Kamis, 29 September 2011

PEWARNA ALAMI UNTUK BATIK YANG EKSKLUSIF

I. PENDAHULUAN
Dengan diakuinya batik sebagai warisan budaya asli Indonesia maka pengembangan batik akan semakin menjanjikan. Kesadaran akan pentingnya menjaga batik dari pihak-pihak yang ingin mengklaimnya, mendorong sebagian besar masyarakat untuk back to batik. Hal ini harus disambut dengan antusiasme yang sama besarnya oleh para pengrajin batik.
Pengembangan seni membatik terbukti mampu menyentuh jiwa-jiwa para pelakunya sehingga menjadi pribadi yang lebih sabar, teliti dan tekun. Kebiasaan membatik akan menumbuhkan budaya yang luhur. Selain itu melestarikan seni membatik juga dapat mendatangkan rupiah yang akan berujung kepada kesejahteraan. Mengingat segala hal tentang batik dapat mendatangkan uang mulai dari kursus desain gambar motif, membatik, mewarnai, penjahitan pakaian sampai dengan penjualan.
Warna batik berperan penting untuk memikat calon konsumen. Oleh karena itu seniman batik harus mampu membuat desain dan warna batik yang cocok untuk anak, remaja dan dewasa dari yang ekonominya pas-pasan, sedang maupun kaya. Seniman batik harus mampu meyakinkan konsumen bahwa batik cocok untuk segala umur dan suasana, tergantung desain dan coraknya. Keberadaan pewarna alami sangat penting untuk menghasilkan batik yang lebih berpihak kepada kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya alergi bagi kulit pemakainya.

II. PEWARNA ALAMI
Industri pembuatan kain batik, baik skala kecil maupun menengah, diimbau menggunakan pewarna alami daripada pewarna tekstil sintetis karena limbah sisa pencelupan batik dengan pewarna alami lebih aman dan tidak menimbulkan dampak pencemaran lingkungan. Zat-zat yang terkandung dalam pewarna alami lebih mudah terurai sedangkan pewarna tekstil sintetis sulit terurai di alam.
Limbah yang mengandung pewarna tekstil sintetis akan mencemari tanah dan sumber air. Dampak pencemaran baru akan terasa setelah beberapa puluh tahun kemudian, yaitu munculnya permasalahan kesehatan berupa kanker atau gangguan pencernaan akibat akumulasi zat-zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh melalui air minum.
Ada beraneka jenis tumbuhan di sekitar kita yang dapat dijadikan bahan pewarna alami untuk batik. Bagian tumbuhan yang digunakan untuk pewarnaan batik juga dapat berasal dari berbagai bagian tanaman mulai akar, kulit batang, daun dan sebagainya. Diperlukan eksperimen yang terus menerus untuk memperkaya warna batik yang sekiranya mampu memenuhi selera konsumen dari berbagai golongan.
Proses pewarnaan menggunakan pewarna alami tidak jauh berbeda dengan pewarna sintesis, karena perbedaannya hanya pada bahan yang digunakan pada pewarna alami tidak mengandung zat kimia, karena semua bahan berasal dari buah, batang, daun, atau akar tumbuhan tertentu.
Untuk memperoleh warna merah, dapat memanfaatkan biji buah pinang,jambu mete, daun teh, buah nanas, atau daun bayam merah, sedangkan warna kuning bisa dari akar dan batang pohon soga, kunyit, atau batang nanas, kalau menginginkan warna coklat dapat menggunakan daun jambu biji, buah teh, serta aren nira. Kain yang dicelup dengan daun jambu cenderung berwarna khaki sedangkan pewarnaan menggunakan daun mangga memunculkan warna hijau muda (pupus). Ketika larutan ditambah dengan tawas, warna yang muncul menjadi lebih kuat (tua). Warna biru yang berasal dari olahan daun indigo disukai konsumen. Warna coklat juga dapat diperoleh dari hasil rendaman kayu mahoni, coklat kemerahan dari buah enau, atau hijau dan kuning yang berasal dari rendaman aneka dedaunan juga banyak disukai konsumen. Warna kecoklatan juga diperoleh dari kombinasi kayu manis, akar mengkudu, dan jelawe. Sedangkan daun alpukat dapat memberikan warna hijau.
Kulit manggis mempunyai pigmen warna yang cocok untuk dijadikan sebagai pewarna serta mengandung sejumlah pigmen yang berasal dari dua metabolit, yaitu mangostin dan β-mangostin. Jika semua kandungan yang terdapat pada buah manggis tersebut diekstraksi, maka akan didapati bahan pewarna alami berupa antosianin yang menghasilkan warna merah, ungu, dan biru. Kulit buah manggis juga mengandung flavan-3,4-diols, yang tergolong senyawa tannin dan dapat digunakan sebagai pewarna alami pada kain. Tannin adalah salah satu zat warna yang terdapat dalam berbagai tumbuhan dan yang paling baik adalah dalam manggis.
Mengapa Pewarna Alami?
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan kesehatan, mereka cenderung mengkonsumsi produk yang terbuat dari bahan alami dan berkualitas. Produk-produk yang unggul dan kompetitif, serta menggunakan teknologi ramah lingkungan yang dapat berkompetisi di pasaran dunia.
Indonesia memiliki pewarna alam yang dapat memenuhi spesifikasi-spesifikasi di atas, sehingga Indonesia memiliki peluang dan potensi yang menjanjikan dalam berkompetisi di Pasar Dunia. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan lahan yang memadai yang tidak dimiliki oleh negara lain, bahkan pada tahun 1602-1942 Indonesia merupakan penguasa pasar pewarna alami di dunia, dengan produk paling berkualitas.
Jika Batik dan kerajinan tradisional sebagai identitas bangsa dapat dibuat dengan menggunakan pewarna alami, tentunya akan meningkatkan daya jual produk dalam negri, yang pada akhirnya akan meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat.
Perlahan tapi pasti pewarna sintetis akan ditinggalkan karena merusak lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan. Pewarna sintetis yang memiliki grup azo dicurigai sebagai penyebab kanker kulit.
Pewarna alam Biru Indigo dari daun Indigofera tinctoria merupakan zat warna paling populer karena memiliki sifat tidak mudah pudar dibanding pewarna alam lainnya. Pewarna alam Biru Indigo terfiksasi semakin kuat di kain dengan adanya oksigen udara. Hal ini dapat dibuktikan dari koleksi pakaian yang berumur lebih dari 1 abad di British Museum yang memakai pewarna blue indigo (Paul,1988) dan koleksi batik di Kraton Yogyakarta.
Kendala-kendala Pengembangan Warna Alami
Kesadaran akan pentingnya penggunaan warna alami di kalangan pembatik semakin hari semakin meningkat, namun mereka memiliki keterbatasan pengetahuan akan hal itu. Oleh karena itu perlu terus-menerus dilakukan sosialisasi tentang sumber-sumber pewarna alami dan tata cara penggunaannya agar didapat hasil yang maksimal. Para pengrajin banyak yang tidak mengetahui bahwa tanaman yang tumbuh di sekitarnya dapat menghasilkan pewarna batik alami. Mereka juga belum terbiasa untuk bereksperimen untuk mengetahui tentang warna apa yang ditimbulkan oleh bahan pewarna tertentu terhadap aneka jenis kain, mengingat berdasarkan pengalaman bahan pewarna yang sama akan menghasilkan warna yang berbeda jika diaplikasikan kepada bahan yang berbeda. Selain itu, warna yang dihasilkan juga tergantung kepada intensitas cahaya.
Di Kabupaten Pasuruan telah berkembang usaha batik dengan pewarna alam. Batik Dinar Agung yang dimotori oleh Ibu Sri Kholifah telah berupaya mengangkat potensi Kabupaten Pasuruan dalam karya batik mereka. Motif-motif seperti Jumputan Pasir Bromo, Bunga Sedap Malam, Bunga Krisan dan ekosistem bawah laut, dengan mudah dapat ditemui di Workshop mereka yang terletak di Taman Candra Wilwatikta Pandaan Pasuruan. Kelompok Batik Dinar Agung juga dapat mendesain batik sesuai dengan tema yang diinginkan oleh pemesan. Untuk berbagi ilmu dengan para penggiat batik Ibu Sri Kholifah juga membentuk tim yang bersedia mengajarkan teknik membatik dan pewarnaan. Tahun 2011 ini Batik Dinar Agung sedang diusulkan untuk memperoleh Otonomi Award oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan ke Tingkat Provinsi Jawa Timur dan telah masuk nominasi pertama karena batik yang dikembangkan dan upaya mengajarkan batik kepada masyarakat Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten/Kota Se-Jawa Timur telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Kelompok Batik Dinar Agung memiliki Motto: Dengan Batik Kita Membangun Karakter, Budaya dan Kesejahteraan Bangsa.

III. PENUTUP

Penggunaan pewarna alami untuk batik semakin penting jika dikaitkan dengan kelestarian lingkungan dan mencegah iritasi bagi kulit akibat bahan-bahan sintetis. Uji coba penggunaan daun, akar, batang, kulit batang dan bagian tumbuhan yang lain dari berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar kita harus terus-menerus dilakukan. Lembaga-lembaga penelitian harus mendukung pembatik dengan melakukan riset tentang hal itu, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan modal yang dimiliki pembatik untuk melakukan eksperimen secara mandiri (ESR).

Senin, 27 Juni 2011

MAKANAN SEHAT DARI PERTANIAN YANG RAMAH LINGKUNGAN

Membanjirnya makanan minuman impor khususnya buah-buahan di pasaran lokal dengan harga yang bersaing dengan produk lokal membuat kita harus lebih jeli dalam memilih bahan-bahan yang akan kita konsumsi. Banyaknya kasus penyakit degradasi khususnya kanker mendorong kita untuk semakin jeli mengenali berbagai penyebabnya, mulai dari kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung radikal bebas tanpa dibarengi dengan konsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C untuk mengikatnya. Selain itu banyaknya penyalahgunaan bahan non pangan yang dimasukkan ke dalam makanan dan minuman yang dijual bebas di masyarakat telah memicu penyakit degradatif. Oleh karena itu penting untuk menanamkan kebiasan untuk selalu mencermati bahan makanan dan minuman yang akan kita sajikan bagi keluarga.
Ada beberapa langkah pokok yang harus menjadi perhatian, diantaranya:
1. Mencermati komposisi bahan makanan dan minuman jadi atau setengah jadi yang akan kita beli. Selalu belilah bahan makanan yang mencantumkan dengan jelas apa komposisi yang terkandung di dalamnya, lebih aman jika tidak membeli makanan yang mengandung bahan makanan yang mengandung bahan yang kita belum mengenalnya secara baik. Ada beberapa produsen yang menggunakan kata-kata yang masih asing bagi konsumen awam, terutama menyangkut pengawet, pewarna, pengemulsi dan bahan tambahan pangan lainnya. Bahkan banyak produsen yang belum mematuhi batas aman pemberian bahan tambahan pangan. Misalnya bahan yang seharusnya maksimal penggunaannya 100 ppm, karena keterbatasan pengetahuan produsen tentang cara menghitungnya, mereka asal saja dalam menambahkan bahan tersebut ke dalam makanan dan minuman yang mereka produksi.
2. Lihat tanggal kedaluwarsa. Jangan membeli makanan yang telah kedaluwarsa. Kedaluwarsa berhubungan dengan umur simpan makanan dikaitkan dengan kerusakan bahan pangan tersebut. Dalam makanan yang telah kedaluwarsa dikhawatirkan telah tumbuh jamur, kapang, bakteri atau telah rusak karena proses oksidasi. Umur simpan makanan terkait erat dengan kadar airnya, kemasan yang digunakan dan cara penyimpanan makanan tersebut. Bahan makanan dengan kadar air rendah yang dikemas dalam aluminium foil akan lebih panjang umur simpannya dibanding dengan produk basah yang dikemas dengan plastik tipis yang tidak kedap udara. Dalam prakteknya ada beberapa pedagang yang menjual nata de coco dalam kemasan plastik dan tidak disimpan dalam pendingin sampai berhari-hari tidak rusak. Patut diduga bahwa dalam produk tersebut telah ditambahkan pengawet dalam jumlah yang patut dipertanyakan sehingga umur simpannya panjang dalam suhu normal.
3. Usahakan memilih makanan dari produk lokal. Makanan impor telah dipanen dalam waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan bahan makanan lokal sebelum sampai di tangan konsumen. Setelah dipanen, bahan makanan segar mengalami penurunan nilai gizi dan susut berat sehingga banyak nutrisi yang telah hilang dengan semakin lamanya waktu panen dan distribusinya. Banyak orang yang lebih memilih buah impor, misalnya apel merah ataupun peer, telah banyak yang hilang dibandingkan dengan Apel Malang.
4. Bahan pangan yang dibudidayakan dengan cara organik jauh lebih aman bagi kesehatan dibandingkan dengan yang dibudidayakan secara an organik. Akhir-akhir ini trend makanan organik semakin meluas dikarenakan meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya makanan minuman yang aman bagi kesehatan. Kandungan pestisida dalam bahan makanan yang dibudidayakan secara an organik seringkali tidak terkontrol. Petani seringkali menggunakan pestisida secara berlebihan terutama pada saat musim penghujan karena khawatir tanaman mereka terserang penyakit. Kebiasaan yang terjadi di masyarakat memungkinkan residu pestisida tersebut masuk ke dalam tubuh manusia. Misalnya kebiasaan makan gorengan dengan cabe yang tidak dicuci ataupun makan apel tanpa dicuci terlebih dahulu di air yang mengalir (kran). Pestisida yang terkonsumsi akan memicu kerusakan organ tubuh manusia, misalnya hati yang berfungsi untuk menetralkan racun.

Bagaimana Dengan Produk Perikanan?
Banyak petambak atau nelayan yang gagap teknologi sehingga tanpa mereka mengerti, mereka telah menambahkan bahan tambahan non pangan terhadap ikan, kerang, udang dan lain-lain agar tidak mudah rusak. Mereka hanya mengerti bahwa mereka membeli obat ikan agar hasil tangkapan mereka tetap segar sampai di tangan konsumen. Ketidaktahuan mereka telah menjadi makanan empuk bagi oknum-oknum yang mengambil keuntungan atas ketidaktahuan mereka. Yang menjadi korban adalah konsumen yang mengkonsumsi produk-produk yang mengandung formalin ataupun obat nyamuk. Maraknya produk perikananyang mengandung bahan berbahaya telah menuntut konsumen harus lebih cerdas untuk mencegah terjadinya hal-hal yang buruk bagi kesehatan mereka. Untuk itu konsumen hendaknya membungkus produk perikanan dalam kertas buram kemudian merendamnya dalam air kelapa kurang lebih selama 30 menit sebelum memasaknya. Hal ini dimaksudkan untuk menyerap racun-racun yang terlanjur masuk ke dalam produk perikanan. Keterbatasan pengetahuan tentang bahan tambahan pangan yang dilarang tidak terbatas pada para nelayan, bahkan penulis pernah berdialog dengan seorang DANRAMIL di wilayah kerja penulis perihal koordinasi penertiban penggunaan formalin pada makanan. Beliau malah bertanya, formalin itu yang seperti apa ya bu, bentuknya padat apa cair?
Gubrak!!! Pantas saja penggunaan formalin di daerah ini sulit dikendalikan, ternyata sosialisasi yang telah dilakukan pemerintah belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Kalau kalangan yang seyogyanya ikut membantu menertibkan saja tidak tahu, apalagi nelayan yang kurang terdidik. Pernah suatu kali penulis berdiskusi dengan ibu-ibu pengolah ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Ketika saya bertanya, apakah di daerah sini masih menggunakan formalin? Beliau langsung marah-marah, “Orang pemerintahan tidak tahu kalau sudah panen ikan jumlahnya banyak sekali,” secara tidak langsung beliau mengiyakan pertanyaan saya. Lalu saya bertanya, “Apakah di daerah sini pernah ada kasus orang yang sakit kanker?” Beliau terdiam, lalu menjawab “Ada”. Baru setelah itu saya menjelaskan bahwa penggunaan formalin dapat memicu kanker pada manusia. Mungkin ibu Aisyah ini baru mengerti kenapa tidak boleh menggunakan formalin untuk mengawetkan ikan. Sejak saat itu ibu Aisyah memiliki nelayan khusus yang memasok ikan ke tempat usahanya, mengingat banyak sekali ikan yang telah diberi “obat ikan” sejak di laut oleh nelayan-nelayan yang belum berpengetahuan. Bahkan beberapa waktu yang telah berlalu ibu Aisyah berani mengantar petugas berkeliling untuk mengambil contoh (sample) di setiap nelayan dan pedagang yang ada di TPI dan menyarankan pemberian sanksi bagi yang terbukti positif (+).
Pekerjaan rumah bagi orang-orang yang berpengetahuan untuk menyebarluaskan informasi di lingkungan masing-masing, tidak hanya persoalan tugas pokok dan fungsinya di pekerjaan, namun lebih karena faktor kemanusiaan. Terbukti masih ada orang seperti ibu Aisyah, bahwa setelah mengetahui duduk permasalahan yang sebenarnya tentang dampak dari penggunaan bahan berbahaya yang berujung pada penyakit, maka beliau terketuk hatinya untuk ikut menyebarluaskan pengetahuan tersebut dan secara aktif mencegah penggunaannya.
Ketidaktahuan menyebabkan petani/nelayan tidak selektif dalam menggunakan bahan tambahan bagi produk mereka. Ketidaktahuan pula yang menyebabkan konsumen tidak mengerti kriteria bahan makanan yang layak dikonsumsi. Namun penyakit tidak pernah berkompromi dengan ketidaktahuan. Penyakit selalu mengikuti hukum sebab akibat. Ketika seseorang sering mengkonsumsi zat yang berbahaya, semakin lama akan terakumulasi, dan ketika batas toleransi telah terlewati maka fungsi organ tubuh akan terganggu. Dampak yang tidak langsung ketika residu pupuk an organik dan pestisida terbawa air dan masuk ke aliran sungai maka “racun” tersebut menyebar ke daerah yang lebih luas. Oleh karena itu kita harus menerapkan pertanian yang ramah lingkungan agar menghasilkan makanan sehat dan menyehatkan bagi tubuh konsumennya serta tidak merusak lingkungan (ESR).

Minggu, 15 Mei 2011

PAPRIKA (Capsicum annuum L. ): KENDALA PENGEMBANGAN, MANFAAT DAN PENANGANAN PASCA PANEN

Pendahuluan
Paprika (Capsicum annuum L.) merupakan jenis sayuran yang berbentuk buah dengan warna hijau, kuning dan merah yang sangat bergizi dan seringkali dijadikan campuran salad, pizza dan aneka jenis hidangan. Tanaman paprika sangat cocok dibudidayakan di daerah Nongkojajar Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan. Syarat tumbuh tanaman paprika, media tanam berupa arang sekam (dalam polybag), ketinggian tempat di atas 900 m dpl, iklim basah, curah hujan 1000 – 1500 mm/th.
Potensi luas panen tanaman paprika yang ada di Kabupaten Pasuruan sampai dengan tahun 2009, mencapai 90.000 m² (9 ha), dari luas budidaya tanaman tersebut produksi yang dihasilkan 1.870 kw, dengan produktivitas 208,11 kw/ha. Masa panen mencapai puncak pada bulan Oktober-Desember.
Produksi paprika dari Kabupaten Pasuruan dijual/dipasarkan di dalam wilayah Kabupaten Pasuruan dan di luar wilayah Kabupaten Pasuruan (Surabaya, Bali dan Jakarta ) dengan harga jual berkisar antara Rp. 15.000 s/d Rp. 17.000 di tingkat petani.

Kendala Pengembangan
Kendala yang dihadapi petani paprika di Kabupaten Pasuruan antara lain, jauhnya sumber air dengan lokasi kumbung (green house), minimnya sarana produksi dan pasca panen yang dimiliki. Secara detail permasalahan tersebut antara lain:
1. Perlunya pipanisasi air dari sumber sampai ke green house;
2. Ketersediaan benih, karena selama ini masih introduksi;
3. Minimnya perlengkapan green house seperti irigasi tetes (drip irrigation), bambu-bambu dan tali-tali;
4. Keranjang panen yang sesuai untuk paprika;
5. Packaging yang belum memadai;
6. Labelling produk.

Petani paprika di Kabupaten Pasuruan telah membentuk kelompok tani yang bernama Kelompok Paprika Senda. Pada awal tahun 2011 kelompok ini sedang mengikuti Lomba Agribisnis, dan telah dinyatakan menang di tingkat Kabupaten Pasuruan, ditindaklanjuti dengan keikutsertaan lomba di tingkat Provinsi Jawa Timur. Jika menang di tingkat provinsi, kelompok ini akan secara otomatis mewakili Jawa Timur ke tingkat nasional.
Setiap tahunnya Pemerintah Kabupaten Pasuruan mengalokasikan dana sekitar Rp. 200 juta untuk memperbaiki sarana prasarana dalam budidaya tanaman hortikultura. Namun hal itu belum mampu menjawab berbagai tantangan yang timbul dalam mengembangkan tanaman paprika dan memberikan jaminan mutu (kualitas), kuantitas dan kontinyuitas produksi. Oleh karena itu diperlukan dukungan dana dari APBN terutama untuk pipanisasi air untuk kepentingan budidaya yang harus diambil dari sumber yang berjarak sekitar 3 km. Pengadaan peralatan untuk grading dan sortasi juga perlu dilakukan diikuti dengan paket teknologi pengolahan paprika menjadi produk lanjutannnya seperti saus paprika ataupun manisan paprika untuk mengolah paprika yang tidak masuk dalam grade yang diminta oleh pasar.

Manfaat Zat Gizi Dalam Paprika
Mengkonsumsi paprika sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan. untuk meningkatkan imunitas tubuh, mencegah sakit mata, mencegah kanker dan meningkatkan jumlah sperma karena mengandung asam askorbat (vitamin C), karoten, serat, likopen, vitamin B dan mineral-mineral penting seperti kalsium, zat besi dan fosfor.
Kandungan vitamin C paprika lebih tinggi dari jeruk dan setiap 100 gram paprika merah mengandung 190 mg vitamin C, tertinggi di antara jenis paprika lainnya. Vitamin C dibutuhkan tubuh dalam pembuatan kolagen (protein berserat yang membentuk jaringan ikat pada tulang), pengangkut lemak, pengangkut elektron dari berbagai reaksi enzimatik, pemacu gusi yang sehat, pengatur tingkat kolesterol, serta pemacu imunitas. Selain itu, vitamin C sangat diperlukan tubuh untuk penyembuhan luka dan meningkatkan fungsi otak agar dapat bekerja maksimal. Kebutuhan tubuh akan vitamin C sebesar 75 mg per hari untuk wanita dewasa dan 90 mg per hari untuk pria dewasa.
Paprika merah mengandung 3.131 IU vitamin A, tertinggi dibandingakan jenis paprika lainnya. Vitamin A sangat diperlukan tubuh untuk mencegah penyakit mata, pertumbuhan sel, sistem kekebalan tubuh, reproduksi, serta menjaga kesehatan kulit. β-karoten yang terkandung di dalam paprika bekerja sebagai antioksidan karena sanggup menstabilkan radikal berinti karbon. Karena β-karoten efektif pada konsentrasi rendah oksigen, maka dapat melengkapi sifat antioksidan vitamin E yang efektif pada konsentrasi tinggi oksigen. β-karoten juga dikenal sebagai unsur pencegah kanker, khususnya kanker kulit dan paru. β-karoten dapat menjangkau lebih banyak bagian-bagian tubuh dalam waktu relatif lebih lama dibandingkan vitamin A, sehingga memberikan perlindungan lebih optimal terhadap munculnya kanker. Sebagian besar kandungan β-karoten paprika terkonsentrasi pada bagian di dekat kulit. Sama seperti sayuran lainnya, semakin tua warna paprika, β-karoten yang terkandung di dalamnya semakin banyak.
Kandungan vitamin B6 pada paprika termasuk kategori excellent karena tingkat densitasnya tinggi. Vitamin B6 penting bagi otak untuk berfungsi normal, membantu membentuk protein, hormon, dan sel darah merah. Kandungan vitamin B6 dan asam folat pada paprika sangat baik untuk mencegah arterosklerosis dan diabetes. Kedua jenis vitamin tersebut sangat diperlukan tubuh untuk mereduksi kadar homosistein yang dihasilkan dari siklus metilasi di dalam tubuh. Homosistein sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat mengganggu sirkulasi darah dan memicu penyakit jantung dan stroke.
Paprika juga kaya akan serat yang berfungsi membantu menekan angka kolesterol di dalam tubuh dan mencegah terjadinya kanker kolon. Serat membuat makanan di dalam usus tidak padat sehingga membantu proses pencernaan.
Pada paprika merah, terdapat likopen yang cukup tinggi. Likopen merupakan pigmen karotenoid yang membawa warna merah. Pigmen ini termasuk ke dalam golongan senyawa fitokimia yang mudah ditemui pada buah-buahan yang berwarna merah seperti paprika. Likopen dikenal dengan berbagai manfaat seperti anti kanker prostat, kanker esofagal pada laki-laki, kanker rahim juga dapat mengatasi kanker lambung yang disebabkan infeksi Helicobacter pylori. Likopen sangat bermanfaat untuk menghambat oksidasi yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Likopen dapat menghambat pembentukan N-nitrosamins yang dapat menyebabkan kanker perut. Struktur likopen sangat berpotensi sebagai antioksidan. Sebuah penelitian yang dilakukan di India terhadap 30 pasangan tidak subur membuktikan bahwa konsumsi likopen sebanyak 20 mg selama 3 bulan terus-menerus dapat meningkatkan jumlah sperma sebanyak 67%, memperbaiki struktur sperma sebanyak 63%, dan menaikkan kecepatan sperma sebanyak 73%. Likopen dapat mempertahankan fungsi mental dan fisik para lansia. Setelah masuk ke dalam aliran darah, likopen akan menangkap radikal bebas pada sel-sel tua dan memperbaiki sel-sel yang telah mengalami kerusakan.

Penanganan Pasca Panen
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam penanganan pasca panen paprika.
1. Paprika ditempatkan dalam keranjang yang tidak menyebabkan memar.
2. Dilakukan grading sesuai ukuran, menurut permintaan pasar.
3. Dilakukan pencucian dengan larutan klorin 250 ppm selama 3 – 5 menit.
4. Ditiriskan secara evaporatif cooling.
5. Dikemas dengan stretch film atau dimasukkan ke dalam plastik berperforasi sebelum disimpan dalam pendingin.
6. Disimpan dalam suhu 5 – 10oC, atau dikombinasikan dengan Modified Atmosphere Storage (MAS) 3% O2 dan 10% CO2.

Pengolahan Paprika
Pengolahan paprika hendaknya dilakukan dengan benar agar tidak mengurangi nilai gizinya. Semakin lama proses pengolahan maka semakin menurun nilai gizinya, begitu juga dengan semakin tingginya suhu pengolahan maka nutrisi yang terkandung di dalam paprika akan semakin rusak. Agar vitamin C tidak rusak, sebaiknya paprika dimasukkan ke dalam masakan pada akhir proses memasak atau dicampur dengan salad. Kandungan vitamin C bisa berkurang, bahkan hilang, jika paprika yang telah terbelah dibiarkan lama terkena udara. Hal ini terjadi karena proses oksidasi terhadap vitamin C tersebut (ESR).

APLIKASI TEKNIK PERTANIAN DALAM BUDIDAYA DAN PENANGANAN PASCA PANEN BUNGA KRISAN (Chrysanthemum sp.)

Kondisi Riil di Tingkat Petani
Bunga krisan sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor yang memberi kontribusi nyata terhadap penyerapan devisa negara. Pada tahun 2003, nilai ekspor bunga krisan mengalami surplus US $ 1 juta. Tujuan ekspor bunga krisan adalah Belanda, Hongkong, Jepang, Singapura dan Malaysia. Volume ekspor bunga krisan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Hingga akhir tahun 2009 diperkirakan nilai ekspor bunga krisan mencapai sekitar US $ 15 juta.
Sekalipun demikian sampai saat ini peluang pangsa pasar internasional bagi bunga krisan Indonesia masih terbuka lebar. Pasokan bunga krisan di pasar dunia di dominasi oleh pelaku usaha yang berasal dari Belanda, Columbia, dan Itali yang mencapai total ekspor lebih dari 60% dari nilai perdagangan dunia. Sementara negara-negara lain hanya mampu memasok sekitar 10% dari total permintaan dunia.
Upaya penyediaan bunga krisan masih mengalami berbagai kendala sejak pembibitan sampai dengan pasar. Hanya 1,5% dari total produksi krisan di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan yang lolos grade untuk ekspor. Selain itu pengurusan persyaratan ekpor juga membutuhkan waktu sampai berbulan-bulan. Pengurusan API membutuhkan waktu sampai 6 bulan, PPI, surat registrasi pabean, karantina dan lain sebagainya. Butuh waktu sampai dengan 5 bulan untuk mendapatkan lisensi varietas dari Belanda.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan melalui SKPD terkait mulai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan sebagainya. Pembinaan dilakukan sejak budidaya sampai dengan pemasaran diikuti dengan pembentukan dan penguatan kelembagaan petani mulai pembentukan kelompok tani, gabungan kelompok tani, asosiasi dan koperasi. Sebagai bukti intensifnya pembinaan yang diikuti dengan partisipasi aktif petani, pada tahun 2010 Gapoktan Duta Flora menduduki peringkat I nasional dalam lomba agribisnis, setelah menang di tingkat kabupaten dan provinsi.
Kedudukan sebagai peringkat I nasional belum menjawab permasalahan riil di lapangan. Sangat rendahnya prosentase bunga krisan yang memenuhi grade ekspor masih harus diperbaiki. Permasalahan mendasar yang terjadi di tingkat petani diantaranya belum dimilikinya perangkat budidaya berupa alat ukur iklim mikro di dalam green house seperti pengukur intensitas cahaya (lux meter), pengukur suhu (thermometer), pengukur kelembaban udara (hygrometer), electric conductivity meter, pengukur kadar karbondioksida (CO2 meter). Penggunaan alat-alat tersebut harus didukung oleh konstruksi green house yang memungkinkan manipulasi iklim mikro tersebut dilakukan. Selain itu, akibat keterbatasan alat transportasi, packaging, permodalan serta pengetahuan dan keterampilan, petani juga belum melakukan handling bunga krisan segar secara benar.
Kegagalan mengatur iklim mikro di dalam green house menyebabkan maju mundurnya waktu panen. Kondisi ini diperparah dengan belum digunakannya peralatan pasca panen yang memadai seperti box pendingin serta penggunaan kardus kombinasi B dan E diikuti oleh handling yang buruk. Hal ini sangat merugikan petani karena perkiraan waktu panen yang dijadwalkan bertepatan dengan moment tertentu, misalnya perayaan hari besar menjadi tidak tercapai. Tentu saja hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani.
Di sisi lain, teknik budidaya bunga krisan yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan masih menggunakan pestisida secara penuh. Hal ini selain meningkatkan biaya produksi, juga menyebabkan limbah tanaman tidak dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Sementara di sekitar lokasi green house terdapat sekitar 16 ribu ekor sapi perah yang membutuhkan pakan. Selain itu, daun ataupun bunga yang tidak masuk grade yang sebenarnya dapat dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku minuman, obat herbal ataupun kosmetik menjadi hanya sebagai pupuk saja yang nilai ekonomisnya lebih rendah.

Aplikasi Teknik Pertanian
Aplikasi Teknik Pertanian dimulai dari pembuatan desain bangunan pertanian yaitu greenhouse yang memenuhi syarat tumbuhnya krisan, sehingga pengkondisian temperatur, kelembaban, cahaya, CO2 dan lainnya dapat dengan mudah dilakukan. Bahan-bahan yang digunakan disesuaikan dengan kondisi di lapangan namun tetap mempertimbangkan umur greenhouse yang diinginkan dan kemudahan pengerjaannya. Greenhouse yang dibuat harus memenuhi SNI 7604 tahun 2010 tentang Bangunan pertanian – Syarat Mutu Rumah Tanaman.
Pengaturan iklim mikro di dalam greenhouse meliputi temperatur, kelembaban dan cahaya dapat menggunakan sistem sensor berbasis mikrokontroler. Sehingga setiap kondisi mendung, intensitas cahaya yang masuk greenhouse kurang dari kebutuhan maka maka lampu akan otomatis menyala, begitupun sebaliknya ketika matahari terlalu terang maka paranet, langsung menutup. Pengaturan kelembaban juga dapat secara otomatis dilakukan, jika kelembaban di dalam greenhouse lebih rendah dari syarat tumbuh tanaman pada umur tanaman tertentu maka langsung disemprot dengan uap air dingin, dengan menggunakan nozzle yang menghasilkan pengkabutan yang baik. Sedangkan jika kelembaban terlalu tinggi maka ventilasi dapat membuka otomatis. Begitupun dengan pengaturan temperatur, jika temperatur di dalam greenhouse terlalau tinggi maka ventilasi dapat diatur membuka otomatis, namun jika temperatur terlalau rendah dapat disemprotkan uang panas. Aplikasi penyemprotan uap panas juga dapat mendukung pengkondisian CO2 di dalam greenhouse, jadi asap yang dihasilkan dapat digunakan untuk fogging, karena tanaman bunga krisan membutuhkan konsentrasi CO2 yang tinggi. Perlakukan penyemprotan uanp dingin, uap panas, maupun pembuakaan ventilasi akan saling mempengaruhi kondis ruang budidaya di dalam greenhouse. Oleh karenanya penggunaan kontrol secara penuh dan pembuatan recording sangat mendukung ketepatan waktu panen dan jaminan diperolehnya harga yang baik.
Penggunaan sistem irigasi tetes (drip irrigation) untuk budidaya tanaman bunga krisan di dalam greenhouse sangat tepat. Irigasi tetes yang dirangkai dengan timer yang diprogram sangat praktis diterapkan dan mudah dioperasional, serta menghemat biaya tenaga kerja. Irigasi tetes menghemat air hingga 50% dibandingkan jika menggunakan sprinkler. Efisiensi irigasi tetes mencapai lebih dari 95% karena air langsung diteteskan ke tanaman, tidak menyebabkan erosi dan mengurangi penguapan. Bahan yang digunakan untuk irigasi tetes dapat terbuat dari pipa PVC, bambu yang dilubangi ataupun botol plastik yang dilubangi.
Penanganan pasca panen juga merupakan titik kritis agar bunga potong krisan sampai ke tangan konsumen dalam keadaan segar. Selama ini petani belum melakukan handling dengan baik, seringkali bunga dimasukkan dalam wadah yang melebihi kapasitas maksimal, dan pengangkutan tidak menggunakan cold box, hanya dikirim menggunakan pick up standart (tanpa modifikasi). Semestinya bunga potong ditempatkan dalam wadah dengan air yang ditambahkan sukrosa, agar tersedia bahan untuk respirasi, sehingga bunga tidak layu. Lebih lanjut bunga harus diangkut dalam cold box sehingga tidak terjadi transpirasi yang besar.
Kesadaran masyarakat internasional terhadap keamanan pangan dan lingkungan semakin meningkat. Dalam sistem perdagangan internasional, hal ini menjadi isu penting yang digunakan sebagai barier non tarif oleh negara-negara maju terhadap produk dari negara-negara berkembang. Oleh karena itu telah disusun konsep tentang Good Agriculture Practise (GAP) dan Standar Operational Prosedur (SOP) budidaya krisan potong dan menerapkannya secara konsisten. Penerapan GAP dan SOP menjaga (1) produktivitas tinggi secara berkesinambungan, (2) kelestarian lingkungan, (3) keamanan dan keselamatan petani, dan (4) keamanan konsumen.
Pada saat ini perlu mulai dilakukan peralihan budidaya bunga krisan ke sistem organik, agar biaya produksi dapat ditekan serta dapat dibuat produk turunan dari daun dan bunga krisan, seperti teh daun krisan, jus bunga krisan, pakan sapi dari daun krisan dan lain sebagainya. Dengan penerapan sistem budidaya organik maka nilai tambah yang diperoleh petani akan meningkat dan kelestarian lingkungan akan terjaga. Dampak lebih lanjut berupa penciptaan lapangan kerja untuk mengatasi pengangguran dan pengentasan kemiskinan. Dengan bergeraknya perekonomian di tingkat petani juga akan berkontribusi terhadap peningkatan PDRB dari sektor pertanian (ESR).

Sabtu, 23 April 2011

INTEGRITAS INTELEKTUAL


Setiap mukmin harus yakin bahwa segala sesuatu di alam semesta ini merupakan ciptaan Allah, milik Allah, dan di bawah pengawasan serta KuasaNya, termasuk intelektual. Namun dunia keilmuan sekarang seakan semakin jauh dari agama. Kenyataan dewasa ini sungguh mengenaskan karena banyak sekali ilmuwan muda yang tidak lagi menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi:
1. Kebanyakan mereka tidak mengkaji langsung ajaran Islam dari sumber aslinya, karena mereka mempelajari agama melalui acuan Barat, sedangkan ciri mereka dijelaskan Allah, dalam QS. Al Baqarah : 120 .
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela (sepanjang masa) kepada engkau (Nabi Muhammad SAW) hingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan jika engkau (Nabi Muhammad SAW) benar-benar mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan tidak lagi penolong bagimu.
2. Manusia kurang mengkaitkan antara analisa dan kajian suatu ilmu yang merupakan ibadah. Bertafakur (merenung) sesaat lebih baik dari ibadah setahun kata Rasulullah SAW.
3. Kebanyakan manusia disesatkan oleh hasil pemikirannya sendiri, karena cara berfikir lepas dari tuntunan agama. Padahal agama yang benar harus membuahkan ilmu yang berguna dan bermanfaat bagi kehidupan.
4. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menolong manusia berfikir dan berdzikir mempergunakan akal untuk merenungkan ciptaan Allah baik pada dirinya maupun pada alam semesta.
5. Orang berilmu itu harus membangun akal pikir dan dzikir demi cinta kepada Allah. Terhadap intelektual yang demikian harus ingat dan sadar, bahwa akal itu mempunyai beberapa kelemahan diantaranya:
a. Akal itu selalu berbeda dalam kemampuan dan memberi keputusan berbeda dalam menilai baik dan buruk ;
b. Akal itu selalu menjadi sasaran hawa nafsu, yang menyebabkan akal tidak berfungsi secara normal kecuali dibimbing oleh tuntunan agama yang benar;
c. Akal itu terbatas jangkauannya tidak mungkin dapat meramal masa depan sesuai dengan kehendak Allah;
d. Akal itu selalu mencampuradukkan antara yang hak dan yang bathil sehingga kemauan mausia selalu bertentangan dengan kehendak Allah.
Banyak manusia mencari penyelesaian dengan pendapat akal, tidak akan terselesaikan kalau selesai hanya bersifat sementara. Banyak hal yang tidak terpecahkan oleh otak manusia, tetapi dapat diberikan jalan keluar lewat Al-Qur’an secara tepat dan benar dijelaskan dalam QS. Al-An’am: 38
“…………….. Tiada Kami alfakan (lupakan) sesuatupun di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an atau Lauh al-Mahfuzh), kemudian kepada Tuhan Pemeliharalah mereka mereka dihimpunkan”.
Artinya: “Tidak dilewatkan semua solusi masalah kehidupan itu sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an”. Prinsip-prinsip menata kehidupan ini secara keseluruhan telah dibentangkan dalam Al-Qur’an, masalah hukum, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Sekarang mau percaya dan menerima atau tidak, kalau tidak konsekuensinya sesat setiap yang sesat di dunia dan di akherat. Dan apa saja yang dipertanyakan Al-Qur’an, siap memberikan jalan keluar secara tepat dan benar.
Kalau kita buka lembaran Al Qur’an akan menemukan ciri-ciri intelektual
1. Orang yang berilmu itu harus beriman semuanya, firman Allah dalam QS. Ali-Imran: 7
“Dia-lah (Allah) yang menurunkan al-Kitab (yakni Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad SAW). Diantara ayat-ayat-(Nya) ada yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an, dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan kepada kesesatan, maka mereka mengikuti dengan sungguh-sungguh ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah (yakni kekacauan dan kerancuan berpikir serta keraguan di kalangan orang-orang beriman) dan untuk mencari-cari (dengan sungguh-sungguh) takwil-nya (yang sesuai dengan kesesatan mereka, padahal tidak ada yang mengetahui takwil-nya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman dengannya semua dari sisi Tuhan pemelihara kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan Ulil Albab (orang-orang yang berakal bersih, murni dan cerah)”.
2. Menjadikan Al-Qur’an sebagai landasan berfikir (menarik pelajaran)
“Adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad SAW) dari Tuhan Pemelihara kamu adalah haq (mantap lagi tidak mengalami perubahan dan atau diragukan), sama dengan orang yang buta? Sesungguhnya orang yang dapat menarik pelajaran hanyalah Ulul Albab (orang-orang yang berakal bersih, murni dan cerah) sebagaimana tertuang dalam QS. Ar-Ra’d: 19.
Tidak merusak janji, takut kepada hari hisab, firman Allah:
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (secara harmonis dengan semua makhluk dan lingkungan), dan mereka (selalu) takut kepada hisab (perhitungan) yang buruk (QS. Ar-Ra’d : 21)”.
3. Selalu ingat Allah, dimanapun kita berada dan jangan sengaja melupakan-Nya, dijelaskan dalam QS. Al-Ahzab : 35.
“Sesungguhnya laki-laki muslim dan perempuan muslim, laki-laki mukmin dan perempuan mukmin, laki-laki yang taat dan perempuan yang taat, laki-laki yang benar dan perempuan yang benar, laki-laki yang penyabar dan perempuan yang benar, laki-laki yang khusyu’ dan perempuan yang khusyu’, laki-laki yang bersedekah dan perempuan yang bersedekah, laki-laki yang berpuasa dan perempuan yang berpuasa, laki-laki yang memelihara kemaluannya dan perempuan yang (juga) menjaga kehormatannya, laki-laki yang berdzikir (mengingat dan menyebut nama) Allah dan perempuan yang banyak berdzikir (mengingat dan menyebut nama Allah), Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.
4. Rasulullah SAW, mengingatkan kepada orang yang berilmu yang paling berat siksaannya di hari kiamat yang ilmunya tidak memberikan manfaat untuk mendekatkan dirinya kepada Allah.
“Sungguh orang yang paling berat siksaan di hari kiamat kelak adalah orang yang berilmu yang ilmunya tidak memberi manfaat oleh Allah bagi dirinya (HR. Ibnu Hiban dan Baihaqi dan Abu Darda).
Mengapa siksaannya berat karena orang berilmu itu dipercaya Allah. Sabda Rasulullah SAW:
“Orang yang berilmu itu adalah kepercayaan Allah di bumi” (HR. Abdil Birri dari Mu’adz).
Kalau intelektual berfikir, berbicara, berbuat dan disertai rasa takut kepada Allah, tentu imannya sempurna. Untuk itu kita menegakkan kebenaran merupakan bukti keimanan yang disertai langkah nyata. Yakinlah semua ayat Al-Qur’an itu untuk melindungi agama, akhlak, jiwa, harta dan martabat manusia. Sudah saatnya, ummat Islam, mempersenjatai diri dengan aqidah yang menyatukan kata dan perbuatan walaupun badai menerjangnya tetap tegar tanpa menyerah sebelum berhasil. Kebanyakan ummat Islam, kurang tekun menggapai sesuatu yang menyebabkan dia tidak berhasil.
Rasululloh SAW telah mengingatkan dalam sabdanya: “Semestinya apa yang dikehendaki Al-Qur’an dan Sunnah adalah untuk kemaslahatan manusia. Karena berfikir yang Qur’ani berarti: menuju kepada kesejahteraan hidup, faktor tersebut menjadi tujuan Allah, memberi kebebasan yang tidak menyimpang dari jalan-Nya. Kata kunci berfikir yang benar itu adalah untuk mendukung kebenaran Al-Qur’an (antara kebenaran wahyu dan kebenaran akal tidak berbenturan). Karena itu manusia harus menundukkan kebenaran akal di bawah kehendak Allah, kalau tidak, akal akan dikuasai oleh nafsu, pasti terjadi penyimpangan, akan mengalami kesengsaraaan dan kehancuran. Sungguh akal manusia itu memiliki keunggulan jika dimanfaatkan dengan baik. Tetapi akal itu sebagai alat untuk mencapai sesuatu, kelemahannya kerap kali berubah-ubah.
Yakinlah dimana ada kebenaran di situ ada Allah, apapun yang dikerjakan baik yang nyata maupun yang tersembunyi Allah Maha Tahu, firman-Nya:
“Dan sungguh jika kami memperlihatkan kepadamu (Nabi Muhammad SAW) sebagian dari (siksa) yang Kami janjikan kepada mereka (tentu engkau akan melihatnya), atau (jika) Kami wafatkan engkau (sebelum datangnya siksa itu), maka kepada Kami (jualah) mereka kembali, kemudian Allah menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan” (QS. Yunus : 46).
Bagaimanapun manusia menyembunyikan dan memutarbalikkan fakta, lambat atau cepat pasti kebenaran itu akan terungkap. Setiap orang punya jalan hidup yang berbeda-beda dan punya kesempatan berbeda, kesemuanya itu akan menuju kepada keyakinan yang benar. Kebanyakan orang sekarang senang jalan pintas untuk mendapatkan kedudukan, karena pikirannya sudah dikuasai oleh hawa nafsu, bukan dikendalikan oleh akal sehat. Dunia ini merupakan panggung kehidupan yang banyak menyesatkan orang. Bagi orang Islam, dunia sebagai jembatan penyeberangan ke akhirat, pendiriannya teguh, pantang menyerah dan tidak mengenal utus asa. Dan tidak seperti orang munafik, mereka selalu ragu-ragu pada kebenaran Allah (QS. At-taubah : 45).
“Sesungguhnya yang meminta izin kepadamu (untuk tidak ikut berjihad), hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguan mereka”.
Kalau orang sudah dihinggapi penyakit ragu, sukar untuk mendapatkan kepastian. Diingatkan kepada intelektual, ilmu yang diperoleh lewat akal itu adalah karunia Allah, karena itu jangan menggunakan akal untuk membohongi Allah. Di situlah pentingnya terapan ilmu tauhid dan kerelaan berkorban sebagai konsekuensi para ilmuwan, yang tidak diragukan lagi kualitasnya. Ilmuwan seperti itu selalu memperhatikan ayat Allah, QS. Shaad : 29
“(Al-Qur’an yang engkau sampaikan, wahai nabi Muhammad SAW adalah) sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh berkah supaya mereka (manusia seluruhnya) memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya Ulul Albab (orang-orang yang berakal bersih, murni dan cerah) mendapat pelajaran”.
Peranan Al-Qur’an adalah menyangkut seluruh segi kehidupan, oleh karena itu Al-Qur’an menjadi landasan dalam pengkajian dan pengembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Titik beratnya adalah pada misinya yang sudah memberikan dasar akhlak/moral yang islami dalam kaitan dengan masalah ilmu pengetahuan. Artinya tidak semua ilmu itu membawa kepada kebahagiaan bahkan mungkin sebaliknya. Bilamana orang orang yang memiliki ilmu itu tidak punya akhlak/moral Islam harus diiringi oleh akhlak/moral yang luhur bagi setiap intelektual/cendekiawan. Demikian pula dengan teknologinya, Islam mengatur teknokrat dan teknologi bahwa apa yang dicitakan haruslah dalam rangka menegakkan kalimatullah. Kalau membangun gedung, proyek industri/pertanian, jalan raya atau dalam bidang kesehatan dan lain sebagainya bukan untuk kemaksiatan, tetapi mengabdi untuk kemaslahatan masyarakat. Islam tidak bertentangan sama sekali dengan IPTEK, bahkan Islam mengembangkan IPTEK untuk kemajuan agama dan peradaban manusia (Adaptasi oleh ESR dari tulisan Admiral Manan, 2011).

Kamis, 07 April 2011

Guruku

Bertemu lagi dengan guru ngajiku jaman kuliah, Pak Admiral Manan.
Mendapat hadiah buku kumpulan tulisan beliau berjudul "Cakrawala Dakwah".
Isinya seakan ditulis khusus untuk memenuhi kebutuhan spiritualku.
Di usia beliau yang sudah 77 tahun beliau masih rajin menulis, berdakwah sampai ke luar Jawa. Namun tetap saja umur selnya seakan memberi sinyal bahwa beliau harus lebih memperhatikan kesehatan...
Meski kaki beliau sakit, tetap saja semangatnya tidak pupus untuk tetap menulis dengan mesin ketik manual,
Karena mata beliau sudah tidak kuat jika menggunakan komputer/laptop
Sesudah itu baru naskahnya dibawa ke rental...
Semangat perjuangan untuk menegakkan agama Allah tidak akan pupus karena kendala-kendala itu
Beliau bahkan merasa memiliki beban jika memikirkan tentang siapa yang bakal meneruskan dakwahnya.
Andakah insan-insan yang akan meneruskan cita-citanya?
Siapkah memegang amanah untuk mengestafetkan agamaNYA kepada generasi berikutnya?
seperti yang diharapkannya?
Guruku, di eraku sekarang ini, untuk hidup jujur saja sungguh sulit,
dianggap aneh, dijadikan bahan tertawaan,
bagaimana aku bisa membantumu menegakkan agamaNYA,
demi menjawab kekhawatiranmu?

Rabu, 23 Februari 2011

PROGRAM PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN DENGAN MENGOPTIMALKAN POTENSI TANAMAN OBAT BERBENTUK RIMPANG (KUNYIT, JAHE, TEMULAWAK)

Wilayah Kabupaten Pasuruan sangat mendukung untuk pengembangan aneka produk pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pasuruan dari tahun ke tahun relatif stabil yaitu berkisar 20%. Namun besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB tidak secara otomatis menunjukkan tingkat kesejahteraan petani, mengingat mayoritas penduduk Kabupaten Pasuruan juga bekerja pada sektor tersebut. Hal ini berimplikasi terhadap rendahnya pendapatan perkapita petani. Oleh karena itu diperlukan berbagai sentuhan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah produk sehingga pendapatan yang diperoleh petani juga akan meningkat.
Tanaman obat seperti jahe, kunyit, temulawak dan tanaman rimpang lainnya juga berkembang baik di Kabupaten Pasuruan. Luas areal penanaman juga cenderung semakin luas dengan adanya kerja sama Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) oleh Perum Perhutani. Untuk garapan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di petak 21-C saja tersedia lahan seluas 73 hektar yang belum ditanami dengan optimal. Jumlah keseluruhan lahan yang dikerjasamakan oleh perhutani mencapai 1.000 hektar. Jika lahan dibawah tegakan tersebut ditanami dengan tanaman obat-obatan berbentuk rimpang maka akan menggerakkan perekonomian di pedesaan.
Pasar jahe, kunyit, temulawak dan tanaman rimpang lainnya sangat terbuka. Sebagai gambaran, permintaan kunyit segar oleh Ciputra groups mencapai 70 ton/bulan dengan harga berkisar Rp. 1.500,-/kg. Belum lagi pasar ke industri jamu, dan konsumsi lokal untuk pewarna makanan dan jamu tradisional. Jika kunyit dijual dalam bentuk kering, maka harganya dapat mencapai Rp. 13.000/kg. Dengan biaya produksi berkisar Rp. 10 juta/mt dan hasil panen diperkirakan sebanyak 2 kg/m2 dengan asumsi total luas pematang sekitar 2.000 m2/hektar, maka hasil panen yang diperoleh berkisar = 8.000 m2 x 2 kg x Rp. 1.500,-/kg = Rp. 24 juta/hektar. Pendapatan bersih yang diperoleh petani mencapai Rp. 14 juta/hektar/MT. Sedangkan harga jual jahe emprit berkisar Rp. 8.000,-/kg; jahe merah Rp. 13.000,-/kg dan temulawak Rp. 1.600,-/kg.
Karena budidayanya masih bersifat sporadis dan tidak terkoordinir maka musim panen komoditas rimpang belum diatur agar setiap pekan/bulan terdapat tanaman yang siap panen sehingga dapat menjaga kontiyuitas pasokan bahan baku. Pada bulan 8, 9, 10 dari kecamatan Prigen saja setiap minggunya dapat mengirim sebanyak 1 truck kunyit, setara dengan 6 – 7 ton/minggu. Namun belum semua hasil produksi rimpang dilaporkan, sehingga tidak semua potensi terdeteksi oleh instansi pembina. Data yang masuk ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan produksi jahe pada bulan September 2010 tercatat sebagai berikut: Kecamatan Pasrepan 32.540 kg, Gempol 22.000 kg, Puspo 18.000 kg, Rembang 10.000 kg, Nguling 9.000 kg, Purwodadi 2.587 kg, Lumbang 1.980 kg, Kejayan 785 kg, bangil 420 kg, Purwosari 250 kg, Wonorejo 210 kg dan Winongan 143 kg.
Pengeringan hasil panen tanaman rimpang dapat dilakukan dengan penjemuran dibawah terik matahari ataupun menggunakan vacuum dryer. Namun dengan musim hujan yang tidak menentu seperti saat ini maka akan lebih maksimal hasilnya jika digunakan vacuum dryer dengan bahan bakar biogas. Biogas dapat dihasilkan dari limbah kotoran ternak dari sapi-sapi yang dimiliki petani.
Untuk mendukung upaya pengembangan ekonomi masyarakat petani tanaman obat-obatan ini diperlukan penguatan kelembagaan petani, baik itu kelompok tani maupun koperasi. Untuk itu diperlukan konsultan pendamping untuk menertibkan administrasi dan melakukan pemantapan kelembagaan.
Pengembangan tanaman obat berbentuk rimpang menjadi sangat penting jika dikaitkan dengan fakta-fakta menyangkut kesehatan. Masyarakat yang memiliki penghasilan rendah cenderung mengalami tekanan hidup yang selanjutnya dapat menyebabkan berbagai penyakit yang serius. Tekanan hidup diperkirakan dapat melemahkan kondisi imunitas tubuh sehingga menyebabkan mereka lebih mudah sakit. Mereka mengeluh nyeri kepala, nyeri tengkuk, iritasi mata, nyeri mata, tinitus, hidung tersumbat, serangan jantung, hipertensi, sesak napas dan batuk, nyeri perut, konstipasi, diare, gangguan fungsi hati dan empedu, dimenore, gangguan prostat dan kandung kemih, nyeri punggung, nyeri otot dan sendi, impotensi, sulit tidur, depresi dan lain-lain. Pada prinsipnya, semua organ tubuh dapat menderita akibat tekanan hidup (Gendo, 2006). Fakta lain menunjukkan bahwa pada saat ini trend penyakit diabetes melitus (DM) atau yang lebih dikenal sebagai penyakit gula cenderung meningkat. Penyebab DM yang terbesar adalah stress. Dengan perubahan jaman yang semakin cepat, orang menjadi lebih mudah stress. Setelah mengidap DM orang akan cenderung lebih stress. Sementara obat-obatan yang dikonsumsi untuk menyembuhkan berbagai penyakit tersebut memiliki efek samping terhadap liver (hati). Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk menguatkan liver. Temulawak sangat baik untuk kepentingan tersebut.
Lebih jauh menganalisis tentang siapa saja yang memiliki resiko mengidap penyakit Diabetes Melitus (DM) maka posisi temulawak menjadi semakin penting. Berikut adalah orang-orang yang memiliki potensi mengidap DM, antara lain:
• Mereka yang kedua orang tuanya, salah satu orangtuanya, atau salah satu saudaranya menderita DM;
• Mereka yang salah satu anggota keluarga (kakek/nenek, paman/bibi, keponakan, sepupu) menderita DM;
• Ibu yang pernah melahirkan bayi dengan berat melebihi 4 kg;
• Mereka yang pada pemeriksaan pernah memiliki kadar gula darah melebihi 160mg%;
• Mereka yang menderita penyakit liver (hati) yang kronis atau agak berat;
• Mereka yang terlalu lama minum obat-obatan, mendapat suntikan atau minum tablet golongan kortikosteroid;
• Mereka yang terinfeksi virus tertentu. Misalnya virus Morbili, virus yang menyerang kelenjar ludah seperti virus pada penyakit gondongen.
Untuk lebih memasyarakatkan penggunaan jahe, kunyit dan temulawak dalam pengobatan sehari-hari di masyarakat, maka diperlukan pendidikan dan pelatihan tentang manfaat komoditas tersebut dan cara pengolahan serta konsumsi yang benar sehingga manfaat yang dirasakan semakin besar. Dengan menyiapkan obat-obatan sendiri di tingkat rumah tangga, maka biaya hidup yang diperlukan akan semakin kecil. Sehingga pengembangan tanaman obat-obatan seperti jahe, kunyit dan temulawak mempunyai double manfaat yaitu untuk kesehatan dan kesejahteraan.
Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam mendukung Program Pengembangan Ekonomi pedesaan dengan mengoptimalkan Tanaman Rimpang, antara lain:
1. Sosialisasi Program Pengembangan Ekonomi pedesaan dengan mengoptimalkan Tanaman Rimpang;
2. Penyuluhan teknis budidaya tanaman obat-obatan berbentuk rimpang;
3. Pendidikan dan pelatihan penanganan pasca panen dan pengolahan hasil rimpang, pengemasan, penyimpanan, distribusi dan pemasaran;
4. Pendidikan dan pelatihan tentang arti penting jahe, kunyit dan temulawak bagi kesehatan serta cara penyiapan, penyimpanan dan konsumsi yang benar;
5. Pembuatan data base tanaman rimpang meliputi luas areal budidaya, pasokan bibit, produksi, pengolahan dan pasar;
6. Penguatan kelembagaan kelompok melalui penyediaan jasa konsultan pendamping;
7. Fasilitasi pembangunan jaringan kemitraan petani dengan penyedia bibit dan pasar;
8. Promosi.

Disarikan oleh ESR dari data primer dan sekunder.

Minggu, 02 Januari 2011

RADIKAL-RADIKAL BEBAS (FREE RADICALS)

Pendahuluan
Radikal-radikal bebas merupakan molekul-molekul yang memiliki sebuah elektron yang tidak berpasangan. Radikal-radikal bebas dihasilkan oleh matabolisme normal sehingga akan selalu menyertai hidup kita. Radikal-radikal bebas akan menyebabkan kerusakan ketika dihasilkan secara berlebihan. Tugas penting radikal-radikal bebas adalah menghasilkan energi dari makanan yang kita makan. Setiap kali kita makan, aktivitas radikal bebas akan menjadi lebih intens. Radikal-radikal bebas mempercepat penuaan kulit, beberapa jenis kanker dan lainnya.

Radikal-radikal bebas bersifat sangat reaktif, strukturnya tidak stabil sehingga mampu untuk merusak sebuah enzyme, molekul protein atau sebuah sel yang lengkap dengan mencuri sebuah elektron dari sel-sel sehat. Apa artinya? Hal ini menyebabkan sebuah reaksi rantai yang memiliki efek domino (domino effect). Mereka dengan cepat menjadi tidak terkontrol serta memicu kerusakan organ-organ dan bagian-bagian lain dari tubuh termasuk otak dan sistem syaraf.

Antioksidan
Ahli nutrisi menyarankan kita untuk lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran karena mengandung antioksidan. Antioksidan-antioksidan yang sangat efektif antara lain vitamin A, C dan E serta mineral-mineral seperti selenium dan zinc. Buah-buahan dan sayur-sayuran seperti wortel, jeruk, apel, anggur, kecambah, tanaman lidah buaya cukup baik untuk menetralkan radikal-radikal bebas.

Makanan merupakan sumber energi bagi tubuh. Oleh karena itu jika kita ingin memaksimalkan operasi dari semua sistem-sistem metabolisme, kita perlu mengkonsumsi makanan-makanan dengan kualitas terbaik yang mengandung vitamin, mineral, protein, lemak dan karbohidrat. Makanan juga dapat menyediakan antioksidan ---sebuah tim pertahanan molekuler---, dimana tidak seorang pun mampu melakukan tanpanya. Tetapi tetap harus diingat bahwa kita tidak dapat mendapatkan semua unsur gizi yang penting untuk kesehatan yang optimal hanya dari apa yang kita makan. Suplemen-suplemen juga sangat penting, penelitian terbaru banyak menyajikan bukti nyata yang mendukung hal itu. Penting juga untuk tidak memakan sesuatu yang salah, minimal tidak terlalu sering. Makanan-makanan seperti refined sugar, white flour, margarine, rancid or hydrogenated oils tidak baik untuk dikonsumsi di setiap kesempatan (terlalu sering). Mereka menghasilkan kalori, tetapi mereka kurang baik dalam menjaga kesehatan tubuh.

Memakan sesuatu dalam jumlah yang besar merupakan langkah yang merusak diri sendiri karena dapat menyebabkan obesitas. Karbohidrat seperti nasi, roti, mie, kue, biskuit, kentang dan lain sebagainya banyak mengandung karbohidrat. Ketika kita memakan karbohidrat, kita memakan beberapa bentuk gula karena karbohidrat dimodifikasi oleh tubuh menjadi glukosa, bentuk yang segera dapat digunakan sebagai energi. Jika konsumsi karbohidrat berlebihan, maka tubuh akan mengumpulkan kelebihan karbohidrat ke dalam sel-sel lemak. Hal inilah yang menyebabkan kelebihan berat (overweight), bahkan menjadi obesitas dari tahun ke tahun. Dengan mengurangi asupan karbohidrat, mengontrol porsi makan serta bergaya hidup aktif, kita akan menurunkan resiko tubuh dari semua aktivitas radikal-radikal bebas.

Makanan yang Digoreng
Selain itu perlu juga untuk memperhitungkan proses pengolahan makanan yang digunakan. Terdapat kesadaran di antara konsumen tentang efek penyakit dari mengkonsumsi makanan-makanan yang digoreng. Ada berbagai artikel yang menghujat proses deep frying sebagai cara pengolahan yang sangat tidak sehat. Pertanyaannya, apa yang terjadi selama proses penggorengan yang membuat hal itu lebih buruk dibandingkan dengan proses lain seperti pemanggangan, perebusan, penumisan, penggorengan yang bergerak dan pembakaran dan sebagainya? Telah dilakukan studi di Drexel University untuk menentukan proses pengolahan yang menghasilkan jumlah kandungan lemak terbesar di dalam makanan. Proses-proses yang diuji adalah pemanggangan, penumisan dan deep frying. Tidak mengherankan bahwa proses pemanggangan menghasilkan jumlah lemak terkecil, sementara proses deep frying menghasilkan jumlah lemak yang terbanyak. Hal ini akan lebih buruk ketika kita menggoreng makanan dengan membungkusnya dengan adonan disekelilingnya, karena adonan tersebut cenderung menyerap minyak (cooking fats).

Kebanyakan rumah makan cenderung menggoreng makanan di dalam butter, margarine atau hidrogenated vegetable oils yang mengandung trans-fat. Menggoreng makanan di dalam butter cenderung meningkatkan kandungan lemak-lemak jenuh (saturated fats) di dalam makanan. Sebagai contoh, jika kita menggoreng dada ayam di dalam butter, otomatis kita menambahkan lemak-lemak jenuh yang telah ada di dalam ayam. Karena butter kaya dengan lemak-lemak jenuh, lebih baik kita menggunakannya dengan tidak berlebihan. Kentang goreng seringkali diolah menggunakan hidrogenated vegetable oils otomatis dia diikat dengan trans-fats yang memicu isu-isu kesehatan seperti kanker.

Makanan-makanan yang digoreng di dalam vegetable oils seperti jagung, bunga matahari, kedelai dan canola juga ditemukan menjadi tidak sesuai karena minyak-minyak ini rentan terhadap kerusakan akibat panas selama proses penggorengan. Polysaturated fat chains yang terkandung di dalam minyak-minyak ini cenderung menjadi tengik ketika terkena panas tinggi dan dapat menghasilkan radikal-rasikal bebas di dalam tubuh, menyebabkan inflammation dan reaksi-reaksi tidak sehat lainnya.

Makanan-makanan yang digoreng tidak baik bagi yang ingin menurunkan berat badan. Proses penggorengan akan meningkatkan kalori akibat penambahan kadar lemaknya. Memakan makanan-makanan yang digoreng dalam penggorengan yang bergerak, direbus ataupun dipanggang akan lebih sehat karena hanya sedikit panas yang memicu kerusakan dan tidak ada peningkatan kandungan lemak/kalori secara nyata (ESR).

Disarikan dari berbagai sumber

Sabtu, 01 Januari 2011

PENANGANAN PASCA PANEN PISANG

Tanaman pisang dapat tumbuh di seluruh wilayah di Indonesia. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap petani menanam pisang, meskipun hanya di pekarangan. Namun di beberapa daerah pisang telah dibudidayakan secara perkebunan. Buah pisang juga sangat melekat dengan budaya bangsa Indonesia. Hal ini terbukti bahwa di setiap tahapan proses kehidupan sejak kelahiran bayi, pernikahan sampai dengan kematian serta dalam setiap acara keluarga ataupun rapat, dapat ditemukan pisang dalam segala bentuknya.

Memilih pisang sebagai bagian dari kehidupan tidaklah salah, mengingat pisang merupakan sumber nutrisi yang cukup baik bagi segala umur. Pisang merupakan sumber vitamin, mineral dan karbohidrat. Pisang dapat disajikan sebagai buah pisang masak tanpa diolah (segar) ataupun dalam bentuk olahan. Olahan pisang dapat dibuat dari pisang yang belum masak maupun pisang yang sudah masak. Makanan seperti keripik dan tepung pisang diolah dari pisang mentah yang sudah tua. Sementara makanan seperti jus, dodol, gethuk, selai, ledre, sale, sari buah, makanan bayi dan sebagainya. Selain itu dari limbah kulit buah pisang dapat dihasilkan pektin melalui metode ekstraksi menggunakan pelarut asam klorida ataupun asam asetat.

Tujuan pengolahan buah pisang adalah meningkatkan manfaat, memperpanjang umur simpan serta mengoptimalkan pendapatan petani dan pelaku industri. Pada saat ini pengolahan pisang kebanyakan masih dilakukan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). Hal ini salah satunya disebabkan oleh sulitnya memperoleh bahan baku yang seragam, baik varietas maupun tingkat kematangan, dalam skala pabrik secara kontinyu (terus-menerus). Perlu diingat bahwa varietas pisang yang ditanam oleh masyarakat sangat beragam. Selain itu, belum banyak dikembangkan pola kemitraan dalam budidaya pisang antara petani dan pelaku industri. Pengusaha dengan skala pabrikan dan peralatan yang berkapasitas besar akan melakukan inefisiensi biaya proses jika peralatan tersebut tidak dioperasikan dalam kapasitas yang optimal. Namun kondisi ini justru dapat dimanfaatkan oleh UKM. Dengan skala usaha yang kecil dan peralatan yang sederhana, UKM justru dapat menghasilkan varian produk yang bermacam-macam. Dengan begitu, pasar yang dapat dibidik oleh UKM spektrumnya semakin luas. Mengingat setiap jenis pisang memiliki keunggulan tersendiri, misal pisang kepok dan candi lebih enak dijadikan pisang goreng, pisang ambon lebih enak disajikan sebagai buah segar dan seterusnya.

Untuk menghasilkan produk yang bagus diperlukan bahan baku yang bagus pula. Namun bahan baku yang bagus tanpa diikuti dengan proses yang tepat juga tidak akan menghasilkan produk yang terbaik. Hal-hal yang harus diperhatikan sejak awal diantaranya:
1. Pisang dipanen pada saat sudah mencapai tingkat kemasakan yang optimal;
2. Pengangkutan dari lahan sampai dengan tempat pengolahan dilakukan dengan hati-hati agar pisang tidak memar karena dapat memicu pembusukan;
3. Sortasi pisang berdasar varietas dan tingkat kemasakannya;
4. Menyiapkan peralatan yang diperlukan serta bahan tambahan makanan yang aman untuk pangan;
5. Menjaga agar proses pengolahan berjalan sesuai prosedur;
6. Mengemas produk menggunakan bahan kemasan yang aman dengan desain yang menarik konsumen dan tidak lupa mencantumkan merek, komposisi, alamat usaha disertai nomor telpon, serta tanggal kadaluwarsa.
7. Melengkapi perijinannya, jika sudah ada nomor P-IRT, dicantumkan di kemasan juga.

Usaha pengolahan pisang dalam skala UKM cocok untuk dilakukan oleh ibu rumah tangga. Pekerjaannya dapat dilakukan setelah mengurus rumah sambil menunggu buah hatinya pulang sekolah. Pemasarannya dapat dititipkan di kantin sekolah, warung, ataupun membayar sales. Dengan membuka usaha pengolahan pisang, seorang ibu rumah tangga dapat menambah penghasilan keluarga serta menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Dampaknya secara makro adalah tumbuhnya perekonomian di tingkat pedesaan (ESR).