Minggu, 10 Mei 2009

TAHUN BARU, BACK TO AL QUR’AN, RAIH KEBAHAGIAAN!

Pendahuluan

Waktu terus berputar, hari terus berganti dan tibalah kita di Tahun Baru 1430 Hijriyah yang jatuh hampir bersamaan dengan Tahun Baru 2009 Masehi. Apa itu artinya? Tidak salah lagi, usia kita semakin bertambah sekaligus pertanda bahwa ajal kita semakin mendekat. Pembaca, marilah kita mawas diri, bertanya kepada diri sendiri, sudahkah akhak kita sesuai dengan yang diteladankan oleh Rasulullah SAW. Bagaimanakah akhlak Rasulullah SAW? Aisyah RA ketika ditanya perihal tersebut menjawab bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah akhlak Al Qur’an, lalu beliau membaca QS. Al Mu’minύn ayat 1 sampai dengan 10 ---ayat-ayat tersebut menguraikan tentang sifat-sifat orang mukmin. Oleh karena itu marilah kita memanfaatkn momen tahun baru ini untuk memperbaiki diri sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, selagi umur masih melekat di badan. 

Saudaraku, setujukah anda kalau kita mengisi tahun baru ini dengan semangat baru, semangat untuk meraih kebahagian! Bagaimanakah caranya? Allah SWT telah memberikan tuntunan dalam QS. Al Mu’minύn. Dalam surat tersebut diuraikan tentang sifat-sifat orang mukmin yang berimplikasi langsung terhadap kebahagiaan. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al Mishbah Volume 9 cetakan VIII, Juli 2007 membahas secara detil kaitan mengenai hal tersebut. Raih kebahagian, back to Al Qur’an!

Definisi

Orang mukmin adalah orang yang telah mantap imannya,

Sifat-sifat Al Mu’minύn

1. Sholatnya khusyu’. QS. Al Mu’minύn 23 ayat 1-2: “Sesungguhnya telah beruntunglah orang-orang mukmin (yaitu) mereka yang khusyu’ dalam sholatnya”. Khusyu’ merupakan upaya menghadirkan kebesaran Allah SWT di dalam benak ketika kita sedang sholat. Ulama fiqih memandang kewajiban sholat dan khusyu’ yang ditetapkan Allah SWT dapat diibaratkan dengan kehadiran kita dalam sebuah pameran lukisan. Dari keseluruhan yang menghadiri pameran tersebut terdapat beberapa tingkatan. Ada yang hadir tanpa mengerti sedikitpun --- apalagi menikmati keindahan lukisan; ada yang tidak mengerti tetapi berusaha mempelajari dan bertanya; ada lagi yang mengerti dan menikmatinya; dan ada pula yang demikian paham dan menikmati, sehingga terpukau dan terpaku, tidak menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya bahkan jika ada yang menyapanya. Orang mukmin yang khusyu’ dalam sholatnya akan berpembawaan tenang dan rendah hati sehingga kehadirannya akan menyenangkan orang-orang di sekitarnya, hal ini akan berimplikasi kepada terciptanya ketenteraman masyarakat dan kebahagian bagi diri sendiri karena tidak memiliki konflik dengan orang lain.

2. Tidak mengerjakan hal-hal yang tidak bermanfaat. QS. Al Mu’minύn 23 ayat 3: “Dan mereka yang terhadap al-laghw adalah orang-orang yang tidak acuh”. Al laghw berasal dari lagha yang berari batal, yakni sesuatu yang seharusnya tidak ada. Ini berbeda antara satu waktu dengan waktu lainnya, sehingga bisa saja suatu ketika ia dinilai tidak berfaedah sehingga menjadi laghw, dan di kali lain ia berfaedah. Menegur kekeliruan adalah baik, namun menegur kekeliruan saat khatib Jumat menyampaikan khutbahnya dinilai oleh Rasul SAW sebagai laghw (sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan). Laghw sebenarnya masuk dalam kategori mubah, yakni sesuatu yang tidak terlarang, tetapi tidak ada kebutuhasn atau manfaat yang diperoleh ketika melakukannya. Banyak sekali aktivitas, ucapan, perhatian dan perasaan yang dapat termasuk dalam kategori laghw. Namun perlu dicatat bahwa hal ini tidak berarti seorang mukmin harus selalu serius, tidak mengenal senyum atau canda, yang tidak boleh adalah membuat lelucon yang melengahkan kita dari tugas. Menurut isteri beliau Aisyah ra., “Rasulullah SAW adalah seorang yang sering tersenyum dan tertawa, bahkan tertawa sampai terlihat gigi geraham beliau ---walau tidak terbahak--- dan tidak mengucapkan kecuali yang haq.’’ Menurut riwayat, suatu ketika ada seorang wanita tua datang kepada beliau memohon didoakan agar masuk surga, maka beliau bersabda: “ Surga tidak dimasuki oleh wanita tua”. Wanita tersebut kelihatan tkecewa, dan ketika itu Rasul SAW tersenyum dan membacakan kepadanya firman Allah: “Sesungguhnya Kami jadikan mereka dengan langsung. Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, untuk kelompok kanan (penghuni surga)” (QS. AL-Wâqi’ah (56): 35 - 38).

3. Membayar zakat dengan sempurna. QS. Al Mu’minύn 23 ayat 4: “Dan mereka yang menyangkut zakat adalah pelaksana-pelaksana”. Manusia hampir tidak luput dari mengerjakan laghw, karena menghindarinya bukanlah perkara yang mudah. Jika membayar fidyah dapat membebaskan kita dari ucapan sumpah yang dibatalkan, maka melalui zakat, infak dan sedekah dapatlah membebaskan manusia dari dosa atau kekeliruan karena melakukan al laghw. Kata zakâh dari segi bahasa berari suci dan berkembang. Ini karena menafkahkan harta mengantar kepada kesuciannya dan kesucian jiwa penafkah, selain itu juga menjadi penyebab bagi pemngembangan harta tersebut. Iman yang mantap akan mendorong penyandangnya untuk menafkahkan sebagian hartanya, dan ini dapat mengantar masyarakat menikmati kecukupan bahkan kebahagian yang juga akan ikut berperan dalam kebahagiaan pemberi, karena kesempurnaan kebahagiaan seseorang adalah keberadaannya di tengah masyarakat yang bahagia. Zakat, infak dan sedekah dapat mempererat hubungan sosial, sehingga masing-masing anggota masyarakat merasakan dan bertanggung jawab atas derita yang dialami oleh anggota lainnya. Hal ini lebih lanjut akan berdampak pada terkikisnya dengki dan iri hati (baca QS. Muhammad (47) : 36 – 37).

4. Memelihara kemaluan. QS. Al Mu’minύn 23 ayat 5 - 7: “Dan mereka menyangkut kemaluan mereka adalah pemelihara-pemelihara kecuali terhadap pasangan-pasangan mereka atau budak wanita yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidaklah dicela. Barang siapa mencari dibalik itu, maka mereka itulah pelampau-pelampau batas”.

Dalam upaya penyucian jiwa manusia, yang pertama dan utama untuk disucikan adalah alat kelamin, karena perzinahan adalah puncak kebejatan moral serta perusakan generasi dan masyarakat. Dari segi sosial, zina dapat menyebabkan tidak diketahuinya aslaa keturunan anak secara pasti. Sedangkan dari segi kesehatan, zina dapat menyebabkan penyakit gonore, raja singa, luka, AIDS, cacat ataupun kematian pada bayi yang dilahirkan. Dari segi kesehatan mental, zina termasuk homoseksual dapat menimbulkan perasaan bersalah dan berdosa yang pada akhirnya dapat berakibat pada lemahnya syaraf. Makna pemeliharaan dalam konteks ayat diatas meluas sehingga mencakup tuntunan Nabi SAW agar memilih pasangan yang tepat dan baik, tidak berdasar kecantikan dan ketampanan saja. “Pilihlah tempat kamu meletakkan nuthfah kamu, karena gen itu berpengaruh” demikian pesan Nabi Muhammad SAW.

5. Memelihara amanat dan perjanjian. QS. Al Mu’minύn 23 ayat 8: “Dan mereka yang terhadap amanat-amanat mereka dan perjanjian mereka adalah pemelihara-pemelihara”. Amanat yang berada dalam pundak kita meliputi 4 aspek. Pertama, antara manusia dengan Allah, seperti aneka ibadah dan nazar; Kedua, antara seseorang dengan orang lain, seperti titipan, rahasia, dll.; Ketiga, antara kita dengan lingkungan, menyangkut pemeliharaannya agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang; Keempat, amanat dengan diri sendiri, misalnya menyangkut kesehatan. Memelihara pernikahan termasuk dalam kategori menjaga amanat dan perjanjian.

6. Memelihara sholat. QS. Al Mu’minύn 23 ayat 9: “Dan mereka menyangkut sholat-sholat mereka selalu memelihara (nya)”. Ibadah sholat merupakan amanah dari Allah yang harus dipelihara pelaksanaannya pada waktu yang telah ditetapkan dilengkapi dengan rukun dan sunnah-sunnahnya. Sholat yang benar dan baik akan menjauhkan pelakunya dari sifat keji dan munkar, sehingga tidak melakukan hal-hal buruk yang dapat merugikan diri sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya. Hal ini akan mengantar kepada terbangunnya masyarakat yang tertib dan damai sehingga para anggotanya dapat meraih kebahagiaan.

Orang mukmin dijanjikan Allah menjadi pewaris surga firdaus, sebagaimana firmannya dalam QS. Al Mu’minύn 23 ayat 10 – 12: Mereka itulah pewaris-pewaris, orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka di dalamnya adalah orang-orang yang kekal” (ESR).

Pesan Kebaikan Bulan Ini:  
Kebahagian sejati hanya dapat diraih jika kita peduli dan berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan di sekitar kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar