Sabtu, 02 Mei 2009

MAKANAN YANG BAIK

Pendahuluan

Edisi perdana Buletin Hasanah yang diterbitkan oleh Hasanah Center mengajak pembaca semua kembali “menginjak bumi”, melihat kembali cara hidup kita selama ini, terutama dari cara mempersiapkan makanan yang kita santap sehari-hari. Kita semua sudah tahu bahwa dari makanan yang kita hidangkan akan diperoleh kesehatan ataupun penyakit. Apabila makanan diperoleh dengan cara yang baik, dipilih, dicuci dan dimasak dengan benar serta disajikan dengan perpaduan bahan-bahan yang mengandung zat gizi yang seimbang, Insya Allah akan menyehatkan tubuh kita. Namun apabila makanan tersebut dipersiapkan dengan cara sebaliknya, mudah-mudahan Allah mengampuni dan menjauhkan kita dari segala jenis penyakit.

Pembaca, bagaimana sebenarnya makanan yang baik itu?

Sudah seharusnya kita mencari penjelasan dari kitab yang telah diwahyukan Allah melalui Nabi Muhammad SAW, yaitu Al-Qur’an. Dalam Surat Al Ma’idah (QS. 5) Ayat 3 ada tuntunan yang berbunyi sebagai berikut:

Diharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi, yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan yang disembelih atas berhala-berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, itu adalah kefasikan. Pada hari itu orang-orang yang kafir telah berputus asa untuk (mengalahkan) agama kamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agama kamu, dan telah Ku-cukupkan kepada kamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagi kamu. Maka barang siapa karena kelaparan dan tanpa sengaja berbuat dosa, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Sebagaimana tertuang dalam Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, Volume 3, Cetakan X, Januari 2008).

Makanan yang baik adalah makanan yang halal untuk dimakan. Makanan yang halal dimakan merupakan kebalikan dari makanan yang telah diharamkan. Jadi, untuk menentukan apakah makanan yang kita makan baik atau tidak, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu apakah makanan tersebut halal atau haram untuk dimakan. Dari tuntunan tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita tidak boleh memakan:

1. Bangkai, kecuali ikan dan belalang. Jadi, ikan dan belalang boleh dimakan.

2. Darah. Di sebagian masyarakat kita masih ada yang mengenal “dedeh” yaitu darah ayam, kambing ataupun sapi yang digoreng, kadang-kadang dimakan sebagai lauk dan kadang-kadang dipakai sebagai bahan rujak uleg. Maka, ajaklah saudara-saudara kita yang masih memakan “dedeh” untuk meninggalkannya. Perlu juga diwaspadai bahwa kita harus mencuci ikan, ayam dan daging sebersih mungkin sebelum memasaknya agar tidak ada darah yang masih terikut dalam makanan. Akan lebih selamat jikalau kita mencuci ikan, ayam dan daging dibawah air yang mengalir, yaitu dengan cara diguyur langsung dibawah kran.

3. Daging babi, termasuk kulit dan isi perutnya (jerohan). Perlu ditekankan bahwa kita tidak memakan babi disebabkan memang hukumnya tidak boleh, bukan karena alasan yang lain. Meskipun ada yang berdalih kalau sudah dimasak dengan suhu yang tinggi maka cacing pita yang mungkin terkandung di dalamnya telah mati, kita tetap tidak boleh memakan babi.

4. Makanan yang dibuat dari hewan yang walaupun dari jenis yang halal dimakan seperti ayam, kambing dan sapi, namun niat menyembelihnya untuk persembahan kepada Nyi Roro Kidul atau dedemit dan arwah.

5. Makanan dari hewan yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas yang tidak sempat disembelih sebelum mati. Jadi kalau ayam kita diterkam musang tapi tidak sampai mati, kemudian kita sembelih ayam tersebut, maka dagingnya boleh dimakan.

6. Makanan yang diperoleh dengan merampas hak orang lain seperti mencuri, korupsi, menipu, mengambil hak anak yatim dan sebagainya.


Setelah kita yakin bahwa makanan yang akan kita makan halal, maka kita perlu mengetahui cara terbaik untuk mempersiapkan dan mengolah makanan tersebut agar makanan yang kita makan “aman” bagi kesehatan kita. Oleh karenanya kita perlu memperhatikan proses penyiapan makanan mulai dari membeli bahan mentah, membersihkannya, memasaknya sampai dengan menyajikannya. Selain itu kita juga mesti memilah-milah makanan berdasarkan kebutuhan tubuh kita (ada tidaknya gangguan dalam tubuh kita).

Memilih Bahan Mentah

Pilihlah buah, sayur, ikan dan daging yang masih segar dan beras yang tidak berbau apek. Kenapa? Karena buah dan sayuran yang masih segar nilai gizinya masih tinggi dan beras yang apek akan menghasilkan nasi yang tidak enak. Ikan dan daging yang tidak segar serta beras yang apek kemungkinan besar terkontaminasi (tercemari) oleh mikrobiologi (makhluk hidup yang kecil seperti jamur, ragi dan bakteri) yang merugikan karena menghasilkan racun dan menyebabkan kita sakit. Kita sering mendengar ada keracunan setelah menyantap nasi kotak atau prasmanan hajatan, hal ini biasanya terjadi karena menu sambel goreng yang berasal dari hati yang sudah dicemari oleh mikrobiologi yang merugikan. Kita mesti berpedoman bahwa makanan yang baik dan sehat dihasilkan dari bahan yang segar.

Mencuci Bahan Mentah

Masukkan bahan mentah di dalam wadah yang berlubang cukup untuk melewatkan air, misalnya saringan. Cucilah bahan mentah langsung dibawah kran atau slang yang airnya mengalir agar obat-obatan pertanian seperti pestisida yang menempel pada buah dan sayur hilang terbawa air. Sisa pestisida sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan sakit. Mancuci dengan cara demikian juga dapat menghilangkan darah yang menempel pada ikan dan daging akan terpisah, karena darah haram untuk dimakan.

Memasak Makanan

Masaklah makanan secukupnya karena makanan yang terlalu matang nilai gizinya sudah rusak. Semakin lama proses memasak, maka zat gizi yang terkandung di dalam makanan tersebut akan semakin menurun. Banyak dari kita yang lebih menyukai telur yang gosong dibanding yang tidak gososng, ketahuilah saudaraku bahwa telur yang gosong proteinnya telah mengalami kerusakan (terjadi denaturasi protein). Selain itu, janganlah memasak sayuran dalam wadah yang tertutup rapat karena dengan begitu suhu dalam tempat memasak akan terlalu tinggi dan menyebabkan sayuran tersebut terlalu masak (over cooked) sehingga warnanya tidak segar lagi dan nilai gizinya menurun drastis.

Menyajikan Makanan

Sajikanlah makanan dengan perpaduan yang tepat sehingga orang yang memakan terpenuhi kebutuhan gizinya, baik itu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Tidak kalah pentingnya untuk memperhatikan makanan yang harus dipantang oleh penderita penyakit tertentu. Misalnya penderita diabetes berpantang makanan yang manis-manis. (ESR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar