, tanaman dan sebagainya, termasuk menghargai setiap individu yang terlibat dengan mengkonversikan ke dalam biaya tenaga kerja. Point nomer 4 merupakan pendukung, namun sangat penting untuk memperlancar kerja sama.

Kesimpulan
Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan harus terus menerus diupayakan agar petani memperoleh hasil yang memadai dari setiap usaha yang dijalankannya. Selain itu akan mendorong kelestarian lingkungan. Namun semua ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa dukungan pemerintah. Pemerintah hendaknya menganalisis semua faktor secara seksama sebelum mengambil kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, termasuk petani (ESR).

Selasa, 28 Desember 2010

PENANGANAN POLONG KAPRI (Pisum sativum L.) SEGAR

Pendahuluan
Polong kapri (Pisum sativum L.) segar merupakan sayuran yang banyak mengandung vitamin. Zat hijau daun (khlorofil) yang terkandung di dalamnya adalah sumber antioksidan yang dapat mencegah terjadinya penyakit degeneratif seperti kanker. Polong kapri segar cocok dicampurkan dengan berbagai masakan seperti cap cay, steak atau bahkan mie instant.
Polong kapri segar termasuk jenis sayuran yang sangat mudah rusak. Dalam satu hari saja apabila tidak diberikan perlakuan apa-apa maka polong kapri akan berubah warna menjadi kekuningan dan kelopak daun berwarna putih.

Sortasi
Sortasi diperlukan untuk memisahkan polong kapri yang busuk, terlalu tua atau yang secara fisik rusak akibat proses pemanenan. Dengan sortasi, maka polong kapri segar akan lebih seragam sehingga nilai jual akan lebih mahal.

Panas Lapangan
Polong kapri segar membawa panas lapangan, apalagi pemanenan dilakukan pada siang hari. Panas lapangan ditambah dengan respirasi yang tinggi dari polong kapri akan mempercepat penyusutan nilai gizi dan bobotnya serta menjadi media yang baik bagi tumbuhnya jamur. Oleh karena itu diperlukan pendinginan pendahuluan (precooling) sebelum disimpan pada suhu dingin. Berdasarkan penelitian yang pernah penulis lakukan dengan melakukan pendinginan pendahuluan menggunakan air yang dicampur dengan bongkahan es sampai suhunya mencapai sekitar 10oC maka umur simpan polong kapri segar akan lebih panjang.

Khlorinasi
Khlorinasi diperlukan untuk meminimalisasi kontaminan mikroniologi yang terbawa polong kapri dari lapangan. Khlorinasi dilakukan dengan mencelupkan polong kapri dalam larutan khlorin. Jika dikombinasi dengan pendinginan pendahuluan maka khlorinasi akan lebih efektif dalam mencegah pembusukan karena faktor mikrobiologi.

Pengemasan dalam Kemasan Berlubang (Perforasi)
Sayuran yang disimpan di dalam pendingin akan mengalami penyusutan. Untuk menghambat laju penyusutan maka perlu dilakukan pengemasan dalam kantung plastik. Namun, kemasan tersebut harus dilubangi untuk mencegah terjadinya reaksi an aerob yang menimbulkan bau yang tidak enak (off odor). Berdasarkan penelitian yang pernah penulis lakukan pada tahun 1998, perforasi yang terbaik untuk polong kapri yang disimpan dalam suhu 10oC adalah 5%.

Penyimpanan Dingin
Setelah dilakukan pendinginan pendahuluan dan khlorinasi maka polong kapri harus segera dikeringanginkan menggunakan kipas angin untuk segera menghilangkan air yang menempel agar tidak memicu pembusukan. Setelah itu polong kapri dikemas menggunakan plastik dengan perforasi sekitar 5%. Selanjutnya polong kapri dalam kemasan tersebut disimpan dalam pendingin dengan suhu 0 - 10 oC. Dalam suhu 10 oC, polong kapri dapat disimpan selama 10 hari. Hal ini menguntungkan untuk kegiatan ekspor dengan menggunakan kapal laut, mengingat pengiriman kontainer sayuran dengan menggunakan pesawat terbang tergolong mahal.

Kesimpulan
Untuk memperpanjang umur simpan polong kapri segar diperlukan berbagai perlakuan, yang dapat dikombinasikan, diantaranya sortasi, khlorinasi, pendinginan pendahuluan, pengeringanginan, pengemasan dalam kantong plastik berperforasi untuk selanjutnya disimpan di dalam pendingin bersuhu 0 – 10oC. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk mempertahankan nilai gizi polong kapri segar. Namun upaya ini kan menjadi sia-sia jika proses pengolahan yang dilakukan tidak benar. Untuk diperhatikan juga bahwa semakin lama proses pengolahan dan semakin tinggi suhunya maka nilai gizinya akan semakin turun (ESR)

Senin, 27 Desember 2010

PENGGUDANGAN BAHAN PANGAN

Pendahuluan
Ajaran yang diturunkan Allah, Tuhan Sang Maha Pencipta adalah tuntunan bagi kebaikan seluruh ummat manusia, bukan hanya segolongan orang dengan agama tertentu saja. Oleh karenanya, kita seyogyanya mempelajari dan menerapkan ajaran tersebut untuk kemakmuran seluruh ummat manusia di bumi. Di dalam Al Qur’an, khususnya Surat Yusuf terdapat tuntunan tentang penggudangan bahan pangan. Hal ini sangat relevan untuk didiskusikan saat ini, mengingat kondisi iklim yang mulai berubah akibat pemanasan global sehingga sepanjang tahun 2010 ini hampir dalam seluruh bulan terdapat hujan. Di tahun-tahun mendatang, sangat mungkin (meskipun saya berdoa dengan sungguh-sungguh agar tidak terjadi) musim kemarau akan sangat panjang.
Sebelum mempelajari lebih detil tentang sistem penggudangan bahan pangan, sekiranya kita perlu melihat kembali tentang tuntunan tersebut. Berawal dari mimpi seorang Raja Mesir sebagaimana tertuang dalam QS. Yusuf (12) ayat 43 seperti berikut:
Dan raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sai betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi.”
Dalam ayat 46 – 49 berbunyi:
46. “Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada oang-orang itu, agar mereka mengetahui.”
47. Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.
48. Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.
49. Setelah itu akan datang tahun, dimana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).

Faktor-faktor Yang Menentukan Umur Simpan
Diskusi kali ini difokuskan pada penyimpanan bahan pangan khususnya biji-bijan seperti padi, jagung, kedelai dan kacang hijau. Terdapat beberapa hal yang penting untuk diperhatikan sebelum dilakukan penyimpanan biji-bijian. Diantaranya:
1. Kadar Air Bahan
Kadar air biji-bjian setelah panen harus diturunkan sampai berkisar antara 9 sampai dengan 14%. Kadar air yang tinggi akan memungkinkan tumbuhnya jamur, sehingga bahan pangan akan berbau apek. Jika faktor lain (suhu dan kelembaban gudang) tetap maka semakin rendah kadar air, umur simpan biji-bijian akan semakin panjang.
2. Suhu (temperatur) Udara di Ruang Penyimpanan
Suhu sangat berpengaruh terhadap umur simpan suatu bahan pangan. Suhu yang tinggi akan menyebabkan biji-bijian cepat rusak karena terjadinya kondensasi uap air di dalam ruang penyimpanan. Uap air yang terkumpul akan mendorong tumbuhnya jamur dan pembusukan. Suhu yang rendah akan memperpanjang umur simpan. Untuk itu diperlukan pertukaran udara, yaitu mengeluarkan udara panas dari dalam gudang dan menggantinya dengan udara yang dingin, misalnya udara pagi. Hal ini perlu dilakukan mengingat biji-bijian juga akan melakukan respirasi yang menghasilkan panas, sehingga suhu udara di sekitarnya meningkat.
3. Kelembaban Udara (Relatif Humidity) di Ruang Penyimpanan
Udara yang lembab mengandung uap air yang tinggi, sehingga sangat berkorelasi terhadap tumbuhnya jamur. Oleh karena itu perlu adanya penurunan kelembaban udara di ruang penyimpanan. Hal-hal yang dapat digunakan untuk menurunkan kelembaban udara adalah dengan melewatkan udara yang akan masuk ke ruang penyimpanan melalui absorben, misalnya silica gel. Dengan menggunakan silica gel maka kelembaban udara relatif kering, sehingga umur simpan biji-bijian akan lebih panjang.
Berdasarkan pada point 2 dan 3 maka seyogyanya setiap pagi hari dilakukan pertukaran udara di dalam gudang dengan udara luar yang dingin, namun telah diturunkan kelembabannya menggunakan absorben.
4. Hama Gudang
Sebelum dilakukan penyimpanan biji-bijian, maka harus dipastikan bahwa gudang terbebas dari hama. Semua lubang yang memungkinkan hama masuk ke dalam gudang harus ditutup sehingga tidak terjadi kontaminasi selama penyimpanan berlangsung. Adanya hama di dalam gudang akan meningkatkan resiko penularan suatu penyakit yang dibawa oleh hama tersebut.

First In First Out
Hal yang juga penting untuk diperhatikan adalah bahwa bahan pangan yang pertama kali dimasukkan harus dikeluarkan lebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan agar tidak ada bahan yang terlalu lama disimpan di gudang sehingga menjadi rusak dan menyebabkan bahan yang baru dimasukkan ikut menjadi rusak. Penataan barang di dalam gudang harus diatur sedemikian rupa dan diberi kode tanggal bahan tersebut dimasukkan sehingga dapat diterapkan first in first out.

Kesimpulan
Penggudangan bahan pangan sangat perlu untuk dilakukan agar dapat digunakan sebagai cadangan makanan pada saat dibutuhkan. Musim penghujan yang berlangsung sepanjang tahun dapat dimanfaatkan untuk menanam padi 3x setahun ---tentunya dengan menambahkan nutrisi bagi tanah secukupnya--- agar jika nantinya terjadi musim kemarau telah tersedia bahan pangan yang cukup (ESR).

CITA-CITA DAN KEHIDUPAN PENGAMEN CILIK (CATATAN ATAS DIALOG DI BIS ANTAR KOTA)

Sepulang kerja, di bis Jurusan Banyuwangi - Malang ---pada hari itu, Rabu tanggal 15 Desember 2010 sekitar jam 15.30--- aku berdialog dengan 2 anak perempuan, yang nota bene adalah pengamen cilik, Keduanya naik dari Wonorejo Pasuruan. Setelah mereka menyanyi dan mengedarkan kantongya, mereka duduk di deretanku, satu di sebelahku dan satunya di seberang kami. Anak yang duduk di sebelahku rambutnya dimasukkan ke topi, memegang gitar mini dan kelihatan lebih muda ketimbang yang di seberang. Keduanya memakai celana selutut dan asesoris gelang" ala ABG. Sepintas tidak ada yang istimewa!
Seperti biasa, aku tergoda untuk mengajak anak yang disebelahku untuk berbincang. Seperti inilah petikan dialog kami:
Aku: "Gak sekolah?"
Pengamen cilik: "Sekolah"
Aku: "Kelas berapa?"
Pengamen cilik: "Satu SMP"
Aku: "Rumahnya dimana?"
Pengamen cilik: "Pandaan"
Aku: "Uangnya buat apa?"
Pengamen cilik: "Bayar sekolah, sekalian beli LKS adik"
Aku: "Bapaknya kerja apa?"
Pengamen cilik: "Bapak menikah lagi, di rumah cuma tinggal sama ibu, kakek, nenek dan adik. Bapak pergi waktu adikku berumur 10 bulan"
Aku: "Ibumu kerja apa?"
Pengamen cilik: "Ibu jualan, kadang-kadang ngamen"
Aku: "Ngamen sampai jam berapa?"
Pengamen cilik: "jam 5"
Aku: "Sehari dapat berapa?"
Pengamen cilik: "Lima belas ribu berdua"
Aku: "Berarti kalau dapat uang dibagi dua?"
Pengamen cilik: "saudara, dia kakakku, kelas 3 SMP"
Kebetulan hari itu ada rejeki yang dititipkan padaku, inilah jawabannya (Sudah menjadi kelemahanku bahwa aku tidak memberi lebih untuk pengamen yang bertato dan kelihatan jarang mandi, karena aku pernah menyaksikan mereka mabok di Depan Pasar Warungdowo di Bulan Ramadhan).
Mendengar dirinya dibicarakan sang kakak berhenti bernyanyi (selama aku berbincang dia terus saja menghafal lagu dengan suaranya yang apa adanya).
Aku: "Kapan belajarnya?"
pengamen cilik: "Tadi les dulu"
Aku: "Gak ngaji?"
Pengamen cilik: "Nyampai rumah Maghrib, terus habis Isya' ngaji, nanti Diba'an di Rumahnya ...."
Setelah lelah berbincang, si adik sama kakaknya bergurau. Dan aku cuma bisa mengamati polah mereka yang saling "mengejek" (sebagai cara mereka bergurau).
Setelah itu si adik memetik gitarnya dengan tetap duduk di sebelahku sambil menyanyi lagu cinta.
Aku bilang, "belajaro lagu Bendera - Coklat itu loh"
Si adik menjawab: "Iya, Coklat"
Dia memetik gitar lagi, kali ini lagu spirit untuk para pengamen, entah lagu siapa, barangkali hasil kolaborasi para pengamen. Aku tidak hafal lagunya, tapi sepotong-sepotong sempat kudengar syairnya:
"Kami anak jalanan, tapi kami punya cita-cita
.... kena kotoran jalanan
Kami memang anak jalanan, tapi jangan hina harga diri kami..."
Sang kakak pun ikutan bernyanyi sampai tiba di pertigaan Purwosari, tempat mereka harus turun"
Aku berharap kepada para pengambil kebijakan di negeri ini, alokasikanlah dana pendidikan yang cukup untuk mereka sehingga masa depan negeri ini akan jauh lebih baik.
Ya Allah, lindungilah mereka, dari kejahatan di jalanan, Jauhkan mereka dari perbuatan-perbuatan yang dapat menghambat pencapaian cita-citanya. Amiin (ESR).