Minggu, 15 Mei 2011

PAPRIKA (Capsicum annuum L. ): KENDALA PENGEMBANGAN, MANFAAT DAN PENANGANAN PASCA PANEN

Pendahuluan
Paprika (Capsicum annuum L.) merupakan jenis sayuran yang berbentuk buah dengan warna hijau, kuning dan merah yang sangat bergizi dan seringkali dijadikan campuran salad, pizza dan aneka jenis hidangan. Tanaman paprika sangat cocok dibudidayakan di daerah Nongkojajar Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan. Syarat tumbuh tanaman paprika, media tanam berupa arang sekam (dalam polybag), ketinggian tempat di atas 900 m dpl, iklim basah, curah hujan 1000 – 1500 mm/th.
Potensi luas panen tanaman paprika yang ada di Kabupaten Pasuruan sampai dengan tahun 2009, mencapai 90.000 m² (9 ha), dari luas budidaya tanaman tersebut produksi yang dihasilkan 1.870 kw, dengan produktivitas 208,11 kw/ha. Masa panen mencapai puncak pada bulan Oktober-Desember.
Produksi paprika dari Kabupaten Pasuruan dijual/dipasarkan di dalam wilayah Kabupaten Pasuruan dan di luar wilayah Kabupaten Pasuruan (Surabaya, Bali dan Jakarta ) dengan harga jual berkisar antara Rp. 15.000 s/d Rp. 17.000 di tingkat petani.

Kendala Pengembangan
Kendala yang dihadapi petani paprika di Kabupaten Pasuruan antara lain, jauhnya sumber air dengan lokasi kumbung (green house), minimnya sarana produksi dan pasca panen yang dimiliki. Secara detail permasalahan tersebut antara lain:
1. Perlunya pipanisasi air dari sumber sampai ke green house;
2. Ketersediaan benih, karena selama ini masih introduksi;
3. Minimnya perlengkapan green house seperti irigasi tetes (drip irrigation), bambu-bambu dan tali-tali;
4. Keranjang panen yang sesuai untuk paprika;
5. Packaging yang belum memadai;
6. Labelling produk.

Petani paprika di Kabupaten Pasuruan telah membentuk kelompok tani yang bernama Kelompok Paprika Senda. Pada awal tahun 2011 kelompok ini sedang mengikuti Lomba Agribisnis, dan telah dinyatakan menang di tingkat Kabupaten Pasuruan, ditindaklanjuti dengan keikutsertaan lomba di tingkat Provinsi Jawa Timur. Jika menang di tingkat provinsi, kelompok ini akan secara otomatis mewakili Jawa Timur ke tingkat nasional.
Setiap tahunnya Pemerintah Kabupaten Pasuruan mengalokasikan dana sekitar Rp. 200 juta untuk memperbaiki sarana prasarana dalam budidaya tanaman hortikultura. Namun hal itu belum mampu menjawab berbagai tantangan yang timbul dalam mengembangkan tanaman paprika dan memberikan jaminan mutu (kualitas), kuantitas dan kontinyuitas produksi. Oleh karena itu diperlukan dukungan dana dari APBN terutama untuk pipanisasi air untuk kepentingan budidaya yang harus diambil dari sumber yang berjarak sekitar 3 km. Pengadaan peralatan untuk grading dan sortasi juga perlu dilakukan diikuti dengan paket teknologi pengolahan paprika menjadi produk lanjutannnya seperti saus paprika ataupun manisan paprika untuk mengolah paprika yang tidak masuk dalam grade yang diminta oleh pasar.

Manfaat Zat Gizi Dalam Paprika
Mengkonsumsi paprika sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan. untuk meningkatkan imunitas tubuh, mencegah sakit mata, mencegah kanker dan meningkatkan jumlah sperma karena mengandung asam askorbat (vitamin C), karoten, serat, likopen, vitamin B dan mineral-mineral penting seperti kalsium, zat besi dan fosfor.
Kandungan vitamin C paprika lebih tinggi dari jeruk dan setiap 100 gram paprika merah mengandung 190 mg vitamin C, tertinggi di antara jenis paprika lainnya. Vitamin C dibutuhkan tubuh dalam pembuatan kolagen (protein berserat yang membentuk jaringan ikat pada tulang), pengangkut lemak, pengangkut elektron dari berbagai reaksi enzimatik, pemacu gusi yang sehat, pengatur tingkat kolesterol, serta pemacu imunitas. Selain itu, vitamin C sangat diperlukan tubuh untuk penyembuhan luka dan meningkatkan fungsi otak agar dapat bekerja maksimal. Kebutuhan tubuh akan vitamin C sebesar 75 mg per hari untuk wanita dewasa dan 90 mg per hari untuk pria dewasa.
Paprika merah mengandung 3.131 IU vitamin A, tertinggi dibandingakan jenis paprika lainnya. Vitamin A sangat diperlukan tubuh untuk mencegah penyakit mata, pertumbuhan sel, sistem kekebalan tubuh, reproduksi, serta menjaga kesehatan kulit. β-karoten yang terkandung di dalam paprika bekerja sebagai antioksidan karena sanggup menstabilkan radikal berinti karbon. Karena β-karoten efektif pada konsentrasi rendah oksigen, maka dapat melengkapi sifat antioksidan vitamin E yang efektif pada konsentrasi tinggi oksigen. β-karoten juga dikenal sebagai unsur pencegah kanker, khususnya kanker kulit dan paru. β-karoten dapat menjangkau lebih banyak bagian-bagian tubuh dalam waktu relatif lebih lama dibandingkan vitamin A, sehingga memberikan perlindungan lebih optimal terhadap munculnya kanker. Sebagian besar kandungan β-karoten paprika terkonsentrasi pada bagian di dekat kulit. Sama seperti sayuran lainnya, semakin tua warna paprika, β-karoten yang terkandung di dalamnya semakin banyak.
Kandungan vitamin B6 pada paprika termasuk kategori excellent karena tingkat densitasnya tinggi. Vitamin B6 penting bagi otak untuk berfungsi normal, membantu membentuk protein, hormon, dan sel darah merah. Kandungan vitamin B6 dan asam folat pada paprika sangat baik untuk mencegah arterosklerosis dan diabetes. Kedua jenis vitamin tersebut sangat diperlukan tubuh untuk mereduksi kadar homosistein yang dihasilkan dari siklus metilasi di dalam tubuh. Homosistein sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat mengganggu sirkulasi darah dan memicu penyakit jantung dan stroke.
Paprika juga kaya akan serat yang berfungsi membantu menekan angka kolesterol di dalam tubuh dan mencegah terjadinya kanker kolon. Serat membuat makanan di dalam usus tidak padat sehingga membantu proses pencernaan.
Pada paprika merah, terdapat likopen yang cukup tinggi. Likopen merupakan pigmen karotenoid yang membawa warna merah. Pigmen ini termasuk ke dalam golongan senyawa fitokimia yang mudah ditemui pada buah-buahan yang berwarna merah seperti paprika. Likopen dikenal dengan berbagai manfaat seperti anti kanker prostat, kanker esofagal pada laki-laki, kanker rahim juga dapat mengatasi kanker lambung yang disebabkan infeksi Helicobacter pylori. Likopen sangat bermanfaat untuk menghambat oksidasi yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Likopen dapat menghambat pembentukan N-nitrosamins yang dapat menyebabkan kanker perut. Struktur likopen sangat berpotensi sebagai antioksidan. Sebuah penelitian yang dilakukan di India terhadap 30 pasangan tidak subur membuktikan bahwa konsumsi likopen sebanyak 20 mg selama 3 bulan terus-menerus dapat meningkatkan jumlah sperma sebanyak 67%, memperbaiki struktur sperma sebanyak 63%, dan menaikkan kecepatan sperma sebanyak 73%. Likopen dapat mempertahankan fungsi mental dan fisik para lansia. Setelah masuk ke dalam aliran darah, likopen akan menangkap radikal bebas pada sel-sel tua dan memperbaiki sel-sel yang telah mengalami kerusakan.

Penanganan Pasca Panen
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam penanganan pasca panen paprika.
1. Paprika ditempatkan dalam keranjang yang tidak menyebabkan memar.
2. Dilakukan grading sesuai ukuran, menurut permintaan pasar.
3. Dilakukan pencucian dengan larutan klorin 250 ppm selama 3 – 5 menit.
4. Ditiriskan secara evaporatif cooling.
5. Dikemas dengan stretch film atau dimasukkan ke dalam plastik berperforasi sebelum disimpan dalam pendingin.
6. Disimpan dalam suhu 5 – 10oC, atau dikombinasikan dengan Modified Atmosphere Storage (MAS) 3% O2 dan 10% CO2.

Pengolahan Paprika
Pengolahan paprika hendaknya dilakukan dengan benar agar tidak mengurangi nilai gizinya. Semakin lama proses pengolahan maka semakin menurun nilai gizinya, begitu juga dengan semakin tingginya suhu pengolahan maka nutrisi yang terkandung di dalam paprika akan semakin rusak. Agar vitamin C tidak rusak, sebaiknya paprika dimasukkan ke dalam masakan pada akhir proses memasak atau dicampur dengan salad. Kandungan vitamin C bisa berkurang, bahkan hilang, jika paprika yang telah terbelah dibiarkan lama terkena udara. Hal ini terjadi karena proses oksidasi terhadap vitamin C tersebut (ESR).

APLIKASI TEKNIK PERTANIAN DALAM BUDIDAYA DAN PENANGANAN PASCA PANEN BUNGA KRISAN (Chrysanthemum sp.)

Kondisi Riil di Tingkat Petani
Bunga krisan sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor yang memberi kontribusi nyata terhadap penyerapan devisa negara. Pada tahun 2003, nilai ekspor bunga krisan mengalami surplus US $ 1 juta. Tujuan ekspor bunga krisan adalah Belanda, Hongkong, Jepang, Singapura dan Malaysia. Volume ekspor bunga krisan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Hingga akhir tahun 2009 diperkirakan nilai ekspor bunga krisan mencapai sekitar US $ 15 juta.
Sekalipun demikian sampai saat ini peluang pangsa pasar internasional bagi bunga krisan Indonesia masih terbuka lebar. Pasokan bunga krisan di pasar dunia di dominasi oleh pelaku usaha yang berasal dari Belanda, Columbia, dan Itali yang mencapai total ekspor lebih dari 60% dari nilai perdagangan dunia. Sementara negara-negara lain hanya mampu memasok sekitar 10% dari total permintaan dunia.
Upaya penyediaan bunga krisan masih mengalami berbagai kendala sejak pembibitan sampai dengan pasar. Hanya 1,5% dari total produksi krisan di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan yang lolos grade untuk ekspor. Selain itu pengurusan persyaratan ekpor juga membutuhkan waktu sampai berbulan-bulan. Pengurusan API membutuhkan waktu sampai 6 bulan, PPI, surat registrasi pabean, karantina dan lain sebagainya. Butuh waktu sampai dengan 5 bulan untuk mendapatkan lisensi varietas dari Belanda.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan melalui SKPD terkait mulai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan sebagainya. Pembinaan dilakukan sejak budidaya sampai dengan pemasaran diikuti dengan pembentukan dan penguatan kelembagaan petani mulai pembentukan kelompok tani, gabungan kelompok tani, asosiasi dan koperasi. Sebagai bukti intensifnya pembinaan yang diikuti dengan partisipasi aktif petani, pada tahun 2010 Gapoktan Duta Flora menduduki peringkat I nasional dalam lomba agribisnis, setelah menang di tingkat kabupaten dan provinsi.
Kedudukan sebagai peringkat I nasional belum menjawab permasalahan riil di lapangan. Sangat rendahnya prosentase bunga krisan yang memenuhi grade ekspor masih harus diperbaiki. Permasalahan mendasar yang terjadi di tingkat petani diantaranya belum dimilikinya perangkat budidaya berupa alat ukur iklim mikro di dalam green house seperti pengukur intensitas cahaya (lux meter), pengukur suhu (thermometer), pengukur kelembaban udara (hygrometer), electric conductivity meter, pengukur kadar karbondioksida (CO2 meter). Penggunaan alat-alat tersebut harus didukung oleh konstruksi green house yang memungkinkan manipulasi iklim mikro tersebut dilakukan. Selain itu, akibat keterbatasan alat transportasi, packaging, permodalan serta pengetahuan dan keterampilan, petani juga belum melakukan handling bunga krisan segar secara benar.
Kegagalan mengatur iklim mikro di dalam green house menyebabkan maju mundurnya waktu panen. Kondisi ini diperparah dengan belum digunakannya peralatan pasca panen yang memadai seperti box pendingin serta penggunaan kardus kombinasi B dan E diikuti oleh handling yang buruk. Hal ini sangat merugikan petani karena perkiraan waktu panen yang dijadwalkan bertepatan dengan moment tertentu, misalnya perayaan hari besar menjadi tidak tercapai. Tentu saja hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani.
Di sisi lain, teknik budidaya bunga krisan yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan masih menggunakan pestisida secara penuh. Hal ini selain meningkatkan biaya produksi, juga menyebabkan limbah tanaman tidak dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Sementara di sekitar lokasi green house terdapat sekitar 16 ribu ekor sapi perah yang membutuhkan pakan. Selain itu, daun ataupun bunga yang tidak masuk grade yang sebenarnya dapat dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku minuman, obat herbal ataupun kosmetik menjadi hanya sebagai pupuk saja yang nilai ekonomisnya lebih rendah.

Aplikasi Teknik Pertanian
Aplikasi Teknik Pertanian dimulai dari pembuatan desain bangunan pertanian yaitu greenhouse yang memenuhi syarat tumbuhnya krisan, sehingga pengkondisian temperatur, kelembaban, cahaya, CO2 dan lainnya dapat dengan mudah dilakukan. Bahan-bahan yang digunakan disesuaikan dengan kondisi di lapangan namun tetap mempertimbangkan umur greenhouse yang diinginkan dan kemudahan pengerjaannya. Greenhouse yang dibuat harus memenuhi SNI 7604 tahun 2010 tentang Bangunan pertanian – Syarat Mutu Rumah Tanaman.
Pengaturan iklim mikro di dalam greenhouse meliputi temperatur, kelembaban dan cahaya dapat menggunakan sistem sensor berbasis mikrokontroler. Sehingga setiap kondisi mendung, intensitas cahaya yang masuk greenhouse kurang dari kebutuhan maka maka lampu akan otomatis menyala, begitupun sebaliknya ketika matahari terlalu terang maka paranet, langsung menutup. Pengaturan kelembaban juga dapat secara otomatis dilakukan, jika kelembaban di dalam greenhouse lebih rendah dari syarat tumbuh tanaman pada umur tanaman tertentu maka langsung disemprot dengan uap air dingin, dengan menggunakan nozzle yang menghasilkan pengkabutan yang baik. Sedangkan jika kelembaban terlalu tinggi maka ventilasi dapat membuka otomatis. Begitupun dengan pengaturan temperatur, jika temperatur di dalam greenhouse terlalau tinggi maka ventilasi dapat diatur membuka otomatis, namun jika temperatur terlalau rendah dapat disemprotkan uang panas. Aplikasi penyemprotan uap panas juga dapat mendukung pengkondisian CO2 di dalam greenhouse, jadi asap yang dihasilkan dapat digunakan untuk fogging, karena tanaman bunga krisan membutuhkan konsentrasi CO2 yang tinggi. Perlakukan penyemprotan uanp dingin, uap panas, maupun pembuakaan ventilasi akan saling mempengaruhi kondis ruang budidaya di dalam greenhouse. Oleh karenanya penggunaan kontrol secara penuh dan pembuatan recording sangat mendukung ketepatan waktu panen dan jaminan diperolehnya harga yang baik.
Penggunaan sistem irigasi tetes (drip irrigation) untuk budidaya tanaman bunga krisan di dalam greenhouse sangat tepat. Irigasi tetes yang dirangkai dengan timer yang diprogram sangat praktis diterapkan dan mudah dioperasional, serta menghemat biaya tenaga kerja. Irigasi tetes menghemat air hingga 50% dibandingkan jika menggunakan sprinkler. Efisiensi irigasi tetes mencapai lebih dari 95% karena air langsung diteteskan ke tanaman, tidak menyebabkan erosi dan mengurangi penguapan. Bahan yang digunakan untuk irigasi tetes dapat terbuat dari pipa PVC, bambu yang dilubangi ataupun botol plastik yang dilubangi.
Penanganan pasca panen juga merupakan titik kritis agar bunga potong krisan sampai ke tangan konsumen dalam keadaan segar. Selama ini petani belum melakukan handling dengan baik, seringkali bunga dimasukkan dalam wadah yang melebihi kapasitas maksimal, dan pengangkutan tidak menggunakan cold box, hanya dikirim menggunakan pick up standart (tanpa modifikasi). Semestinya bunga potong ditempatkan dalam wadah dengan air yang ditambahkan sukrosa, agar tersedia bahan untuk respirasi, sehingga bunga tidak layu. Lebih lanjut bunga harus diangkut dalam cold box sehingga tidak terjadi transpirasi yang besar.
Kesadaran masyarakat internasional terhadap keamanan pangan dan lingkungan semakin meningkat. Dalam sistem perdagangan internasional, hal ini menjadi isu penting yang digunakan sebagai barier non tarif oleh negara-negara maju terhadap produk dari negara-negara berkembang. Oleh karena itu telah disusun konsep tentang Good Agriculture Practise (GAP) dan Standar Operational Prosedur (SOP) budidaya krisan potong dan menerapkannya secara konsisten. Penerapan GAP dan SOP menjaga (1) produktivitas tinggi secara berkesinambungan, (2) kelestarian lingkungan, (3) keamanan dan keselamatan petani, dan (4) keamanan konsumen.
Pada saat ini perlu mulai dilakukan peralihan budidaya bunga krisan ke sistem organik, agar biaya produksi dapat ditekan serta dapat dibuat produk turunan dari daun dan bunga krisan, seperti teh daun krisan, jus bunga krisan, pakan sapi dari daun krisan dan lain sebagainya. Dengan penerapan sistem budidaya organik maka nilai tambah yang diperoleh petani akan meningkat dan kelestarian lingkungan akan terjaga. Dampak lebih lanjut berupa penciptaan lapangan kerja untuk mengatasi pengangguran dan pengentasan kemiskinan. Dengan bergeraknya perekonomian di tingkat petani juga akan berkontribusi terhadap peningkatan PDRB dari sektor pertanian (ESR).