Senin, 27 Desember 2010

CITA-CITA DAN KEHIDUPAN PENGAMEN CILIK (CATATAN ATAS DIALOG DI BIS ANTAR KOTA)

Sepulang kerja, di bis Jurusan Banyuwangi - Malang ---pada hari itu, Rabu tanggal 15 Desember 2010 sekitar jam 15.30--- aku berdialog dengan 2 anak perempuan, yang nota bene adalah pengamen cilik, Keduanya naik dari Wonorejo Pasuruan. Setelah mereka menyanyi dan mengedarkan kantongya, mereka duduk di deretanku, satu di sebelahku dan satunya di seberang kami. Anak yang duduk di sebelahku rambutnya dimasukkan ke topi, memegang gitar mini dan kelihatan lebih muda ketimbang yang di seberang. Keduanya memakai celana selutut dan asesoris gelang" ala ABG. Sepintas tidak ada yang istimewa!
Seperti biasa, aku tergoda untuk mengajak anak yang disebelahku untuk berbincang. Seperti inilah petikan dialog kami:
Aku: "Gak sekolah?"
Pengamen cilik: "Sekolah"
Aku: "Kelas berapa?"
Pengamen cilik: "Satu SMP"
Aku: "Rumahnya dimana?"
Pengamen cilik: "Pandaan"
Aku: "Uangnya buat apa?"
Pengamen cilik: "Bayar sekolah, sekalian beli LKS adik"
Aku: "Bapaknya kerja apa?"
Pengamen cilik: "Bapak menikah lagi, di rumah cuma tinggal sama ibu, kakek, nenek dan adik. Bapak pergi waktu adikku berumur 10 bulan"
Aku: "Ibumu kerja apa?"
Pengamen cilik: "Ibu jualan, kadang-kadang ngamen"
Aku: "Ngamen sampai jam berapa?"
Pengamen cilik: "jam 5"
Aku: "Sehari dapat berapa?"
Pengamen cilik: "Lima belas ribu berdua"
Aku: "Berarti kalau dapat uang dibagi dua?"
Pengamen cilik: "saudara, dia kakakku, kelas 3 SMP"
Kebetulan hari itu ada rejeki yang dititipkan padaku, inilah jawabannya (Sudah menjadi kelemahanku bahwa aku tidak memberi lebih untuk pengamen yang bertato dan kelihatan jarang mandi, karena aku pernah menyaksikan mereka mabok di Depan Pasar Warungdowo di Bulan Ramadhan).
Mendengar dirinya dibicarakan sang kakak berhenti bernyanyi (selama aku berbincang dia terus saja menghafal lagu dengan suaranya yang apa adanya).
Aku: "Kapan belajarnya?"
pengamen cilik: "Tadi les dulu"
Aku: "Gak ngaji?"
Pengamen cilik: "Nyampai rumah Maghrib, terus habis Isya' ngaji, nanti Diba'an di Rumahnya ...."
Setelah lelah berbincang, si adik sama kakaknya bergurau. Dan aku cuma bisa mengamati polah mereka yang saling "mengejek" (sebagai cara mereka bergurau).
Setelah itu si adik memetik gitarnya dengan tetap duduk di sebelahku sambil menyanyi lagu cinta.
Aku bilang, "belajaro lagu Bendera - Coklat itu loh"
Si adik menjawab: "Iya, Coklat"
Dia memetik gitar lagi, kali ini lagu spirit untuk para pengamen, entah lagu siapa, barangkali hasil kolaborasi para pengamen. Aku tidak hafal lagunya, tapi sepotong-sepotong sempat kudengar syairnya:
"Kami anak jalanan, tapi kami punya cita-cita
.... kena kotoran jalanan
Kami memang anak jalanan, tapi jangan hina harga diri kami..."
Sang kakak pun ikutan bernyanyi sampai tiba di pertigaan Purwosari, tempat mereka harus turun"
Aku berharap kepada para pengambil kebijakan di negeri ini, alokasikanlah dana pendidikan yang cukup untuk mereka sehingga masa depan negeri ini akan jauh lebih baik.
Ya Allah, lindungilah mereka, dari kejahatan di jalanan, Jauhkan mereka dari perbuatan-perbuatan yang dapat menghambat pencapaian cita-citanya. Amiin (ESR).

1 komentar:

  1. semoga kita semua mendapatkan apa yang kita impikan dan cita-citakan amiin :)

    BalasHapus