Pendahuluan
Lele merupakan jenis ikan yang
berdaging empuk, tidak banyak duri, rasanya gurih dan dapat diolah menjadi
aneka jenis masakan. Lele sangat mudah
dibudidayakan di tingkat rumah tangga, dengan memanfaatkan sedikit pekarangan,
di halaman belakang rumah atau dibawah gazebo sekalipun tetap memungkinkan. Memelihara lele di tingkat rumah tangga
sangat menguntungkan karena pemeliharaannya mudah. Lele juga lebih mudah dan cepat diolah
sehingga kita dapat menyajikan masakan yang fresh ketika mendadak kedatangan tamu. Selain itu lele menjadi salah satu alternatif
sumber protein hewani bagi tubuh.
Sementara harga daging sapi menembus harga Rp 100 ribu/kg, maka lele
yang berkisar Rp 14 ribu/kg lebih terjangkau bagi banyak kalangan.
Komposisi
Komposisi daging lele per 100 gram
berat adalah sebagai berikut: 14,53 gram lemak yang terdiri atas lemak jenuh
3,246 gram, lemak tak jenuh ganda 3,673 gram, lemak tak jenuh tunggal
6,482 gram, kolesterol 69 mili gram; protein 17,57 gram; karbohidrat 8,54 gram;
sodium 398 miligram; dan kalium 326 mili gram.
Minapolitan
Lele
Pada saat ini telah banyak
dikembangkan lele dalam skala yang sangat besar dalam suatu kawasan Minapolitan
(Kota Perikanan). Di kawasan Minapolitan
terdapat Pusat Pengelola Minapolitan didukung beberapa hinterland. Minapolitan lele seperti halnya di Kabupaten
Boyolali terbukti mampu menggerakkan ekonomi di tingkat pedesaan, meskipun
kabupaten tersebut masih mendatangkan bibit dari Kabupaten Kediri. Di kawasan ini mencakup 3 hal penting
menyangkut lele yaitu produksi, pengolahan dan pemasaran.
Dalam hal produksi, pembudidaya
lele bekerja sama dengan penyedia bibit unggul untuk menjamin diperolehnya
hasil yang memuaskan. Selain itu juga
dilakukan penjadwalan tebar benih untuk menjamin kontinyuitas produksi dalam
satu kawasan. Dalam kawasan yang terdiri
dari 2.000 unit kolam ukuran 5x12 m2 bisa dihasilkan 10-15 ton lele
per hari.
Pengolahan lele sangat bervariatif
seperti abon lele, keripik lele, kerupuk tulang dan kulit lele dengan teknologi
yang sangat sederhana sehingga mudah dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga. Daging lele juga dapat dijadikan bahan
fortifikasi protein dalam biskuit atau makanan bagi balita. Hasil olahan lele yang berminyak kemudian
dimasukkan ke pengatus minyak agar produk tidak mudah tengik. Dengan desain kemasan yang sangat menarik dan
menggunakan bahan-bahan kemasan yang food
grade maka olahan lele dapat dipasarkan ke berbagai daerah sebagai
oleh-oleh khas dari suatu wilayah.
Produk lele di pasaran dapat
dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu segar dan olahan. Pembedaan ini menentukan teknik
pemasarannya. Lele segar banyak dijual
ke kota pelajar, tempat banyak perguruan tinggi berada seperti Yogjakarta dan
Malang. Setiap harinya tidak kurang dari
10 ton lele dari Boyolali dikirim ke Yogjakarta untuk para penjual lalapan
lele. Sedangkan lele olahan lebih tepat
dipasarkan melalui pusat oleh-oleh di berbagai kota termasuk di bandara,
terminal dan stasiun. Yang tidak kalah
pentingnya adalah keberadaan resto serba lele di kawasan Minapolitan, sehingga
pengunjung dapat langsung membuktikan kelezatan lele yang dihasilkan oleh
kawasan tersebut. Dengan membuka peluang
kunjungan lapang bagi setiap pengunjung resto ke tempat budidaya dan pengolahan
maka akan dicetak pecinta-pecinta kuliner lele dengan brand yang dibangun di
kawasan minapolitan, karena mereka menjadi yakin bahwa lele yang dihasilkan
oleh kawasan tersebut aman dikonsumsi.
Hal ini dapat mengantisipasi ketakutan konsumen untuk mengkonsumsi
produk ikan karena banyak produsen yang menggunakan bahan tambahan non pangan
dalam produk mereka, seperti obat nyamuk dan formalin.
Penutup
Dalam suatu kawasan Minapolitan maka
diberlakukan sistem klaster (cluster), jadi stakeholders yang ada bekerja dalam
kelompok-kelompok penyedia bibit, penyedia saprodi, pembudidaya, pengolahan,
dan pemasaran. Setiap kelompok bekerja
secara sinergis sehingga saling melengkapi dan menguatkan. Dengan demikian tidak ada tengkulak yang
dapat mempermainkan harga beli. Secara
ekonomi mereka bertumbuh menjadi semakin besar.
Jika lele segar laku di pasaran dengan harga Rp. 14 ribu/kg maka
pembudidaya telah memperoleh margin keuntungan Rp. 5 ribu/kg karena biaya produksi berkisar pada
angka Rp. 9 ribu/kg (ESR).