Kamis, 17 Desember 2009

BERJUANGLAH !

Assalamualaikum Pembaca,
Pernahkah pembaca merenung tentang apa yang pembaca inginkan dalam hidup ini dan kemana hidup ini akan bermuara. Dalam kejenuhan rutinitas pekerjaan, seringkali tergambar ketidakpastian atas ujung dari perjalanan hidup ini. Kalau para motivator menyarankan kepada kita untuk memilih pekerjaan yang membahagiakan dan mengkayakan, namun tidak sedikit dari kita yang terjebak di dalam suatu sistem yang sungguh sangat rumit untuk diurai. Terkadang, ketika semangat juang sedang menurun, kita cenderung berfikir untuk keluar saja dari dalam sistem tersebut dan selanjutnya mencari lingkungan kerja yang baru. Namun ---di jaman seperti sekarang ini--- masih adakah lingkungan seperti itu? Rasanya, sangat sulit ditemukan. Di sisi lain, jika kita terus-menerus lari dari permasalahan, maka kita tidak akan pernah mencapai kedewasaan. Alangkah lebih baik jika kita mampu mewarnai sistem tersebut ---memperkenalkan budaya moral yang jujur, peka dan bertanggung jawab--- serta tidak larut dalam lingkungan kerja yang cuek, tidak tanggap, tidak produktif dan korup. Kita harus menjaga perilaku dengan berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan moral serta mengupayakan jalan yang terbaik agar kita memiliki kemampuan untuk mewarnai sekitar dengan cara yang lebih terstruktur dan terukur.
Pembaca, penting sekali untuk diingat bahwa kita harus senantiasa menjaga hati agar tetap gigih memperjuangkan apa yang menjadi visi hidup serta berbaik sangka kepada Allah SWT atas semua yang terjadi pada diri kita. Apapun yang terjadi terhadap diri kita, semuanya karena ijin Allah yang ditujukan untuk memuliakan dan mengangkat derajat kita. Oleh karenanya kita tidak boleh putus harapan dalam menghadapi segala persoalan yang datang menghampiri hidup kita. Kita harus terus maju, selangkah demi selangkah hingga tercapai apa yang kita perjuangkan. Asalkan kita fokus, insyaAllah Dia akan menghargai setiap tetes keringat kita. Maka dari itu, marilah teguhkan semangat, fokus pada visi hidup yang telah ditetapkan, dan berjuang untuk mencapainya! Wassalam,
Redaksi

Pendahuluan
Pembaca, sudahkah anda menetapkan visi hidup anda? Mungkin anda ingin menjadi orang Indonesia terkaya di Indonesia? Atau anda ingin memiliki karier yang sukses di bidang kuliner? Atau anda ingin membangun sebuah keluarga yang sehat, pintar dan tanggap terhadap penderitaan sesama? Apapun yang menjadi visi hidup anda seyogyanya dilakukan evaluasi secara bertahap terhadap pencapaiannya. Di akhir tahun seperti sekarang merupakan saat yang tepat untuk melakukan evaluasi atas apa yang telah kita kerjakan di waktu lalu untuk dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap upaya-upaya yang belum menunjukkan hasil yang diharapkan dan membuat sesuatu yang lebih bermakna terhadap apa-apa yang telah kita raih. Perlu untuk selalu diingat bahwa sebaik-baik kualitas diri kita adalah ketika keberadaan kita bermanfaat bagi orang lain. Maka marilah kita bersama-sama berjuang bagi terciptanya kehidupan yang lebih baik.

Pada kesempatan ini, marilah kita buka kembali tuntunan Allah SWT yang tertulis di dalam Surat Al Qashash (QS. 28) Ayat 77 yang berbunyi sebagai berikut:
“Dan carilah --- pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu --- negeri akhirat, dan janganlah melupakan bagianmu dari dunia dan berbuat baiklah, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah engkau berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai para pembuat kerusakan.” (Sebagaimana tertuang dalam Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, Volume 9, Cetakan X, Mei 2008).

Nasehat diatas bukan berarti engkau hanya boleh beribadah murni dan dilarang untuk memperhatikan dunia. Namun ini berarti bahwa engkau harus berusaha sekuat tenaga dan pikiran dalam batas yang dibenarkan Allah untuk memperoleh harta dan hiasan duniawi dan carilah secara sungguh-sungguh pada, yakni melalui apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari hasil usahamu itu kebahagiaan negeri akhirat, dengan menginfakkan dan menggunakannya sesuai petunjuk Allah dan dalam saat yang sama janganlah melupakan, yakni mengabaikan bagianmu dari kenikmatan dunia dan berbuat baiklah kepada semua pihak, sebagaimana atau disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepadamu dengan aneka nikmat-NYA, dan janganlah engkau berbuat kerusakan dalam bentuk apapun di bagian manapun di bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai para pembuat kerusakan.

Banyak pendapat menyangkut kandungan pesan ayat di atas, ada yang memahaminya secara tidak seimbang, dengan menyatakan bahwa ini adalah anjuran untuk meninggalkan kenikmatan duniawi dengan membatasi diri pada kebutuhan pokok saja seperti makan, minum dan pakaian. Ada juga yang memahaminya sebagai tuntunan untuk menyeimbangkan kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi. Penganut pendapat ini tidak jarang mengemukakan riwayat yang menyatakan: ”Bekerjalah untuk duniawi seakan-akan engkau akan hidup selamanya (tidak akan mati), dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok.”

Ada heberapa catatan penting yang perlu digarisbawahi tentang ayat tersebut, agar kita tidak terjerumus dalam kekeliruan.
Pertama, dalam pandangan Islam, hidup duniawi dan ukhrawi merupakan satu kesatuan. Dunia adalah tempat menanam dan akhirat adalah tempat menuai. Apa yang anda tanam di sini, akan memperoleh buahnya di sana. Islam tidak mengenal amal dunia dan amal akhirat. Kalaupun ingin menggunakan istilah, maka kita harus berkata bahwa: ”Semua amal dapat menjadi amal dunia –walau shalat dan sedekah—bila tidak tulus.” Semua amal pun dapat menjadi amal akhirat jika ia disertai dengan keimanan dan ketulusan demi untuk mendekatkan diri kepada Allah, walaupun amal itu adalah pemenuhan naluri seksual. ”Melalui kemaluan kamu (hubungan seksual) terdapat sedekah.’ Demikian sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Abu Dzarr.

Kedua, ayat di atas menggarisbawahi pentingnya mengarahkan pandangan kepada akhirat sebagai tujuan dan kepada dunia sebagai sarana mencapai tujuan. Dengan demikian, semakin banyak yang diperoleh –secara halal—dalam kehidupan dunia ini, semakin terbuka kesempatan untuk memperoleh kebahagiaan ukhrawi, selama itu diperoleh dan digunakan sesuai petunjuk Allah SWT. Itu juga berarti bahwa ayat ini menggarisbawahi pentingnya dunia, tetapi ia penting bukan sebagai tujuan namun sebagai sarana untuk mencapai tujuan.

Ketiga, ayat di atas menggunakan redaksi bersifat aktif ketika berbicara tentang kebahagiaan akhirat, bahkan menekannya dengan perintah untuk bersungguh-sungguh dan dengan sekuat tenaga berupaya meraihnya. Sedang perintahnya menyangkut kebahagiaan duniawi berbentuk pasif yakni, jangan lupakan. Ini mengesankan perbedaan antar keduanya. Berualngkali Allah menekankan hakikat tersebut dalam berbagai ayat, antara lain berbunyi: ”Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia (dibanding dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit” (QS. At-Taubah (9): 38)

Berjuang untuk Hidup yang Lebih Baik
Apapun profesi yang kita pilih dan jalani saat ini akan sangat berperan sebagai suatu rangkaian ”puzzle” bagi tercapainya kehidupan masyarakat yang lebih baik. Semua profesi memiliki kontribusi sendiri-sendiri, jadi marilah jalani profesi kita masing-masing dengan hati yang ikhlas, sabar terhadap segala tekanan yang datang dan senantiasa berjuang untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. Sadarilah bahwa apapun yang kita lakukan akan bernilai ibadah sepanjang kita melakukannya dengan senantiasa mengingat Allah SWT di hati. Dengan begitu kita akan senantiasa takut dan malu jika berlaku tidak jujur. Bagi ibu rumah tangga marilah cipatakan generasi yang beriman, sehat, cerdas dan peka terhadap keadaan sekitarnya. Pendidikan pertama seorang manusia diawali dari rumahnya, dia akan mengadopsi perilaku orang dewasa di sekitarnya. Jadi marilah kita membangun karakter pribadi kita hingga layak diteladani oleh para yunior yang ada di sekitar kita. Bagi generasi muda, anda sekalian merupakan calon pemimpin di masa depan, maka ambillah nilai-nilai baik dari sekitar anda dan jangan meniru perilaku buruk orang-orang di sekitar anda.

Pembaca yang baik, perlu diwaspadai adanya pandangan tentang pemisahan masalah dunia dan akhirat. Betapa banyaknya orang yang sholat tetapi tetap melakukan perbuatan yang dilarang agama? Mereka mungkin melakukannya dengan sadar dan mungkin pula melakukannya tanpa sadar bahwa apa yang dilakukannya termasuk dalam kategori yang tidak dibenarkan oleh agama ataupun aturan hukum yang berlaku. Berapa banyak orang-orang yang sudah berhaji namun tetap melakukan penyalahgunaan wewenang? Sesuatu yang salah tidak lagi disadari bahwa hal itu salah jika telah biasa dilakukan. Setanlah yang membuat hal itu nampak seolah-olah indah dan benar adanya. Oleh karenanya, marilah kita berjuang untuk membangun komunitas yang baik, yang dapat saling menjaga dan menasehati agar setiap anggota komunitas dapat meningkatkan kualitas dirinya menjadi manusia yang paripurna. Hal ini sangat tidak mudah, dan harus diawali dengan penyamaan persepsi tentang apa hakekat hidup dan kehidupan. Maka penting sekali untuk memilih teman-teman yang dapat diajak untuk berjuang bersama-sama mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Ayo berjuang! Semaikan bibit kebaikan!

Pesan Kebaikan bulan ini:
Akhir tahun, saatnya melakukan introspeksi diri! Ayo, pompa semangat juang untuk menutup tahun dengan karya yang patut dikenang! Optimalkan potensi, kikis dengki di hati, tebarkan salam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar