Senin, 11 Mei 2009

MADU

Pendahuluan

Merebaknya berbagai macam penyakit akhir-akhir ini, sangat patut untuk diperhatikan, apa penyebabnya, bagaimana mencegahnya dan mengobatinya. Ada penyakit yang disebabkan oleh pola makan yang salah, pergaulan yang salah, gaya hidup yang salah dan seterusnya. Penyakit diabetes dan hipertensi, mungkin lebih banyak disebabkan oleh pola makan yang salah, sedangkan penyakit AIDS lebih cocok digolongkan sebagai penyakit yang disebabkan oleh pergaulan yang salah karena kasus AIDS kebanyakan ditemukan pada pelaku free sex dan pemakai narkoba. Lalu apa penyebab penyakit flu burung dan flu babi? Penyakit ini pada awalnya disebabkan karena sanitasi yang buruk pada pemeliharaan binatang baik unggas maupun babi, virus selanjutnya menyebar karena kebiasaan tidak mencuci tangan dan mandi dengan antiseptik yang dapat membunuh kuman setelah menyentuh binatang-binatang tersebut ataupun produk yang dihasilkannya. Untuk mencegah “penderitaan” akibat berbagai penyakit tersebut, maka sejak saat ini dan seterusnya, marilah kita tinjau kembali pola makan, pergaulan dan gaya hidup kita, sudah baikkah? Bagaimana kalau kita ataupun orang terdekat kita terlanjur menderita suatu penyakit? Adanya suatu penyakit mengharuskan kita untuk berikhtiar untuk mencari penyembuhannya baik melalui pengobatan medis, operasi, terapi akupunktur, obat-obatan herbal dan sebagainya. Yang tidak kalah pentingnya adalah mengelola hati supaya sabar dan ikhlas menerimanya. Penyakit, insyaAllah dapat menggugurkan dosa-dosa kita sepanjang kita ikhlas menerimanya. 

Pada edisi kali ini, kami mengajak Pembaca untuk mengenal madu lebah (honey), karena Al-Qur’an merekomendasikannya sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit. Kami akan mengutip dalil dan sedikit menguraikan tentang sifat-sifat fisik dan komposisi unsur-unsur yang terdapat di dalam madu sehingga dapat menyembuhkan penyakit.



Referensi Al-Qur’an

QS. An-Nahl (16) ayat 68 – 69 menyebutkan ”Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, ”Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari Perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berfikir (Sebagaimana tertuang dalam Syaamil Al-Qur’an, Terjemah per kata oleh Departemen Agama RI, 2007).

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah Volume 7, Cetakan ke VIII, Mei 2007 mengemukakan bahwa ayat diatas mengarahkan redaksinya kepada Nabi Muhammad SAW dengan menyatakan: Dan ketahuilah wahai Nabi agung bahwa Tuhanmu yang membimbing dan selalu berbuat baik, telah mewahyukan, yakni mengilhamkan kepada lebah sehingga menjadi naluri baginya bahwa: “Buatlah sebagaimana keadaan seorang yang membuat secara sungguh-sungguh, sarang-sarang pada sebagian gua-gua pegunungan dan di sebagian bukit-bukit dan pada sebagian celah-celah pepohonan dan pada sebagian tempat-tempat tinggi yang mereka, yakni manusia buat. Kemudian makanlah, yakni hisaplah dari setiap macam kembang buah-buahan, lalu tempuhlah jalan-jalan yang teolah diciptakan oleh Tuhanmu Pemeliharamu dalam keadaan mudah bagimu.

Dengan perintah Allah SWT kepada lebah yang mengantarnya memiliki naluri yang demikian mengagumkan, lebah dapat melakukan aneka kegiatan yang bermanfaat dengan sangat mudah, bahkan bermanfaat untuk manusia. Manfaat itu antara lain adalah senantiasa keluar dari dalam perutnya setelah menghisap sari kembang-kembang, sejenis minuman yang sungguh lezat yaitu madu yang bermacam-macam warnanya sesuai dengan waktu dan jenis sari kembang yang dihisapnya. Di dalamnya, yaitu pada madu itu terdapat obat penyembuhan bagi manusia walaupun kembang yang dimakannya ada yang bermanfaat dan ada yang berbahaya bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan dan kebesaran Allah bagi orang-orang yang berfikir.

Bagaimana proses terbentuknya madu secara ilmiah?

Madu dihasilkan oleh lebah madu. Lebah menghisap nektar dari kembang-kembang atau larutan manis lain yang ditemukan pada tanaman, menyimpan nektar dalam kantung madu, dan memperkayanya dengan substansi lebah sendiri untuk membuat perubahan-perubahan. Ketika lebah kembali ke sarang, mereka menyimpan nektar di dalam sisir-sisir lebah untuk penyimpanan dan pemasakan. Produksi madu dimulai segera setelah polen bunga, nektar dan honeydew dikumpulkan dan disimpan di dalam kantung lebah. Campuran bahan baku selanjutnya diberikan kepada lebah pekerja di dalam sarang untuk menyimpan di dalam sel individu yang berbentuk segi enam pada sisir-sisir lebah. Perubahan nektar menjadi madu di dalam sel melalui tahap-tahap sebagai berikut: penguapan air dari nektar, kemudian mengental, kadar gula invert meningkat melalui hidrolisis sukrosa oleh asam-asam dan enzim-enzim yang dihasilkan oleh lebah, sementara isomerisasi tambahan dari glukosa menjadi fruktosa terjadi di dalam kantung lebah, absorbsi protein dari tanaman dan lebah, dan asam-asam dari tubuh lebah, asimilasi mineral-mineral, vitamin-vitamin dan senyawa aroma yang berasal dari tanaman yang dimakan lebah, dan penyerapan enzim dari kelenjar ludah dan kantung madu lebah. Ketika kadar air madu menurun menjadi 16 - 19%, sel ditutup dengan tutup lilin dan pemasakan terus berlanjut, yang direfleksikan dengan berlanjutnya hidrolisis sukrosa oleh enzim invertase dan ditambah dengan sintesis gula-gula (Belitz and Grosch, 1987).

Sifat-sifat Fisik Madu

Densitas madu pada suhu 20oC tergantung pada kadar air dan kira-kira berkisar pada 14% sampai dengan 21%. Madu bersifat higroskopis (menyerap air) karenanya harus disimpan dalam wadah yang kedap air. Sebagian besar madu memiliki sifat-sifat sebagai Newtonian fluids. Beberapa jenis, seperti madu alfafa menunjukkan sifat thixotropic yang menunjukkan adanya kandungan protein-protein, ataupun menunjukkan sifat dapat membesar (seperti pada madu kaktus) yang disebabkan oleh adanya sejumlah dextran. Panas spesifik madu pada (20oC; 17,4% air) adalah 2,26J/g/oC. Karena madu merupakan konduktor panas yang buruk, maka pemanasan madu menggunakan microvawe merupakan alternatif yang paling baik. Pemanasan 1 liter madu selama 1 jam dari suhu 30 sampai dengan 55oC membutuhkan energi 25 kW.

Komposisi Madu

Madu secara esensial merupakan konsentrasi larutan gula invert encer, tetapi juga mengandung campuran yang sangat komplek yang terdiri dari karbohidrat lain, beberapa enzim, asam amino dan organik, mineral, senyawa aroma, pigmen (zat warna), lilin, polen dan lain-lain. Komposisi madu (dalam %) selengkapnya sebagai berikut: kadar air 17,2% (13,4 - 22,9%); fruktosa 38,2% (27,3 - 44,3%); glukosa 31,3% (22,0 - 40,8%); sakarosa 1,3% (0,3 - 7,6%); maltosa 7,3% (2,7 - 16%); gula-gula yang lebih tinggi 1,5% (0,1 - 8,5%); lain-lain 3,1% (0 - 13,2%); nitrogen 0,04% (0 - 0,13%); mineral (abu) 0,17% (0,02 - 1,03%); asam-asam bebas (free acids) 22 mequivalents/kg (6,8 - 47,2 mequivalents/kg); Lakton (Lactones) 7,1 mequivalents/kg (0 - 18,8 mequivalents/kg), Total asam 29,1 mequivalents/kg (8,7 - 59,5 mequivalents/kg); nilai pH 3,9 (3,4 - 6,1); Diastase-value (nilai α- dan β-amilase) 20,8 (2,1 - 61,2). Angka yang disebutkan merupakan nilai rata-rata, sedangkan angka yang di dalam kurung menunjukkan kisaran.

a. Air. Kadar air madu harus lebih kecil dari 20%. Madu dengan kadar air lebih tinggi akan rentan terhadap fermentasi ragi osmofilik. Fermentasi ragi dapat diabaikan ketika kadar air madu kurang dari 17,1%, sementara pada kadar air berkisar 17,1% - 20% fermentasi tergantung pada jumlah ragi osmofilik.

b. Karbohidrat-karbohidrat. Fruktosa (rata-rata 38%) dan glukosa (rata-rata 31%) merupakan gula utama di dalam madu. Monosakarida lain belum ditemukan. Terdapat lebih dari 20, di- dan oligosakarida yang telah teridentifikasi, terutama maltosa diikuti oleh kojibiose. Kadar sukrosa bervariasi tergantung tingkat kemasakan madu. Komposisi disakarida sangat dipengaruhi oleh tanaman darimana madu berasal, namun pengaruh daerah ataupun musim dapat diabaikan.

c. Enzim-enzim. Kebanyakan enzim utama di dalam madu adalah α-glukosidase, invertase atau sakarase, α- dan β-amilase (diastase), glukosa oksidase, katalase dan asam fosfatase.

d. Protein. Protein-protein madu sebagian berasal dari tanaman dan sebagian berasal dari lebah madu.

e. Asam-asam amino. Madu mengandung asam-asam amino bebas pada level 100mg/100 g padatan. Proline, ---mungkin berasal dari lebah---merupakan prevalent asam amino dan berkisar 50 – 85% dari fraksi asam amino. Berdasarkan rasio beberapa asam amino, dimungkinkan untuk mengidentifikasi geografis atau daerah asal madu.

f. Asam-asam organik. Secara prinsip, asam organik di dalam madu adalah asam glukonik, yang dihasilkan oleh aktivitas glukosa oksidase. Di dalam madu kadar asam glukonik berada dalam kondisi seimbang dengan kadar glukonolakton. Kadar asam terutama tergantung pada lamanya waktu yang dilewati antara pengumpulan nektar oleh lebah dan waktu ketika pengentalan akhir madu yang terjadi di dalam sel-sel yang terdapat pada sisir lebah. Aktivitas glukosa oksidase menurun sampai pada tingkat dapat diabaikan pada madu yang telah mengental. Asam-asam lain (dalam jumlah kecil) yang terdapat dalam madu diantaranya asetat, butirat, laktat, sitrat, maleat, malat dan asam-asam oksalat.

g. Senyawa aroma. Ada sekitar 120 senyawa volatil yang terdapat di dalam madu, dan lebih dari 80 yang telah diidentifikasi, diantaranya ester-ester dari asam-asam alifatik dan aromatic, aldehid, keton dan alkohol. Yang paling nyata adalah ester dari asam fenilasetat yang berperan dalam memberikan bau dan aroma tertentu pada madu. Adanya asam anthranilik merupakan ciri dari madu yang berasal dari bunga lemon dan lavender.

h. Pigmen (zat warna). Belum banyak diketahui tentang zat warna pada madu. Warna madu berasal dari senyawa-senyawa fenol dan dari hasil reaksi-reaksi pencoklatan non enzimatis antara asam-asam amino dan fruktosa.

Penyimpanan

Warna madu umumnya menjadi gelap, intensitas aroma menurun, kadar hidroksimetil furfural meningkat tergantung pada pH, lama waktu penyimpanan dan suhu (temperatur). Inversi enzimatis dari sukrosa juga berlanjut pada level yang rendah bahkan ketika madu telah mencapai dentitas terakhirnya. Madu harus dihindarkan dari kelembaban dan penyimpanan pada suhu dibawah 10oC. Temperatur terbaik yang digunakan untuk menyimpan madu berkisar pada 18 – 24oC.

Penutup

Setelah kita tahu bahwa Allah merekomendasikan madu untuk menyembuhkan penyakit, masihkah kita ragu untuk mencobanya? Apalagi ilmu pengetahuan telah berhasil mengungkap “rahasia” dibalik khasiat madu. Ternyata, ada begitu banyak zat yang terdapat di dalam madu yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Selain untuk membantu penyembuhan penyakit, madu juga bagus untuk menjaga stamina tubuh, menambahkan madu dalam minuman ataupun mengoleskannya pada roti adalah akan meningkatkan daya tahan tubuh. Akan lebih baik lagi jika madu dikonsumsi berbarengan dengan produk lebah lainnya seperti bee pollen, propolis dan royal jelly (ESR).

Pesan Kebaikan Bulan ini:

Manfaatkan waktu sehat untuk menggapai cita dan menolong sesama sebelum sakit menghampiri!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar