Marilah kita perhatikan keadaan sekitar ---di pasar, di perempatan lampu merah, di terminal, di dalam bis kota ataupun bis antar kota--- ada banyak sekali anak-anak usia sekolah yang sedang “bekerja” baik di jam sekolah ataupun di luar jam sekolah. Di antara anak-anak tersebut ada yang mengamen, berjualan makanan dan minuman dan bahkan ada yang mengemis. Sekadar berbagi cerita mengenai pengalaman pribadi, saya sering merasa berlaku tidak adil kepada mereka. Seperti umumnya, kita cenderung memberi uang kepada pengamen dan pengemis yang menghampiri kita, namun kita cenderung tidak membeli “barang dagangan” yang dijajakan oleh pedagang asongan karena merasa tidak membutuhkan barang tersebut. Untuk meminimalisasi perasaan bersalah tersebut saya berusaha membeli dagangan yang dijajakan pedagang asongan untuk selanjutnya diberikan kepada pengamen yang datang kemudian. Untuk keperluan tersebut, biasanya saya membeli buku, permen atau kacang yang dijual di dalam bis. Buku yang sering saya beli adalah Tuntunan Sholat, Kumpulan Doa dan Buku Cerita. Kepada pengamen dewasa biasanya saya berikan permen yang saya beli dari pedagang asongan dan pernah aqua gela bekal saya naik bis. Hal ini saya lakukan karena saya pernah melihat sekelompok pengamen sedang “minum minuman keras” di depan pasar di siang hari pada bulan Ramadhan. Sedangkan kepada pengamen anak-anak, sejak dulu sebelum memberikan sesuatu kepada mereka saya selalu bertanya, apakah dia masih sekolah atau tidak. Kepada mereka yang masih sekolah saya biasanya mengingatkan agar rajin sekolah dan memberi uang lebih dengan harapan dia tidak menjadi pengamen lagi karena saya mengkhawatirkan perkembangan mereka jika terus hidup di jalanan. Namun rupanya harapan saya sulit terwujud, karena apa yang saya lakukan belum memadai untuk membantu mereka keluar dari masalah keuangan. Dan saya sering terkaget-kaget mendapati pengamen yang tadinya “anak manis” menjadi “anak yang perlu perhatian khusus”. Oleh karena itu, saya mengganti model tersebut karena berkesimpulan bahwa cara saya perlu diperbaiki. Saat ini, apabila ketemu pengamen anak-anak saya menambah pertanyaan saya “apakah kamu suka membaca? mau apa tidak kalau diberi buku?”. Biasanya mereka menganggukkan kepala dan mau menerima buku yang saya berikan. Namun suatu saat, saya sangat kaget karena dijawab tidak mau diberi buku dan dia hanya mengambil sepotong lumpia yang saya ulurkan kepadanya bersamaan saya menawarkan buku tersebut.
Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu kebutuhan jasmani dan rohani. Hal-hal yang dapat digolongkan kebutuhan jasmani adalah makanan dan minuman, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan. Sedangkan kebutuhan rohani meliputi pendidikan, kasih sayang dan keamanan. Lalu kebutuhan mana yang harus didahulukan? Apakah kebutuhan jasmani dulu atau rohani dulu? Alangkah baiknya kalau keduanya diselaraskan, antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani diupayakan bersamaan agar kita tumbuh menjadi pribadi yang seimbang. Dalam kisah di atas, lumpia merepresentasikan kebutuhan jasmani dan buku merepresentasikan kebutuhan rohani kita. Dan pengamen anak tersebut belum mengerti bahwa dia selain harus memenuhi kebutuhan makan bagi perutnya juga harus memikirkan makanan yang cocok bagi otaknya.
Pemenuhan kebutuhan dasar manusia harus diupayakan sekuat tenaga seakan-akan kita akan hidup selamanya. Kita harus rajin menjemput rejeki yang dihamparkan oleh Allah di bumi dan menjauhkan diri dari sikap lemah dan malas. Allah memberikan tuntunan di dalam QS. Ar-Ra’d (13) ayat 11 yang berbunyi :
...Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...
Karena itu kita harus menanamkan semangat kepada diri sendiri, keluarga dan orang-orang sekitar kita untuk selalu kerja keras dan cerdas. Pekerjaan apapun yang kita jalani sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran agama adalah baik, upayakan selalu melakukan perbaikan-perbaikan cara kerja agar lebih efisien dan mencapai hasil yang memuaskan. Setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan dengan sepenuh hati dan cinta, InsyaAllah akan memberikan imbal balik yang lebih kepada kita, baik dalam bentuk materiil ataupun non materiil (kepuasan, perasaan berguna, dan lain sebagainya). Terpenuhinya kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat tinggal secara langsung berdampak terhadap kesehatan. Terpenuhinya ketiga hal tersebut secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama akan meningkatkan derajat kesehatan kita.
Pemenuhan kebutuhan rohani seperti pendidikan, kasih sayang dan keamanan harus diupayakan berjalan seiring dengan pemenuhan kebutuhan jasmani. Pendidikan, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum akan menyempurnakan upaya kita dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan memberikan makanan bagi jiwa kita. Pendidikan agama akan memberikan rambu-rambu bagi kita untuk melangkahkan kaki dan setiap upaya bagi kita untuk menjemput rejeki dari Allah. Pendidikan agama juga mengantarkan kita untuk mengenal Tuhan, perlu kita sadari bahwa kebutuhan akan Tuhan termasuk kebutuhan dasar. Sudah menjadi kodrat manusia selalu butuh Tuhan sebagi tempat menggantungkan segala harapan dan mengeluhkan segala persoalan hidup, karenanya kita selalu memanjatkan doa-doa kepada-NYA. Pendidikan agama juga mengajarkan kita bagaimana bersikap sebagai hamba kepada Tuhan, sebagai anak kepada orang tua serta bagaimana memperlakukan sudara, teman, tetangga dan alam sekitar kita. Sedangkan pendidikan umum memberikan pengetahuan dan keterampilan bagaimana menjalani hidup ini dari tahap satu ke tahap berikutnya tentang bagaimana melakukan suatu pekerjaan, menyiapkan makanan, menjahit baju, membangun rumah, mencegah dan mengobati penyakit dan lain sebagainya.
Perlu kita sadari, bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani diperlukan ilmu. Jika kita ingin mendapatkan (kemakmuran) dunia maka harus dengan ilmu begitupun jika kita ingin mendapatkan (keselamatan) akhirat harus dengan ilmu. Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu sebagaimana tertuang dalam QS. Al-Mujãdalah (58) ayat 11 :
...Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...
Ilmu pengetahuan dan keterampilan dapat kita peroleh melalui pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal terikat dengan persyaratan menyangkut kurikulum dan standart dari setiap jenjang, selain itu peserta didik harus memenuhi kriteria tertentu sehingga tidak setiap orang mendapatkan pendidikan formal sesuai dengan yang diinginkan. Namun tidak perlu khawatir karena kita tetap memiliki kesempatan yang besar untuk mengaktualisasi diri agar pengetahuan dan keterampilan kita dapat memenuhi tuntutan jaman.
Kita harus banyak membaca untuk menambah pengetahuan kita di semua bidang kehidupan. Apa yang harus dibaca? Mengingat apa yang kita baca akan berpengaruh terhadap kualitas pribadi kita dikarenakan intisari dari setiap bacaan merupakan nutrisi bagi jiwa, maka harus dipilih bacaan yang baik bagi diri dan keluarga kita. Kita tidak hanya belajar membaca dari apa yang sudah tertulis di Al-Qur’an, buku dan majalah, namun kita juga harus membaca tanda-tanda kebesaran Sang Pencipta yang bertebaran di muka bumi ini. Kita dapat belajar dari setiap kejadian yang kita dan orang-orang sekitar alami, serta dari fenomena alam yang berlangsung terus-menerus tanpa henti. Coba kita renungkan, siapakah yang mengatur alam semesta ini sehingga planet-planet tidak saling bertabrakan? siapa yang mewarnai bunga sehingga keindahannya mampu menepis lara? Siapa pula yang memberi anugerah kepada burung-burung sehingga suaranya merdu bak bulu perindu? Tiada lain yang mampu melakukannya kecuali Allah Yang Maha Kuasa dan tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tertidur. Ayat-ayat Al-Qur’an yang turun pertama kali menekankan hal ini, sebagaimana tersebut dalam QS. Al-’Alaq (96) ayat 1 – 5 :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Belajar dapat dilakukan melalui interaksi dengan orang-orang di sekitar kita. Carilah lingkungan yang baik, tidak peduli miskin ataupun kaya, memiliki kedudukan yang tinggi ataupun tidak yang penting mereka memegang teguh kejujuran dan aqidah. Hal ini perlu diperhatikan karena dalam interaksi sosial, disadari atau tidak kita akan saling memberikan pengaruh. Jauhilah lingkungan pergaulan yang mendewakan harta dan gemerlap dunia tanpa memperdulikan bekal akhirat (ESR).
Pesan Kebaikan bulan ini:
Tanamkan niat, luangkan waktu dan sisihkan rejeki ! Tengok kanan dan kiri, buatlah dirimu berarti…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar