Minggu, 10 Mei 2009

PEMBELAJARAN IBADAH PADA ANAK

Pendahuluan

Anak-anak dilahirkan ke dunia bagai kertas putih. Orang tua, pendidik, dan masyarakatlah yang menentukan warnanya. Fase lima tahun pertama pada anak adalah fase-fase emas dalam kehidupan seorang anak. Kesalahan metode mendidik pada fase ini akan berakibat sangat fatal bagi kehidupan mereka di kelak kemudian hari. Di bulan haji ini, patutlah kita mengingat kembali bahwa dalam ritual ibadah haji kita diajak mengasah kepekaan terhadap sesama dan alam sekitar. Untuk itu kami mengajak pembaca untuk mendidik anak-anak kita ---biologis dan sosiologis--- agar menjadi generasi yang islami.

Pembebanan hukum Ibadah bagi kaum muslimin mulai dilakukan ketika usia baligh, namun Rosululloh mengajarkan proses habituasi (pembiasaan) pelaksanaan hukum-hukum Ibadah sejak usia dini. Berikut adalah contoh-contoh hadis nabi yang berkaitan dengan hal tersebut:

1. “Suruhlah anak-anak kamu bersembahyang pada usia tujuh tahun, dan pukullah dia jika tidak mau bersembahyang pada usia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya”.

2. “Ajarkanlah anak-anak kamu tiga perkara : mencintai nabi kamu, mencintai keluaganya dan mencintai Al-Qur’an. Para pembaca Al-Qur’an itu berada di sisi Arsy Allah bersama-sama para Nabi pada hari tiada naungan, selain naungan Allah saja”.

3. Berkata saad bin Abi Waqqas : ”Kami mengajarkan anak-anak kami sejarah perjuangan rasululloh SAW sebagaimana kami mengajar mereka membaca Al-Qur’an.

Abdullah Nashih Ulwan (seorang pakar pendidikan dalam Islam) mengatakan bahwa anak-anak itu dilahirkan bersih fitrahnya, maka bergantung ayah bundalah untuk memberikannya warna. Jika anak-anak itu dibesarkan dalam rumah yang dengan suasana keislaman, maka ke arah itulah kelak ia dicitrakan. Jika anak-anak dibesarkan di rumah yang jauh dari nilai-nilai Islam dan penuh dengan kerusakan maka ke arah itu pulalah kelak anak-anak itu terbentuk. Jadi anak-anak yang sholeh itu tidak lahir begitu saja. Ia perlu suasana, nuansa, dan pembiasaan yang baik sedari kecil dilingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.

Untuk anak-anak usia play group dan taman kanak-kanak, tujuan utama pembelajaran Ibadah bagi mereka adalah proses pengenalan dan pembiasaan awal. Dalam hal ini kita tidak boleh memaksa dan menekan mereka. Memberikan ancaman-ancaman selama proses belajar berlangsung juga bukan sesuatu hal yang dianjurkan. Mengajarkan ibadah pada anak-anak usia play group dan taman kanak-kanak harus menggunakan metode-metode yang kreatif dan menyenangkan agar tujuan proses pembelajaran tercapai dengan baik. Untuk itu kita haruslah memiliki sifat-sifat asasi sebagai berikut :

1. Ikhlas. Kita hendaknya menjadikan ridlo Allah sebagai satu-satunya tujuan (lihat Al-Qur’an 98:5; 19:110).

2. Taqwa. Harus selalu diingat bahwa Allah senantiasa melihat perbuatan kita. Sehingga kita harus menjaga diri kita dari perbuatan keji dan mungkar. (lihat Al-Qur’an 3:102; 33:70 ; 59:18; 22:1; 62:2-3).

3. Berilmu. Kita harus memahami pokok-pokok pendidikan dalam Islam, mematuhi hukum halal dan haram, mengetahui prinsip-prinsip etika Islam dan mengetahui kaidah-kaidah syariat Islam.

4. Santun. Sikap santun ini akan menghiasi perilaku dengan akhlak yang terpuji dan terjauh dari sifat-sifat tercela. Bagi kita kesantunan merupakan keutamaan spiritual dan moral yang paling besar. Simak Al-Qur’an 7:199; 42:43; 41:43.

5. Memiliki rasa tanggung jawab. Kita harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar dalam meletakkan dasar-dasar keimanan pembentukan akhlak mulia, jasmani yang sehat dan kuat, serta ruhani yang baik. Rasa tanggung jawab ini akan mendorong kita untuk senantiasa mengarahkan, membiasakan dan melatihkan hal-hal yang baik pada anak-anak di sekitar kita.

Metodologi Pendidikan Ibadah Pada anak Usia dini

Pendidikan Ibadah pada anak-anak usia dini harus dilakukan dengan penuh kasih sayang, menyenangkan dan tanpa unsur paksaan. Beberapa metode yang bisa diterapkan dalam proses pendidikan Ibadah pada anak usia dini adalah :

1. Pendidikan dengan keteladanan. Metode ini paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral , spiritual dan kehidupan social anak. Orang dewasa (ayah/ibu/guru/kakek/ nenek/kakak/paman/bibi) bagi anak-anak usia Taman Kanak-kanak adalah idola dalam kehidupan mereka. Anak-anak usia tersebut adalah peniru-peniru ulung semua perilaku idolanya. Maka keteladanan menjadi kunci utama keberhasilan proses pendidikan. Jika idola mereka adalah seorang yang berjiwa jujur, berakhlak mulia, dapat dipercaya, berani dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang agama maka anak-anak di sekitarnyapun akan meneladani karakter-karakter itu. Singkat kata, kita haruslah selalu mengasah dan mendidik diri sendiri agar memiliki akhlak Al-Qur’an, agar siap menjadi teladan yang baik bagi anak-anak di sekitarnya.

2. Pendidikan dengan kebiasaan. Anak-anak diciptakan dengan fitrah tauhid murni, agama yang lurus,dan iman kepada Allah. Maka proses pembiasaan dan pendidikan yang baik akan membantu anak-anak tersebut menemukan fitrahnya yakni tauhid yang murni, budi pekerti mulia, dan etika agama yang lurus.

Beberapa sabda Rosul berkaitan dengan hal tersebut :

a. Tidaklah ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada anaknya selain daripada akhlak yang mulia.

b. Ajarilah anak-anak dan keluargamu kebaikan dan didiklah mereka.

Pada anak-anak usia dini, proses pembiasaan hendaklah dilakukan secara konsisten. Hal ini penting untuk melatihkan kedisiplinan pada mereka. Kita harus memiliki perencanaan yang matang mengenai hal-hal apa saja yang akan diberikan kepada anak-anak selama jangka waktu tertentu. Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pembentukan moral dan karakter anak. Beberapa contoh dalam mengajarkan dan membiasakan prinsip-prinsip kebaikan kepada anak-anak.

a. Sabda Rosul ”Ajarkanlah kepada anak-anak kalian kata-kata pertama dengan “La ila ha ilalloh”. Ini merupakan segi teoritiknya, dalam kehidupan keseharian anak-anak, kita berkewajiban untuk mengenalkan Allah sebagi pencipta, sifat-sifat Allah, dan benda-benda ciptaan Allah. Mengajak anak-anak mengenal alam semesta, mengagumi ciptanNya juga merupakan sesuatu yang bisa dilakukan untuk mengenalkan konsep keimanan secara menyenangkan pada anak-anak.

b. Rosul memerintahkan kepada kita untuk membiasakan anak-anak memahami dan mengerjakan rukun-rukun sholat ketika mereka berumur tujuh tahun.

c. Rosul memerintahkan kepada kita agar membiasakan anak-anak dengan hukum halal dan haram sejak kecil. Dan suruhlah anak-anakmu mentaati perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah, maka itu adalah penjagaan mereka dari api neraka”.

Yang harus diingat adalah bahwa dalam mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anak haruslah menggunakan kata-kata yang baik untuk mendorong mereka mengerjakan perintah-perintah Allah dengan senang hati. Kita dapat menggunakan metode pengenalan berbagai konsep dengan cara yang menyenangkan hati seperti bernyanyi, bersyair atau bercerita. Bisa juga dengan menggunakan aneka permainan yang menarik hati anak-anak.

3. Pendidikan dengan nasehat. Nasehat yang baik dengan tutur kata yang lemah lembut, dapat menyadarkan anak-anak tentang hakekat sesuatu dan mendorongnya untuk memiliki budi pekerti yang luhur, berakhlak mulia dan teguh pada prinsip-prinsip Islam. Al-Qur’an penuh dengan ayat-ayat yang menjadikan metode nasehat-nasehat sebagai dasar dakwah, jalan menuju perbaikan individu, dan memberi peunjuk yang mengantarkan kepada kebenaran. Al-Qur’an juga sarat dengan cerita-cerita indah tentang nabi-nabi terdahulu, orang-orang mulia atau contoh tentang mereka yang ingkar sebagai suatu cara untuk memberikan nasehat kepada manusia yang membacanya. Baca dan resapi Al-Qur’an 31:13-17;34:46-49;25:63-77;2:177;4:36-38;17:23-28.

4. Pendidikan dengan memberikan perhatian. Kita haruslah mencurahkan, memperhatikan, dan senatiasa mengikuti perkembangan setiap anak di sekitar kita. Kita juga harus mengetahui latar belakang kehidupan anak-anak tersebut, sehingga bisa memahami dan bersikap bijaksana dalam menghadapi mereka.

5. Pendidikan dengan pujian. Jangan lupa untuk memberikan pujian dengan tulus jika anak-anak mampu mengerjakan hal-hal baik seperti yang kita teladankan. Hal ini penting untuk menumbuhkan motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri mereka. Tidak diperbolehkan mencela kesalahan mereka saat melakukan suatu kegiatan, kita harus mengarahkan mereka dengan arif dan bijaksana. Hukuman kepada anak-anak diperlukan sebagai sarana untuk untuk mengingatkan mereka, terhadap kesalahan dan pelanggaran yang mereka lakukan. Hukuman tidak boleh digunakan sebagai sarana pelampiasan emosi kemarahan, hukuman harus bersifat konstruktif, bijaksana, adil dan sesuai dengan kondisi jiwa dan psikologi anak-anak. Tidak diperbolehkan memberikan hukuman fisik kepada anak-anak (mencubit, memukul, menempeleng dan sebagainya) juga tidak diperbolehkan memberikan hukuman yang mempermalukan mereka.

Ibadah-ibadah keseharian yang harus sudah mulai diperkenalkan kepada anak-anak sejak usia dini antara lain adalah sholat, berdoa, berpuasa, zakat dan sedekah, bahkan ibadah haji. Tentu saja metode pendekatan yang digunakan adalah metode yang sesuai dengan psikologi anak-anak dengan menjauhkan unsur-unsur pemaksaan dan mendisain prosesnya dalam nuansa yang gembira dan menyenangkan. Untuk itu kreativitas Ibu guru menjadi salah satu keberhasilan proses ini (SAM/ESR).

Pesan Kebaikan Bulan Ini:

Cintailah anak-anak dengan memberikan pendidikan dan teladan yang baik! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar