Rabu, 23 Februari 2011

PROGRAM PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN DENGAN MENGOPTIMALKAN POTENSI TANAMAN OBAT BERBENTUK RIMPANG (KUNYIT, JAHE, TEMULAWAK)

Wilayah Kabupaten Pasuruan sangat mendukung untuk pengembangan aneka produk pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pasuruan dari tahun ke tahun relatif stabil yaitu berkisar 20%. Namun besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB tidak secara otomatis menunjukkan tingkat kesejahteraan petani, mengingat mayoritas penduduk Kabupaten Pasuruan juga bekerja pada sektor tersebut. Hal ini berimplikasi terhadap rendahnya pendapatan perkapita petani. Oleh karena itu diperlukan berbagai sentuhan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah produk sehingga pendapatan yang diperoleh petani juga akan meningkat.
Tanaman obat seperti jahe, kunyit, temulawak dan tanaman rimpang lainnya juga berkembang baik di Kabupaten Pasuruan. Luas areal penanaman juga cenderung semakin luas dengan adanya kerja sama Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) oleh Perum Perhutani. Untuk garapan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di petak 21-C saja tersedia lahan seluas 73 hektar yang belum ditanami dengan optimal. Jumlah keseluruhan lahan yang dikerjasamakan oleh perhutani mencapai 1.000 hektar. Jika lahan dibawah tegakan tersebut ditanami dengan tanaman obat-obatan berbentuk rimpang maka akan menggerakkan perekonomian di pedesaan.
Pasar jahe, kunyit, temulawak dan tanaman rimpang lainnya sangat terbuka. Sebagai gambaran, permintaan kunyit segar oleh Ciputra groups mencapai 70 ton/bulan dengan harga berkisar Rp. 1.500,-/kg. Belum lagi pasar ke industri jamu, dan konsumsi lokal untuk pewarna makanan dan jamu tradisional. Jika kunyit dijual dalam bentuk kering, maka harganya dapat mencapai Rp. 13.000/kg. Dengan biaya produksi berkisar Rp. 10 juta/mt dan hasil panen diperkirakan sebanyak 2 kg/m2 dengan asumsi total luas pematang sekitar 2.000 m2/hektar, maka hasil panen yang diperoleh berkisar = 8.000 m2 x 2 kg x Rp. 1.500,-/kg = Rp. 24 juta/hektar. Pendapatan bersih yang diperoleh petani mencapai Rp. 14 juta/hektar/MT. Sedangkan harga jual jahe emprit berkisar Rp. 8.000,-/kg; jahe merah Rp. 13.000,-/kg dan temulawak Rp. 1.600,-/kg.
Karena budidayanya masih bersifat sporadis dan tidak terkoordinir maka musim panen komoditas rimpang belum diatur agar setiap pekan/bulan terdapat tanaman yang siap panen sehingga dapat menjaga kontiyuitas pasokan bahan baku. Pada bulan 8, 9, 10 dari kecamatan Prigen saja setiap minggunya dapat mengirim sebanyak 1 truck kunyit, setara dengan 6 – 7 ton/minggu. Namun belum semua hasil produksi rimpang dilaporkan, sehingga tidak semua potensi terdeteksi oleh instansi pembina. Data yang masuk ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan produksi jahe pada bulan September 2010 tercatat sebagai berikut: Kecamatan Pasrepan 32.540 kg, Gempol 22.000 kg, Puspo 18.000 kg, Rembang 10.000 kg, Nguling 9.000 kg, Purwodadi 2.587 kg, Lumbang 1.980 kg, Kejayan 785 kg, bangil 420 kg, Purwosari 250 kg, Wonorejo 210 kg dan Winongan 143 kg.
Pengeringan hasil panen tanaman rimpang dapat dilakukan dengan penjemuran dibawah terik matahari ataupun menggunakan vacuum dryer. Namun dengan musim hujan yang tidak menentu seperti saat ini maka akan lebih maksimal hasilnya jika digunakan vacuum dryer dengan bahan bakar biogas. Biogas dapat dihasilkan dari limbah kotoran ternak dari sapi-sapi yang dimiliki petani.
Untuk mendukung upaya pengembangan ekonomi masyarakat petani tanaman obat-obatan ini diperlukan penguatan kelembagaan petani, baik itu kelompok tani maupun koperasi. Untuk itu diperlukan konsultan pendamping untuk menertibkan administrasi dan melakukan pemantapan kelembagaan.
Pengembangan tanaman obat berbentuk rimpang menjadi sangat penting jika dikaitkan dengan fakta-fakta menyangkut kesehatan. Masyarakat yang memiliki penghasilan rendah cenderung mengalami tekanan hidup yang selanjutnya dapat menyebabkan berbagai penyakit yang serius. Tekanan hidup diperkirakan dapat melemahkan kondisi imunitas tubuh sehingga menyebabkan mereka lebih mudah sakit. Mereka mengeluh nyeri kepala, nyeri tengkuk, iritasi mata, nyeri mata, tinitus, hidung tersumbat, serangan jantung, hipertensi, sesak napas dan batuk, nyeri perut, konstipasi, diare, gangguan fungsi hati dan empedu, dimenore, gangguan prostat dan kandung kemih, nyeri punggung, nyeri otot dan sendi, impotensi, sulit tidur, depresi dan lain-lain. Pada prinsipnya, semua organ tubuh dapat menderita akibat tekanan hidup (Gendo, 2006). Fakta lain menunjukkan bahwa pada saat ini trend penyakit diabetes melitus (DM) atau yang lebih dikenal sebagai penyakit gula cenderung meningkat. Penyebab DM yang terbesar adalah stress. Dengan perubahan jaman yang semakin cepat, orang menjadi lebih mudah stress. Setelah mengidap DM orang akan cenderung lebih stress. Sementara obat-obatan yang dikonsumsi untuk menyembuhkan berbagai penyakit tersebut memiliki efek samping terhadap liver (hati). Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk menguatkan liver. Temulawak sangat baik untuk kepentingan tersebut.
Lebih jauh menganalisis tentang siapa saja yang memiliki resiko mengidap penyakit Diabetes Melitus (DM) maka posisi temulawak menjadi semakin penting. Berikut adalah orang-orang yang memiliki potensi mengidap DM, antara lain:
• Mereka yang kedua orang tuanya, salah satu orangtuanya, atau salah satu saudaranya menderita DM;
• Mereka yang salah satu anggota keluarga (kakek/nenek, paman/bibi, keponakan, sepupu) menderita DM;
• Ibu yang pernah melahirkan bayi dengan berat melebihi 4 kg;
• Mereka yang pada pemeriksaan pernah memiliki kadar gula darah melebihi 160mg%;
• Mereka yang menderita penyakit liver (hati) yang kronis atau agak berat;
• Mereka yang terlalu lama minum obat-obatan, mendapat suntikan atau minum tablet golongan kortikosteroid;
• Mereka yang terinfeksi virus tertentu. Misalnya virus Morbili, virus yang menyerang kelenjar ludah seperti virus pada penyakit gondongen.
Untuk lebih memasyarakatkan penggunaan jahe, kunyit dan temulawak dalam pengobatan sehari-hari di masyarakat, maka diperlukan pendidikan dan pelatihan tentang manfaat komoditas tersebut dan cara pengolahan serta konsumsi yang benar sehingga manfaat yang dirasakan semakin besar. Dengan menyiapkan obat-obatan sendiri di tingkat rumah tangga, maka biaya hidup yang diperlukan akan semakin kecil. Sehingga pengembangan tanaman obat-obatan seperti jahe, kunyit dan temulawak mempunyai double manfaat yaitu untuk kesehatan dan kesejahteraan.
Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam mendukung Program Pengembangan Ekonomi pedesaan dengan mengoptimalkan Tanaman Rimpang, antara lain:
1. Sosialisasi Program Pengembangan Ekonomi pedesaan dengan mengoptimalkan Tanaman Rimpang;
2. Penyuluhan teknis budidaya tanaman obat-obatan berbentuk rimpang;
3. Pendidikan dan pelatihan penanganan pasca panen dan pengolahan hasil rimpang, pengemasan, penyimpanan, distribusi dan pemasaran;
4. Pendidikan dan pelatihan tentang arti penting jahe, kunyit dan temulawak bagi kesehatan serta cara penyiapan, penyimpanan dan konsumsi yang benar;
5. Pembuatan data base tanaman rimpang meliputi luas areal budidaya, pasokan bibit, produksi, pengolahan dan pasar;
6. Penguatan kelembagaan kelompok melalui penyediaan jasa konsultan pendamping;
7. Fasilitasi pembangunan jaringan kemitraan petani dengan penyedia bibit dan pasar;
8. Promosi.

Disarikan oleh ESR dari data primer dan sekunder.